Bola.com, Jakarta - Keputusan Rafael Struick hijrah ke Brisbane Roar bisa jadi pilihan tepat buat pemain diaspora di Timnas Indonesia. Peluang untuk mendapatkan menit bermain di klub barunya lebih terbuka alih-alih bertahan di Ado Den Haag.
Kepastian Rafael Struijk pindah ke Brisbane Roar cukup mengejutkan mengingat ia berhasil menembus skuad muda dan diproyeksi bakal menembus tim utama Ado Den Haag. Namun, ia memilih terbang ke Australia demi mematenkan menit bermainnya.
Baca Juga
Advertisement
Kabar ini membuat pemain diaspora di Eropa berkurang. Akan tetapi, masih ada banyak penggawa Timnas Indonesia yang tersebar di Benua Biru, mulai dari Inggris hingga Belanda.
Lantas, bagaimana peluang mereka meraih menit bermain yang ideal di tim utama? Berikut ini ulasannya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Nathan Tjoe-A-On
Nathan Tjoe-A-On adalah satu dari sekian pemain diaspora yang berkarier di Eropa, tepatnya Swansea City. Musim lalu, bek serbabisa ini bermain sebagai pemain pinjaman di SC Heerenveen.
Nathan sedianya dilaporkan akan kembali dipinjamkan ke klub Belanda lainnya, namun ternyata, staf pelatih memutuskan untuk mempertahankannya. Sayang, musim 2024/2025 sudah berjalan, ia belum banyak bermain.
Di Championship Division misalnya, Nathan baru bermain sebanyak dua menit saja. Sepertinya ia memang dipersiapkan untuk tampil di pentas Cup atau kompetisi piala. Terbukti, menit bermainnya di Carabao Cup cukup banyak.
Sayangnya, Swansea kandas pada putaran kedua. Kini, klub berjulukan The Swans itu tinggal menyisakan Piala FA yang baru akan digulirkan pada akhir tahun ini.
Advertisement
Marselino Ferdinan
Didatangkan Oxford United pada detik-detik akhir jendela transfer membuat Marselino Ferdinan mau tak mau bersabar seraya beradaptasi tidak hanya pada atmosfer Liga Inggris, tetapi juga bagaimana tim barunya itu mempertontonkan pola permainan.
Masih berusia muda, Marselino Ferdinan tentu memiliki masa depan yang lebih cerah, dan ia tidak perlu khawatir mengenai menit bermainnya. Akan tetapi, 'Marceng' sepertinya masih harus memamerkan kualitasnya di level U-23 atau tim cadangan.
Jika ia berhasil menunjukkan kehebatannya, kans untuk naik kelas ke tim utama akan sangat terbuka lebar. Apalagi ia pernah berstatus 50 pemain muda terbaik versi The Telegraph.
Shayne Pattynama
Kualitas Shayne Pattynama tak perlu dipertanyakan. Pengalamannya bermain di Liga Belanda dan Belgia sangat banyak, dan bermain di KAS Eupen membuat peluangnya mengoleksi menit bermain cukup terbuka lebar.
Akan tetapi, persaingan ketat di lini tengah KAS Eupen membuat menit bermain Shayne terbatas. Dari empat laga, di mana Shayne masuk daftar susunan pemain, baru tujuh menit ia habiskan di rumput lapangan.
Cukup terlihat bahwa Shayne berstatus pemain rotasi di KAS Eupen, sehingga perlu kerja keras lebih baginya untuk mendapatkan kepercayaan tampil sebagai starter pada laga-laga berikutnya.
Advertisement