Sukses


Kisah Temon, Pernah Jadi Pemain Terbaik di Ajang Lion Cup Singapura dan Kini Bekerja sebagai Penggali Kubur

Ketika usianya masih belasan tahun, Rio Eko yang akrab disapa Temon pernah menyabet predikat pemain terbaik pada ajang sepak bola internasional usia muda bertajuk Lion Cup tahun 1992 di Singapura.

Bola.com, Jakarta - Nasib manusia, hanya sang pencipta yang tahu. Kisah hidup Rio Eko jadi salah satu contohnya. Sosoknya pernah berstatus salah satu bakat paling bersinar di sepak bola Indonesia. Namun kini ia justru menjalani profesi sangat mulia yaitu penggali kubur. 

Singkat cerita, ketika usianya masih belasan tahun, Rio Eko yang akrab disapa Temon pernah menyabet predikat pemain terbaik pada ajang sepak bola internasional usia muda bertajuk Lion Cup tahun 1992 di Singapura.

Bukan hanya pemain terbaik, ia juga membawa Indonesia menjadi juara setelah pada partai final mengalahkan tim Johor, Malaysia melalui babak adu penalti.

Melalui channel Youtube Pinggir Lapangan, Temon coba mengenang kisah suksesnya di ajang Lion Cup 1992. "Awalnya saat itu, sebelum berangkat (Lion Cup), saya sebenarnya sudah enggak main bola lagi," ujarnya.

"Terus pelatih datang ke rumah, bertanya apakah saya masih ingin main. Akhirnya saya berangkat ke Lion Cup," tambahnya.

Temon menceritakan betapa bahagia dirinya ketika sukses membawa Indonesia menjadi juara Lion Cup 1992. "Awalnya saya bahkan belum pernah ke luar negeri," Temon menceritakan.

"Kemudian bisa ikut Lion Cup dan membawa Indonesia menjadi juara tentu senang sekali. Apalagi saya selalu bermain full saat itu," tambahnya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Gabung Persebaya Junior

Usai berstatus pemain terbaik di Lion Cup Singapura, Rio Eko mengikuti kompetisi internal Persebaya. Bakat hebatnya sebagai gelandang serang membuatnya masuk Persebaya U-21.

"Saya dipanggil Persebaya U-21 tahun 1996. Saat itu saya satu angkatan dengan Nurul Huda, Mursyid Effendi dan Bejo Sugiantoro," Temon mengenang.

Hanya saja satu penyesalan dalam karier sepak bolanya, ia tidak pernah mencicipi kontrak bersama tim Persebaya senior.

"Tentu ada rasa bagaimana gitu, saya tidak masuk Persebaya senior. Namun mungkin tim pelatih menilai postur saya kecil," Temon menuturkan.

3 dari 3 halaman

Kini Jadi Penggali Kuburan

Karena kegagalan tembus ke Persebaya senior, Temon sempat hijrah ke Aceh dan memperkuat Persiraja. Namun saat ia kembali ke Surabaya, ia memutuskan berhenti menjadi pesepak bola dan bekerja di hotel.

"Saya kemudian ke Aceh, ikut Persiraja. Pulang (ke Surabaya) kerja di hotel. Total 20 tahun saya kerja di hotel," ujarnya.

"Sekarang saya kerja, di kampung jika ada orang meninggal, saya ikut gali kubur. Kakek saya penggali kubur, jadi memang pekerjaan turun temurun di keluarga," Temon menambahkan.

Sumber: Youtube Pinggir Lapangan 

Video Populer

Foto Populer