Sukses


Kisah Azaria Betekeneng, Karier Singkat Bersama Persebaya dan Jadi Pelatih SSB di Usia Senja

Bola.com, Jakarta - Aksi Azaria Betekeneng sebagai gelandang bertahan pernah kental mewarnai kiprah Persebaya Surabaya di era akhir Peserikatan dan awal Liga Indonesia. Ia memang tak lama berkostum Bajul Ijo. Tapi, prestasinya terbilang baik dengan membawa tim kebanggaan warga Surabaya itu menembus semifinal kompetisi Perserikatan 1993/1994.

Musim itu jadi momen manis buat Azaria Betekeneng. Pasalnya Persebaya mengawali kiprahnya dengan mengalahkan juara bertahan, PSM Makassar di Stadion Mattoangin dengan skor 2-0.

"Laga itu merupakan debut saya bersama Persebaya di kompetisi Perserikatan. Yang membanggakan, saya membawa Persebaya untuk kali pertama mengalahkan PSM di Makassar," kenang Azaria di channel Youtube Pinggir Lapangan.

Azaria Betekeneng mengungkapkan perasaannya itu saat pertama kali menginjak rumput lapangan Stadion Mattoangin. Ia mengaku sempat dilanda kegugupan melihat antuasiasme dan militansi suporter PSM dalam melakukan teror kepada tim lawan.

Pada momen itu, pelatih Persebaya, Solekan mendekati Azaria sekaligus memotivasinya. Sang mentor menunjuk satu spanduk milik suporter yang bertuliskan kalimat 'Jangan Bermimpi Menang di Stadion Neraka'. "Membaca kalimat di spanduk itu membuat saya termotivasi dan rasa gugup pun hilang," papar Azaria.

Seperti diketahui, PSM membalas kekalahan itu pada semifinal yang berlangsung di Stadion Utama Senayan yang kini bernama Gelora Bung Karno dengan skor 1-0. Padahal, sebelum pertandingan, Bajul Ijo diprediksi menang dan menghadapi Persib di laga final.

"Itulah sepak bola. Kadang hasil yang diraih tak sesuai harapan. Beruntung kami bisa pulang ke Surabaya dengan kepala tegak setelah mengalahkan Persija Jakarta 4-2 pada perebutan tempat ketiga," kata Azaria yang juga adik kandung Maura Hally, legenda Persebaya ini.

 

2 dari 3 halaman

Jadi Kapten Persebaya

Azaria Betekeneng yang pernah berguru di Diklat Pelita Jaya ini tetap menjadi bagian Persebaya di era Liga Indonesia yang merupakan penyatuan kompetisi Perserikatan dan Galatama musim 1994/1995.

Tak hanya itu, Azaria pernah mendapat kesempatan menjadi kapten tim. "Pada musim itu, saya bersama Ibnu Grahan dan Mursyid Effendi bergantian menjadi kapten," ungkap Azaria.

Selepas musim itu, Azaria memutuskan mundur dari Persebaya saat usianya masih 29 tahun. Menurut Azaria, saat itu, ia dihadapkan pada plihan sulit. Di mana PLN, perusaan BUMN tempatnya bekerja memintanya fokus sebagai karyawan atau tetap berkarier di Persebaya.

Dengan pertimbangan masa depan, Azaria pun memilih jadi karyawan PLN. "Tapi, saya tidak total meninggalkan sepak bola. Di sela waktu luang, saya tetap berlatih di Suryanaga yang berkiprah di kompetisi internal Persebaya," terang Azaria.

 

 

 

3 dari 3 halaman

Pelatih SSB

Pada 2015, Azaria menerima tawaran dari PLN untuk pensiun dini. Saat itu, Azaria merasa sudah waktunya dekat dengan keluarga. Pesangon yang diterimanya sebagian ia gunakan untuk berwiraswasta.

Belakangan, pada 2019, Azaria mengabdikan dirinya sebagai pelatih pemain usia muda di SSB PSAD.

"Awalnya, saya ke lapangan karena mengantar anak berlatih. Tapi, oleh pengurus PSAD saya ditawari menjadi pelatih sekaligus berbagi ilmu dan pengalaman," ujar Azaria yang kini sudah mengantongi sertifikat pelatih C Diploma PSSI/AFC ini.

Sumber: Channel Youtube Pinggir Lapangan 

Video Populer

Foto Populer