3 Pemain Kreatif di Timnas Indonesia Saat Ini dan Perbedaan Gaya Main Mereka

Sejak menukangi Timnas Indonesia pada 2020, Shin Tae-yong butuh waktu yang cukup lama untuk menemukan sosok pemain muda serba bisa seperti Marselino Ferdinan.

Marselino tak hanya mumpuni sebagai gelandang serang, tapi juga sangat mengerikan sebagai winger.

Kerap gonta-ganti formasi, STY sangat bersyukur punya pemain sekaliber Marselino yang bisa ditempatkan di dua posisi sekaligus.

Ajang Piala Asia U-23 2024 di Qatar beberapa waktu lalu menjadi pembuktikan bagi Marselino. Pemain yang masih berusia 19 tahun ini tak pernah absen di starting XI dan menjadi salah satu protagonis di balik kesuksesan Garuda Muda menembus semifinal.

Dalam bermain, Marselino tipikal yang lihai membuka ruang sehingga memudahkan rekannya untuk memberikan assist. Selain itu, ia juga jago gocek dan sangat percaya diri setiap kali mendapatkan peluang.

Tak menutup kemungkinan, jika STY menerapkan formasi 4-3-3, Marselino diperintahkan lebih maju ke depan berperan sebagai tukang gedor dari sisi kiri. Penempatan yang sangat tepat, karena eks Persebaya Surabaya itu punya kecepatan menusuk ke dalam kotak penalti dan berani melepaskan tembakan roketnya dari jarak jauh.

Anak muda 20 tahun ini merupakan pemain yang sangat tenang namun dalam duel-duel tertentu bisa berubah beringas.

Sejatinya, Ivar Jenner merupakan seorang gelandang bertahan. Tugasnya, merusak permainan cantik lawan di lini tengah sekaligus memutus aliran bola.

Selintas, gaya permainannnya mengingatkan kita kepada gelandang petarung Timnas Belanda yang juga legenda Juventus, Edgar Davids.

Umpan-umpan terobosan serta permainan pendek dari kaki ke kaki menjadi ciri khas pilar Utrecht.

Permainannya sedingin wajahnya. Satu lagi ciri khas Ivar Jenner, ia tak segan-segan melakukan tebasan jika penyerang lawan berani melewati batas wilayah kekuasaannya.

Permainan tanpa kompromi dibuktikannya saat Piala Asia U-23 2024 lalu. Kerja kerasnya suskes membawa Garuda Muda menorehkan sejarah karena mampu menembus semifinal.

Setiap kali Timnas Indonesia mengalami kesulitan mencetak atau menambah gol, maka salah satu solusinya adalah dengan cara memasukkan Rick Kambuaya.

Di bawah arahan Shin Tae-yong, Ricky Kambuaya memang tak selalu jadi starter. Ia justru kerap diturunkan guna menambah variasi serangan dari lini tengah atau sektor sayap.

Seperti kebanyak pemain asal Papua, Ricky Kambuaya juga dianugrahi stamina dan fisik di atas rata-rata. Itulah yang membuat pilar Dewa United berusia 28 tahun berhasil menaklukkan hati Shin Tae-yong.

Dalam melakukan serbuan, Ricky Kambuaya melesat bak panah. Ia mampu berlari cepat sambil menggiring bola dan dengan jitu melepaskan long pass.

Ia juga sangat ditakuti lawan karena kelihaiannya melakukan gerakan tanpa bola dan secara tiba-tiba sudah berada di dalam kotak penalti guna menambah kemelut.

Bagi lawan, membiarkannya leluasa bergerak sama saja dengan bunuh diri. Oleh karena itulah, setiap kali nama Ricky Kambuaya mengisi susunan pemain Timas Indonesia, baik starter maupun cadangan, itu berarti teror bagi lawan. Ngeri!