Sukses


Evan Dimas Darmono, Gelandang Papan Atas yang Coba Bangkit dari Keterpurukan: Ganti Nomor, Ganti Nasib?

Bola.com, Malang - Gelandang Arema FC, Evan Dimas Darmono sedang berupaya lepas dari dalam masa sulit. Sejak musim lalu, performanya mulai diganggu cedera. Imbasnya, dia tak lagi masuk skuat Timnas Indonesia.

Pada Juni 2022, terakhir kali Evan Dimas dapat panggilan dari pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong untuk persiapan kualifikasi Piala Asia 2023. Namun, dia tak bisa memenuhinya karena cedera.

Itu jadi awal mula tergesernya posisi Evan di skuad Merah Putih. Apalagi sekarang Indonesia punya pemain naturalisasi di tengah. Seperti Marc Klok dan Ivar Jenner. Padahal di usia emas, 28 tahun, harusnya dia berada di puncak karier.

Musim lalu, Evan Dimas mencatatkan permainan terbanyak di Liga 1 selama kariernya, yakni 30 pertandingan. Itu karena dia tidak disibukkan dengan panggilan Timnas Indonesia. Beda dengan masa di mana dia jadi andalan Timnas Indonesia, dengan rata-rata dia tampil dalam 20-22 pertandingan dalam satu musim bersama klub.

 

2 dari 4 halaman

Ganti Nomor, Ganti Nasib?

Evan Dimas seperti menyadari ada yang kurang beres dari permainannya. Karena itu dia mengganti nomor punggung kesayangannya, 6 menjadi 9. Tujuannya dia ingin memulai perjalanan karier yang baru. Hanya saja, pada laga pertama BRI Liga 1 2023/2024 melawan Dewa United, Evan turun sebagai pengganti.

Kondisinya pada laga itu masih belum 100 persen pasca cedera saat pramusim, yang manan kondisi ini sama seperti musim lalu. Padahal musim ini, persaingan di lini tengah Arema lebih berat.

Sebab, ada dua pemain asing yang didatangkan, yakni Ariel Lucero dan Charles Raphael Almeida. Tapi, hal ini membuatnya terlecut untuk bangkit dan mendapatkan tempat di skuat utama Arema.

 

3 dari 4 halaman

Dua Gelar

Tepat satu dekade lalu, nama Evan melejit di sepak bola Indonesia. Tepatnya saat memimpin Timnas Indonesia meraih juara Piala AFF U-19 tahun 2013 silam.

Sebagai kapten tim, Evan sekaligus menjadi jenderal lini tengah. Permainannya sangat tenang layaknya pemain idolanya, yakni eks Barcelona dan Timnas Spanyol, Andres Iniesta.

Namanya semakin disanjung ketika membawa Indonesia mengalahkan Korea Selatan 3-2 di Kualifikasi Piala Asia U-19 di Jakarta. Evan jadi pahlawan dengan mencetak tiga gol waktu itu. Namun baru pada musim 2015 dia bermain untuk klub profesional, Persebaya Surabaya.

Permainannya makin apik saat bermain untuk Bhayangkara FC pada 2016/2017. Gelar juara Liga 1 dirasakannya waktu itu bersama klub berjuluk The Guardian.

Berkat permainan impresif itu, klub Malaysia, Selangor FA tertarik meminangnya bersama winger alumni Timnas Indonesia U-19, Ilham Udin Armaiyn. Sayang, dia hanya satu musim bertahan di Malaysia.

 

4 dari 4 halaman

Balik ke Indonesia

Tak banyak berkembang di Malaysia, Evan Dimas pulang ke Indonesia untuk bergabung dengan Barito Putera. Di sini jadi ujian bagi Evan karena dia tak bisa membawa Barito Putera ke papan atas. Justru akhir musim finish di urutan 13.

Tetapi namanya tetap jadi buruan tim besar. Persija Jakarta berhasil mendatangkannya musim 2020. Sayang, kompetisi terhenti karena pandemi virus corona.

Kisahnya di Persija hanya seumur jagung. Karena saat kompetisi dimulai kembali tahun 2021/2022, dia ditarik klub lamanya, Bhayangkara FC. Namun gelar kembali diraih Evan ketika pindah ke Arema musim 2022.

Trofi Piala Presiden diraih. Namun awal manis tersebut berubah jadi petaka. Karena Arema terseok-seok di Liga 1 dan terjadi Tragedi Kanjuruhan. Nilai pasarnya di transfermakrt pun turun dari 5.65 miliar rupiah menjadi 4.35 miliar rupiah. Kini Evan berharap bisa bangkit bersama Singo Edan.

Video Populer

Foto Populer