Sukses


Evolusi Permainan Persib dari Perserikatan ke Liga Indonesia: Berubah karena Zaman

Bola.com, Jakarta - Duet Adeng Hudaya-Robby Darwis di sentral pertahanan Persib Bandung jadi bagian penting di balik masa keemasan Maung Bandung pada kompetisi Perserikatan era 1980 sampai awal 1990-an.

Pencapaian terbaik duet ini adalah membawa Persib dua kali meraih trofi juara Perserikatan yakni pada musim 1986 dan 1989-1990.Adeng dikenal dengan kepiawaiannya membaca arah bola serta kepemimpinannya di lapangan.

Sementara, Robby kuat dalam berduel plus mematikan striker lawan. Tak hanya meraih trofi, Persib juga mampu membius publik sepak bola tanah air dengan permainan sepak bola yang indah dengan teknik tinggi.

Dalam channel Youtube Simamaung, Adeng mengungkapkan trade mark Persib yang mengandalkan permainan cantik dan kolektif membuat tim lawan menampilan permainan keras untuk meredam Maung Bandung.

"Saat itu, Persib menjadi kiblat sepak bola Tanah Air," kenang Adeng.

Pelatih legendaris Persib Bandung: Indra Thohir. (Bola.com/Dody Iryawan/Foto: Erwin Snaz)

Menurut Adeng, perkembangan sepak bola yang pesat membawa dampak pada permainan Persib. Terutama pada era Liga Indonesia. Persib tak melulu mengandalkan permainan indah dan kolektif dari kaki ke kaki.

"Sekarang lebih mengandalkan fisik. Temponya juga lebih cepat. Itu hal yang normal karena zamannya juga berbeda," terang Adeng.

Evolusi perubahan penampilan Persib Bandung dimulai ketika ditangani pelatih legendaris Maung Bandung, Indra Thohir. Meski penampilan cantik ala Persib masih kerap terlihat tapi secara keseluruhan penampilan Maung Bandung tak lagi seperti di era Perserikatan. Apalagi setelah Persib ditangani pelatih luar Bandung dan mancanegara.

 

Video

2 dari 3 halaman

Penyerang yang Sulit Dikawal

Layaknya pemain belakang, Adeng juga kerap menghadapi penyerang lawan yang membuatnya kesulitan menjaga daerahnya.

"Sebenarnya saya tidak pernah takut menghadapi penyerang lawan mana pun. Tapi, ada dua penyerang yang kerap membuat saya kesulitan yakni Kamaruddin Betay dan Noah Meriem," ungkap Adeng yang belasan tahun menjadi kapten Persib ini.

Kamaruddin adalah striker lincah Persija. Di mata Adeng, Kamaruddin memiliki kelebihan dalam kecepatan meski sedang berlari dengan bola. Karena Kamaruddin pula, Adeng mendapatkan satu-satunya kartu kuning selama berkarier dalam sepak bola.

Pada satu laga, Persib Bandung menghadapi Persija. Saat pertandingan berjalan, Persija mendapatkan peluang mencetak gol lewat kecepatan Kamaruddin. Tapi, Adeng menggagalkan dengan sengaja menghentikan bola umpan yang mengarah ke Kamaruddin.

"Saya tahu pasti akan kalah dari dia. Makanya saya sengaja menghentikan bola dengan tangan dan mendapat kartu kuning. Kalau sekarang pasti kartu merah," ungkap Adeng yang justru mendapat ucapan selamat dari pelatih usai laga.

3 dari 3 halaman

Penyerang Mirip Febri Hariyadi

Sementara Noah dinilai Adeng sebagai penyerang yang lengkap. Selain kecepatan, Noah memiliki dua kaki yang sama bagusnya dalam menggiring bola plus melewati lawan.

"Kecepatan Noah sama dengan Febri Hariyadi. Tapi, teknik Noah lebih baik," terang Adeng.

Seperti diketahui, Noah adalah pemain berdarah Papua yang mencuat bersama Timnas Indonesia junior. Klub raksasa Jerman, Bayern Muenchen malah sempat menyatakan ketertarikannya untuk memakai jasa Noah.

Noah lalu menjadi andalan Pelita Jaya, klub elite Galatama. Persib dan Pelita Jaya bertemu pada Piala Utama, ajang yang mempertemukan jagoan Galatama dan Perserikatan.

 

 

Video Populer

Foto Populer