Bola.com, Jakarta Bek Timnas Australia, Harry Souttar, menyebut Timnas Indonesia sudah berbeda dari saat tampil di Piala Asia 2023.
Socceroos dan Indonesia terakhir kali bertemu di babak 16 besar Piala Asia 2023 dan itu pertama kalinya Tim Garuda lolos ke babak gugur. Australia meraih kemenangan 4-0.
Baca Juga
Advertisement
Namun, di bawah asuhan Shin Tae-Yong, Indonesia terus menguat sepanjang 2024.
Souttar, yang mencetak gol keempat Australia pada pertemuan Januari itu, tidak berilusi bahwa ujian yang lebih berat kemungkinan akan menanti mereka di SUGBK, Selasa (10/9/2024).
"Satu hal yang kami katakan sebagai satu tim adalah bahwa ini akan sangat berbeda dari Piala Asia," katanya.
"Pertandingan Piala Asia agak aneh karena kami mencetak dua gol di akhir pertandingan. Meskipun kami mendominasi permainan, skor mungkin tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Gol-gol di akhir pertandingan memberi sedikit tambahan yang bagus bagi kami," katanya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tambahan Amunisi
Harry Souttar meyakini timnya harus mewaspadai Timnas Indonesia. Pasukan Shin Tae-yong juga menambah beberapa amunisi dari Eropa yang dulu tidak bermain di Piala Asia.
"Mereka akan menjadi lawan yang sangat tangguh. Kami tahu mereka sangat mampu menguasai bola, mereka telah mendatangkan beberapa pemain yang lebih berpengalaman dari luar negeri dan dengan keunggulan kandang dan atmosfer yang akan mereka ciptakan, kami harus waspada."
Advertisement
Lawan 80 Ribu Orang
Ia juga menantikan atmosfer di SUGBK yang luar biasa.
"Selasa akan ramai, akan berisik tetapi perasaannya penuh kegembiraan. Anda ingin bermain di depan banyak orang, stadion penuh, dan atmosfer yang besar," katanya.
"Mungkin akan sedikit lebih sulit, tetapi rasanya seperti bermain di tempat yang tidak hanya dihuni 11 pemain, tetapi juga semua pemain di bangku cadangan dan seluruh tim di belakang kami, semua staf, melawan 80 ribu orang. Mentalitasnya adalah 'kita melawan dunia' dan tidak ada perasaan yang lebih baik daripada bermain di kandang lawan seperti itu dan meraih hasil."