Sukses


Romantika Gunawan Dwi Cahyo dan Jatuh Bangun 2 Pemain Indonesia: Dampak Bius Popularitas Yang Melelapkan

Bola.com, Jakarta Gunawan Dwi Cahyo, salah satu pesepak bola yang saat ini sedang hangat diperbincangkan. Menurut pengakuan mantan bek Persik di BRI Liga 1 2023/2024 ini, dirinya hanya menjalin pertemanan biasa dengan seorang wanita di Kediri.

Tak dipungkiri lagi, sepak bola adalah olahraga paling digandrungi manusia sejagat. Gebyar si kulit bundar ini membuat popularitas seorang pemain melejit.

Karena ketenaran itu si pemain menjadi pujaan pencinta sepak bola di Tanah Air. Para wanita pun menggandrungi pemain idola mereka. Lagipula profesi main bola menjanjikan kesejahteraan berupa kocek tebal di kantong.

Rating pemain akan makin tinggi, bila mereka menjadi anggota Timnas Indonesia. Tapi tak jarang popularitas bisa jadi bius yang meninakbobokkan dan membuat pemain lupa diri.

Sebagai manusia normal, tentunya pesepak bola punya kehidupan pribadi. Namun karena khilaf secuil perilaku, mereka jadi bahan pergunjingan publik. Apalagi di era digital, masyarakat sangat mudah mengakses segala informasi kehidupan.

Tapi Gunawan lupa bahwa dirinya adalah suami dari artis Okie Agustina. Berita tersebut makin liar dan viral karena melibatkan seorang selebritis. Pungkasnya, pemain asal Jepara, Jateng, ini pun harus menghentikan karier di Persik. Bahkan, konon, Okie Agustina mengajukan gugatan cerai kepada Gunawan Dwi Cahyo.

Romantika kehidupan berbuntut jatuh bangun karir ini tak hanya dialami Gunawan Dwi. Setidaknya dalam satu dasawarsa terakhir ada dua pesepak bola Indonesia yang menyedot perhatian massa karena perilaku pribadi mereka. Berikut ulasannya:

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

1. Nurhidayat Haji Haris

Nama Nurhidayat melambung tinggi sejak masih berusia muda. Tepatnya dimulai bergabung dengan PSM pada Liga 1 2017. Pemain kelahiran Makasar, 5 April 1999 ini memang pantas meraih popularitas.

Karena dia memang punya kualitas individu sangat mumpuni. Ditambah lagi, dia adalah kapten Timnas Indonesia U-19 dan U-23. Selama membela negara, Nurhidayat meraih posisi ketiga di Piala AFF 2017 dan 2018. Setahun berikutnya, dia meraih medali perak bersama Timnas Garuda di ajang SEAG 2019.

Kesejahteraan hidup pun berjalan seiring prestasi yang diukirnya. Dari PSM, Nurhidayat langsung dipinang Bhayangkara FC, juara Liga 1 2017. Dia bertahan di klub ini hingga 2020.

Nilai kontrak Nurhidayat di Bhayangkara FC memang tak dipublikasi. Namun pemain yang digadang-gadang sebagai bek masa depan Indonesia ini tiba-tiba bikin heboh pada tahun 2020.

Unggahan kado hadiah ulangtahun pacaran dengan kekasihnya Sarah Ahmad berupa sedan mewah merek Mini Cooper yang nilainya bisa mencapai miliaran rupiah jadi viral di media sosial.

 

 

3 dari 5 halaman

Star Syndrome

Kemungkinan akibat star syndrome dengan popularitas selangit, Nurhidayat pun mulai sering bertindak indispliner. Itu terjadi saat dia dipanggil Shin Tae-yong ikut TC Timnas Indonesia pada 2020 dan 2021.

Sayangnya Nurhidayat tak cepat bangkit dan belajar dari pengalaman. Karirnya pun langsung meredup. Pada 2021, dia sempat kembali ke PSM. Namun hanya bertahan tiga bulan dan tak pernah merumput, Nurhidayat pun didepak dari Juku Eja.

Berikutnya, Nurhidayat hanya berpindah dari satu klub ke klub lain di Liga 2, seperti PSG Pati dan PSIM. Saat ini Nurhidayat menganggur alias tanpa klub. Konon, kesibukan sehari-harinya membantu sang istri bisnis perawatan kecantikan.

4 dari 5 halaman

Sang Petarung Sejati

Star syndrome dan popularitas juga sempat dialami Saddil Ramdani. Usia pemain kelahiran Muna, Sulawesi Tenggara ini sepantaran dengan Nurhidayat Haji Haris.

Skill individu Saddil Ramdani juga luar biasa sebagai penyerang sayap. Bahkan majalah The Void sempat menobatkannya sebagai wonderkid pada 2018.

Adalah Aji Santoso yang menemukan bakat ciamik Saddil Ramdani pada 2014 lalu. Sebelum mengawali karir profesional di Persela, pemain kelahiran 2 Januari 1999 ini digembleng di ASIFA Malang, akademi sepak bola milik Aji Santoso. Pelatih ini pula yang mengorbitkan Saddil Ramdani saat menukangi Persela.

Pemain bergaya kidal ini tak hanya sukses di klub, tapi juga bersama Timnas Indonesia. Saddil pernah membela Timnas Merah Putih U-16, U-19, U-23, hingga senior. Babak di usia 21 tahun, dia telah menembus semua kelompok usia Timnas Indonesia.

Sayangnya, di luar lapangan Saddil Ramdani kerap gagal mengendalikan diri dan memicu kontroversi. Saddil sudah dua kali berurusan dengan Kepolisian karena kasus penganiayaan.

 

5 dari 5 halaman

Titik Balik Saddil

Kasus pertama terjadi pada November 2018. Ketika itu, Saddil sebenarnya diproyeksikan untuk tampil membela Timnas Indonesia di Piala AFF. Beruntung, ketika itu kasus Saddil ditangguhkan oleh pihak Kepolisian.

Namun, peristiwa pertama itu tak membuat Saddil jera. Pada April 2020 Saddil kembali ditetapkan sebagai tersangka oleh Kepolisian akibat kasus yang sama yakni penganiayaan.

Lepas dari belitan masalah di atas. Saddil Ramdani adalah seorang petarung sejati. Meski melakukan kesalahan, dia terus bangkit dan memperbaiki diri.

Kasus yang dilakukan tak mempengaruhi karier Saddil Ramdani di atas rumput hijau. Pada 2019, dia pernah bermain di Malaysia bersama klub Sri Pahang. Kemudian Saddil hanya semusim kembali ke Indonesia membela Bhayangkara FC.

Sejak 2021, Saddil Ramdani sukses berkarir dengan Sabah FC di Liga Super Malaysia. Pada laga kualifikasi Grup F Piala Dunia 2026, Saddil Ramdani jadi penyelamat Timnas Indonesia dengan golnya untuk memaksa Filipina bermain imbang 1-1.

Video Populer

Foto Populer