Sukses


Maman Suryaman, Pernah Kalahkan Timnas bersama Tim Kampung

Bola.com, Malang - Generasi milenial mungkin mengenal Maman Suryaman sebagai figur pelatih yang pernah menangani Timnas Indonesia U-16.

Selain itu, dia juga pernah jadi asisten pelatih Persija Jakarta. Tapi, jauh sebelum itu, Maman Suryaman merupakan eks gelandang Timnas Indonesia era 90-an.

Saat masih bermain, dia membela tiga klub besar Tanah Air: Warna Agung, Pelita Jaya dan Persija Jakarta. Tak banyak yang tahu, ada cerita unik di balik usahanya jadi pesepakbola profesional.

Dia menceritakannya di kanal youtube Bicara Bola. Maman lahir dan besar di Bekasi. Bukan dari keluarga pecinta sepakbola. Melainkan seniman.

Namun, lingkungan yang membuatnya memilih jadi pesepakbola. Karena setiap hari dia bermain bola dengan teman-teman kampungnya.

“Rumah saya dekat dengan alun-alun. Teman-teman ngajakin main bola setiap hari. Kalau libur, bisa pagi, sore, malam main bola terus,” kenangnya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

 

 

2 dari 4 halaman

Awal Karier

Sampai di sebuah momen, dia dan teman-temannya melihat pemain klub setempat, Persikasi Bekasi yakni Suwandi Simon sedang latihan sendiri dan melewati tempatnya bermain bola.

“Sejak SD saya nonton Persikasi di stadion. Ada yang bernama Suwandi Simon. Dia sering cetak gol. Ketika dia sedang menambah porsi latihan sendiri, saya dan teman-teman mengikutinya," kisah Maman Suryaman

"Bahkan sampai menyembah agar kami ini dilatihnya. Dan kami akhirnya dilatih dan membentuk tim bernama Ikatan Remaja Tugu,” katanya.

Hanya saja, Maman sempat tidak mendapat restu dari orang tua. Karena dia sering pulang dengan kondisi baju yang kotor dan lupa waktu. Tak jarang sepatu bolanya harus disembunyikan oleh orang tuanya.

“Kalau sepatu sedang disembunyikan, saya tetap latihan. Meski pakai sepatu kets,” kenangnya.

Seiring berjalannya waktu, Simon mendapatkan investor dan membuat tim amatir bernama Bekasi Putra. Maman dan rekan-rekannya ikut bermain di tim ini.

“Kami sempat uji coba dengan tim asal Jakarta, UMS. Ketika itu, UMS tim yang terkenal. Dan kami bisa kalahkan mereka 4-0. Waktu itu, saya masih sekolah,” tegasnya.

 

3 dari 4 halaman

Kalahkan Timnas Indonesia dengan Tim Kampung

Beberapa tahun kemudian atau sekitar pertengahan 1980, dia sempat mengalahkan Timnas Indonesia junior dengan skor telak 7-0.

Pertandingan tersebut jadi pembuka untuk uji coba Indonesia senior melawan Bayern Munchen. “Kami sering berlatih tanding dengan tim yang usianya dua tahun lebih tua. Tujuannya melatih mental," tegas Maman. 

"Suatu ketika, ada kesempatan jadi laga pembuka kalau tidak salah Indonesia mau lawan Bayern. Kami lawan tim muda Indonesia yang saat itu tidak pernah kalah. Justru kami kalahkan 7-0. Tim kampung kami ini lalu jadi perbincangan,” tegasnya.

Sejak itu, mantan pemain Timnas Indonesia, Endang Witarsa tertarik dengan Maman dan rekan-rekannya. Sehingga Endang yang berstatus sebagai pelatih UMS, sering pergi ke Bekasi untuk memantau perkembangan Bekasi Putra.

Bahkan tim ini sempat memakai nama Indonesia B untuk ajang Lions Cup di Singapura pada tahun 80-an. “Waktu itu Brunei mengundurkan diri dan Indonesia diperbolehkan mengirimkan dua wakil," ungkap Maman. 

"Timnas Indonesia yang sesungguhnya dan Indonesia B itu kami dari Bekasi Putra. Sayang, gugur di fase grup." 

"Karena itu perjalanan pertama kami ke luar negeri. Naik pesawat saja takut. Main malam juga gak terbiasa dengan sinar lampu. Wajar, anak kampung kan,” sambung lalu tertawa.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Raih Medali SEA Games

Sejak kelas 2 SMA, Maman sudah ditarik oleh Endang Witarsa ke Warna Agung. Setiap lima musim dia berganti klub. Dari Warna Agung ke Pelita Jaya. Setelah itu dia ke Persija Jakarta dan pensiun di sana.

Salah satu puncak karirnya tentu di tahun 1991. Maman masuk dalam skuat Indonesia yang meraih medali emas SEA Games di Manila, Filipina.

Waktu itu, dia jadi pilihan utama di lini tengah. Maman juga terpilih jadi salah satu algojo tendangan penalti di tim.

"Semifinal dan final kami menang adu penalti. Saya penendang nomor dua. Yang pertama, kapten tim,” tegasnya.

Dia juga memberi gambaran jika latihan timnas waktu itu lebih kejam dibandingkan era Shin Tae-yong saat ini. Seperti diketahui, pelatih Indonesia untuk SEA Games 1991 adalah Anthony Polosin dari Rusia.

"Latihannya sudah kayak minum obat. Sehari tiga kali. Makanya, ada beberapa pemain yang tidak kuat dan mengundurkan diri. Tapi, hasilnya secara fisik bagus. Dua kali perpanjangan waktu di SEA Games, kami bisa tetap main dengan tempo tinggi,” imbuhnya.

Video Populer

Foto Populer