Sukses


Mundur dari PSSI, Iwan Budianto Kembali Fokus Kelola Arema FC

Bola.com, Malang - Iwan Budianto memutuskan untuk mundur dari jabatan Wakil Ketua Umum PSSI. Dia juga tidak bersedia mencalonkan atau dicalonkan sebagai Exco PSSI periode 2023-2027.

Ada indikasi sikap yang ia ambil sebagai bentuk tanggung jawab moral setelah Tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 yang memakan 135 korban jiwa.

“Rasanya tidak elok dan tidak etis jika kembali duduk di Exco PSSI. Itu sebabnya saya tidak mau mencalonkan dan tidak bersedia dicalonkan. Siapa pun yang terpilih menjadi ketua umum, wakil ketua umum, dan Exco PSSI 2023- 2027 bisa menjalankan amanah yang telah diberikan oleh pemilik suara,” katanya, Minggu (15/1/2023).

Iwan Budianto banyak mendapat kritikan dari suporter di Malang. Ia dianggap tidak menampakkan diri sejak terjadinya Tragedi Kanjuruhan hingga saat ini.

Meski demikian, ia melakukan beberapa hal di balik layar. Sebagai pemegang saham mayoritas PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI) yang mengelola Arema, dia menginstruksikan kelangsungan Crisis Center.

Tujuannya membentuk tim untuk memberikan bantuan dan pendataan secara detail baik yang berada di wilayah Malang maupun luar Malang terkait korban Tragedi Kanjuruhan.

2 dari 5 halaman

Fokus Kelola Arema

Setelah memutuskan mundur dari PSSI, Iwan Budianto akan turun tangan kembali ke Arema FC. Dia akan fokus memimpin langsung pemulihan tim Singo Edan yang kondisinya memprihatinkan.

Sebagai prioritas, pria yang akrab dengan sebutan IB bakal menjalin komunikasi dengan para keluarga korban, Aremania dan stakeholder sepakbola di Malang Raya. Tujuannya untuk membicarakan masa depan Arema FC.

“Kami tiada henti untuk meminta maaf. Dan kami ingin bangkit bersama untuk menyembuhkan luka yang kita rasakan. Kami memaklumi dan memahami apapun respon yang ditujukan kepada kami. Namun terimalah kami berikhtiar untuk berbenah dan meraih harapan baru agar lebih baik dan pulih,” ujar Iwan Budianto.

3 dari 5 halaman

Masih Mencari Keadilan

Arema FC pasca-Tragedi Kanjuruhan menghadapi banyak ujian, di antaranya adalah keputusan Komisi Disiplin PSSI yang meminta Arema harus bermain tanpa penonton dalam radius 250 km di luar Malang sampai akhir kompetisi.

Ditambah dengan denda 250 juta rupiah. Efek hukum juga dirasakan Arema FC, yaitu dengan menghadapi gugatan pidana dan perdata.

“Hampir 80 persen karyawan dan pimpinan di Arema FC proaktif memberikan keterangan agar proses hukum berjalan obyektif. kami sama juga berjuang mencari keadilan,” kata Komisaris Arema, Tatang Dwi Arfianto.

4 dari 5 halaman

Bantuan Kemanusiaan

Tatang menambahkan, pihaknya menyambut baik kembalinya Iwan Budianto dan berharap dapat melanjutkan program tanggap darurat membantu para keluarga korban pasca 100 hari Tragedi Kanjuruhan.

“Program lanjutan crisis center perlu. Sebelumnya klub telah memberi total bantuan sebesar 35 juta untuk masing masing korban meninggal total 135 korban. Lalu 24 korban luka berat dan sekitar 160 luka ringan,” paparnya.

“Arema FC akan proaktif menjalani program pemulihan jangka panjang maupun jangka pendek yang ditampung dari saran masukan Aremania serta stake holder Malang Raya,” ujarnya.

5 dari 5 halaman

Situasi Memprihatinkan

Di sisi lain, Tatang Dwi Arfianto menilai bahwa secara psikis pengelolaan serta bisnis Arema FC mengalami dampak yang memprihatinkan. Mulai dari renegoisasi sponsor sampai penataan benefitnya. Ditambah lagi pembiayaan yang tinggi karena Singo Edan harus berpindah homebase.

“Kita akui kita terpuruk dan prihatin. Namun, banyak pesan dan motivasi datang dari banyak pihak. Juga dari para keluarga korban, Arema FC harus mampu lewati ujian ini dan harus tetap menjaga tetap ada,” pungkasnya.

Video Populer

Foto Populer