Bola.com, Hanoi - Enam tahun merantau di Timor Leste tidak membuat Susilo kangen rumah. Justru sebaliknya, dia makin betah di Bumi Lorosae.
Susilo adalah fisioterapi Timnas Timor Leste asli Indonesia. Dia lahir dan besar di Palembang, Sumatra Selatan. Ayahnya orang Purworejo, Jawa Tengah sedangkan ibunya dari Yogyakarta.
Baca Juga
Malaysia Siapkan Kandang Mewah JDT untuk SEA Games 2027
Kontradiksi Nasib Syakir Sulaiman: Pernah Jadi Pemain Muda Terbaik ISL 2013 dan Trial ke Jepang, Kini Ditangkap Polisi karena Narkoba
Pernah Jadi Pemain Muda Terbaik, Eks Bintang Timnas Indonesia U-23 Kini Ditangkap Polisi Gara-gara Mengedarkan Narkoba
Advertisement
Susilo sudah menikah. Anaknya tiga dan cucunya dua. Keluarganya menetap di Serang, Banten. Sejak 2016, Susilo bekerja untuk Timnas Timor Leste.
Kariernya berawal di Sriwijaya FC U-21. Dia menjadi fisioterapi di sana di era kepelatihan Ruddy Keltjes. Lantas, bagaimana awal mulanya Susilo bisa merantau lumayan jauh hingga Bumi Lorosae?
Singkat cerita, ia dibawa oleh Andi Susanto ke Timor Leste, yang juga pernah menjabat sebagai nakhoda Sriwijaya FC U-21. "Tanpa beliau, mungkin saya tidak akan menginjak bumi Timor Leste," kata Susilo di Viet Tri, Phu Tho.
Â
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Alasan Betah di Timor Leste
Bola.com mendapatkan kesempatan mewawancarai Susilo ketika Timor Leste U-23 berkancah di SEA Games 2021 Vietnam. Tim berjuluk The Rising Sun itu satu grup dengan Timnas Indonesia U-23 di Grup A.
Kok bisa Susilo sebetah itu bekerja di Timor Leste? "Pertama, kultur dengan Indonesia agak sama. Sekitar 90 persen bahan pokok dari Indonesia. Channel televisi pun kebanyakan dari Indonesia," jelas Susilo.
"Jarang ada channel luar negeri karena bahasanya kurang dimengerti. Namun, bahasa Indonesia mudah dicerna. Di Timor Leste, juga menjunjung tinggi toleransi beragama meski populasi muslim mungkin hanya sekitar satu persen."
"Lalu, jiwa juga sudah menyatu. Soal bahasa, anak-anak kecil di Timor Leste belajar bahasa Indonesia dari televisi. Ada tiga bahasa di sana. Indonesia, Portugis, dan Tetun yang menjadi bahasa asli Timor Leste," terangnya.
Â
Advertisement
Dilema Lagu Indonesia Raya
Susilo beberapa kali berada dalam posisi dilema. Contohnya ketika Timor Leste berhadapan dengan Timnas Indonesia U-23 di babak penyisihan SEA Games 2021. Dia cinta Indonesia, namun tetap harus profesional.
Lantas, bagaimana sikap Susilo ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang? Apakah itu turut menyanyikannya? "Mata saya berkaca-kaca. Pas didengar... Itu dilema sekali," ujar Susilo.
"Sebenarnya, saya juga hafal lagu kebangsaan Timor Leste, Patria. Pas bertemu dengan Timnas Indonesia U-23, saya tidak ikut bernyanyi. Banyak diamnya saja."
"Saya tidak ikut mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia dan Timor Leste. Di satu sisi, saya masih punya jiwa nasionalis, namun profesional juga harus dituntut dalam keadaan itu," paparnya.
Â
Jarang Pulang
Susilo mengaku sudah tiga tahun tidak mudik ke Indonesia. Bukan karena ia sudah tidak mau kembali lagi, namun karena padatnya jadwal bersama Timnas Timor Leste.
Selain di Timnas Timor Leste U-23, Susilo juga berperan sebagai fisioterapi di kelompok usia lainnya. "Saya tidak bisa pulang ke Indonesia karena jadwal padat. Sudah tidak pulang sejak 2019," kata Susilo.
"Susah juga untuk cuti lantaran tuntutan pekerjaan. Timor Leste banyak menggelar pemusatan latihan jangka panjang. Kami ada training centre di Qatar pada bulan ini dan jadwal uji coba melawan Kamboja dan Laos."
"Untuk mengatasi kerinduan dengan keluarga, saya rutin berkomunikasi menggunakan video call. Sekalinya pulang, saya juga tidak bisa lama. Sekitar tiga harian," beber pria murah senyum ini.
Â
Advertisement
Timor Leste bak Rumah Kedua
Selama tinggal di Timor Leste, Susilo minim keluh kesah. Sebaliknya, ia justru menikmati kehidupan di Bumi Lorosae. Apalagi mengenai toleransi agama. Tiap lebaran, pemerintah Timor Leste selalu memberikan ucapan.
"Mungkin soal makan. Sedikit beda karena saya muslim. Yang lain secara keluh kesah sih tidak ada. Saat Lebaran, misalnya, ucapan pasti lebih banyak. Misal dari presiden hingga para menteri," ungkapnya.
"Bagi saya, Timor Leste itu bak rumah kedua. Kadang saat di Timor Leste, mau pulang ke Indonesia. Begitu juga sebaliknya. Saat di Timor Leste, kadang kangen makanan Indonesia."
"Di Timor Leste ada makanan Indonesia. Namun mahal. Seperti makan pecel lele itu harganya bisa 8-10 dolar USD atau sekitar Rp150 ribuan. Ada pisang goreng enak, harganya 50 sen atau Rp7 ribuan," imbuh Susilo.
Â
Gali Freitas Otw Berkarier di Eropa
Paulo Domingos Gali Da Costa Freitas. adalah pemain Timor Leste paling populer seantero Indonesia. Pemain yang beken dengan nama Gali Freitas itu sempat tersangkut dugaan kasus pencurian umur dalam Piala AFF U-15 2019 pada Juli 2019 di Thailand.
Kala itu, Gali Freitas dianggap telah berusia 22 tahun berdasarkan data dirinya yang beredar di dunia maya, termasuk Transfermarkt yang notabene situs rujukan statistik terpercaya.
Namun, Timor Leste mengklaim Gali Freitas masih berumur 15 tahun sesuai dengan tanggal dan tahun lahirnya pada 31 Desember 2004.
Asosiasi Sepak Bola Asia Tenggara (ASEAN) lalu menginvestigasi kecurigaan pencurian umur Gali Freitas, namun memvonis sang pemain bebas dari segala tuduhan seusai melakukan pemeriksaan dokumen dan rekam jejak medis.
Masalahnya, Gali Freitas kerap bermain di Timor Leste lintas-usia dalam beberapa tahun belakangan dengan usia yang berubah-ubah.
Â
Advertisement
Pemain yang Provokatif
Di Piala AFF 2018 bersama Timor Leste senior, misalnya, profil Gali Freitas di situs turnamen bergengsi antarnegara Asia Tenggara (ASEAN) itu tertera berusia 22 tahun.
Jika benar Gali Freitas lahir pada 31 Desember 2004, maka pemain kontroversial itu masih berusia 16 tahun alias bau kencur ketika Piala AFF 2020 dimulai.
"Gali punya potensi yang besar," kata Susilo menilai. Saya sempat tanya, mau tidak ke Bali United? Dia mau, namun terbentur regulasi. Kan kompetisi di Timor Leste belum profesional," jelasnya.
Susilo bercerita, saat ini Gali Freitas sedang berada di Eropa untuk mengikuti seleksi di tiga negara, Jerman, Spanyol, dan Portugal. Dia mendapatkan tawaran untuk bermain di klub kasta ketiga.
"Masih ada teknik yang perlu dikembangkan Gali Freitas. Dia masih muda, jam terbangnya perlu ditambah. Namun, situasinya kurang mendukung," paparnya.
Gali Freitas selalu menjadi pusat perhatian pendukung Timnas Indonesia tiap kali bentrok dengan Timor Leste. Bukan hanya usianya, namun juga karena kualitasnya dan sikapnya yang kerap menjurus provokatif.
"Pernah ada wartawan menitipkan pertanyaan kepada saya tentang usia Gali Freitas dan perlakuan netizen Indonesia kepadanya, namun dia bilang tidak terlalu dipikirkan," tutur Susilo.
"Wajar ada pro dan kontra, katanya. Dia sih enjoy saja. Merasa wajar kalau di-bully. Sebab, dia kan pemain lawan dari Timnas Indonesia."
"Dia senang menjadi pusat perhatian di Indonesia. Namun, di satu sisi dia khawatir membuat pernyataan. Takut salah dan ada yang memelintir," kata Susilo mengakhiri wawancara.
Â
Yuk Simak Update Berita-berita SEA Games 2021
ÂÂÂView this post on Instagram
Â
Â
Advertisement