Sukses


Head to Head Langka dalam Sejarah Sepak Bola Kita: Timnas Indonesia Vs Santos, Risdianto Vs Pele

Bola.com, Jakarta - Di sepak bola Indonesia, pernah ada head to head langka, yakni striker legendaris Timnas Indonesia, Risdianto dan legenda Brasil, Pele.

Ketika masih aktif sebagai pemain, Risdianto dikenal sebagai striker produktif baik di klub mau pun di Timnas Indonesia. Selain sukses membawa Persija Jakarta dan Warna Agung meraih trofi juara, Risdianto pernah membuktikan dirinya sebagai pencetak ulung dihadapan Pele, legenda sepak bola dunia asal Brasil.

Ini terjadi ketika Timnas Indonesia beruji coba dengan Santos, klub elite Brasil yang diperkuat Pele di Stadion Gelora Bung Karno (dulu Stadion Utama Senayan), 21 Juni 1972. Pada laga itu, Indonesia kalah dengan skor 2-3. Yang menarik, dua gol timnas diborong oleh Risdianto.

Sedang Pele hanya mencetak satu gol lewat tendangan penalti. Dua gol Santos lainnya masing-masing dicetak oleh Jadel dan Edu.Dalam channel Youtube Omah Balbalan, Risdianto mengungkap perasaannya bisa bermain satu lapangan dengan Pele yang juga idolanya.

"Melihat langsung Pele beraksi adalah pengalaman paling berkesan buat saya. Apalagi, sebagai striker, saya bisa melihat Pele mengolah bola ketika Santos menyerang lini belakang Indonesia," kenang Risdianto.

Kalau pun ia akhirnya mencetak lebih banyak dari sang idola pada laga itu, Risdianto justu tak menjadikan laga itu sebagai momen spesialnya.

Risdianto justru memilih laga skuad Garuda kontra klub Brasil, Olario yang digelar pada 1970. Pasalnya, pada laga itu, ia mencetak gol pertamanya buat Timnas Indonesia. Apalagi, saat itu, ia masuk skuat setelah striker utama, Jacob Sihasale mengalami cedera.

"Ketika itu saya masih di Pardedetex. Setelah mendapat panggilan Timnas Indonesia, saya pun terbang di Jakarta," kata Risdianto.

Video

2 dari 3 halaman

Perdana di Gelora Bung Karno: Timnas Indonesia Vs Olario

Bagi Risdianto, mendapat panggilan Timnas Indonesia, juga menjadi kesempatan pertamanya bermain di Stadion Gelora Bung Karno.

"Ketika masuk dan menginjak rumput lapangan, saya sempat terpana dan bingung serta merasa dalam sebuah stadion yang bundar. Dan ketika mencetak gol, saya tidak sempat melakukan selebrasi karena tidak menyangka bisa menjebol gawang Olario."

Risdianto yang saat itu masih berusia 20 tahun, membawa bola melewati garis tengah. Setelah melihat seniornya, Abdul Kadir berlari dan memberi kode, ia pun secepatnya melepaskan umpan.

"Saking buru-burunya, saya menendang bola dengan maksud mengirim umpan ke Kadir. Ternyata bola tendangan saya melenceng dan justru masuk ke gawang lawan. Saya tidak sempat selebrasi, saya baru sadar setelah pemain lain mendatangi dan memeluk saya," terang Risdianto.

3 dari 3 halaman

Evolusi Posisi

Sejatinya, sebelum dikenal sebagai striker tangguh Indonesia, Risdianto mengawali kariernya dengan berposisi sebagai penyerang sayap kiri di Persekap Pasuruan dan tim PON Jatim.

Ia baru bermain sebagai striker ketika bergabung di Pardedetex pada 1969. Itu pun karena merasa peluangnya mendapatkan menit bermain bakal minim di Pardedetex kalau tetap menjadi sayap kiri.

"Karena di posisi sayap kiri ada Abdul Kadir yang usianya tak jauh dari saya," ungkap Risdianto.

Risdianto pun memutuskan menjadi striker meski di posisi itu ada dua legenda Timnas Indonesia, Sutjipto Soentoro dan Jacob Sihasale. Usia keduanya yang terbilang senior jadi alasan utama Risdianto.

"Saya pikir masa mereka tak lama. Jadi lebih saya bermain sebagai striker, belajar dan seraya menunggu kesempatan tampil."

Pilihan Risdianto terbukti benar. Ia kemudian bersinar sebagai striker dengan sederet gelatr baik di Persija Jakarta, Warna Agung dan tim nasional Indonesia.

Video Populer

Foto Populer