Bola.com, Jakarta - Keputusan PSSI menunjuk Patrick Kluivert sebagai suksesor Shin Tae-yong menakhodai Timnas Indonesia memang meninggalkan banyak polemik. Ada sederet plus minus dari langkah berani yang ditempuh PSSI.
Munculnya nama Patrick Kluivert memang sudah beredar beberapa hari sebelum PSSI memperkenalkannya secara resmi pada Rabu (8/1/2025). Beragam pro dan kontra mengiringi langkah tegas federasi melengserkan Shin Tae-yong dari posisi sebagai pelatih Timnas Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Respons publik terhadap keputusan ini memang cukup beragam. Tak sedikit yang mendukung langkah PSSI mendepak Shin Tae-yong, meski ada yang lebih banyak meragukan kebijakan yang dianggap gegabah tersebut.
Jika dilihat dari dua sisi, kehadiran Patrick Kluivert sebagai nakhoda baru Timnas Indonesia memang menyajikan sisi plus dan minusnya. Ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan skuad Garuda, sekaligus tantangan yang bakal mengiringinya. Berikut Bola.com menyajikan ulasannya.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Aspek Negatif (Masih Minim Pengalaman)
Rekam jejak Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala sebetulnya tak begitu mentereng. Dia tak memiliki pengalaman yang panjang sebagai pelatih kepala. Kariernya lebih banyak dihabiskan sebagai asisten.
Dia hanya pernah tiga kali menjadi pelatih kepala. Yang pertama ialah ketika mengasuh Jong Twente (2011-2012), setelah itu ketika menangani Timnas Curacao (2015-2016 dan 2021), serta terakhir menakhodai klub Liga Turki, Adana Demirspor (2023).
Bersama klub yang disebut terakhir, dia bekerja mulai Juni 2024. Akan tetapi, masa tugasnya tak berlangsung sampai berakhir. Patrick Kluivert sudah harus mengakhiri pekerjaannya tersebut pada 4 Desember 2023. Artinya, belum ada rekam jejak impresif yang diukir Kluivert selama menjadi pelatih.
Â
Advertisement
Aspek Negatif (Butuh Proses Adaptasi)
Tantangan terbesar yang harus dihadapi Patrick Kluivert sebagai pelatih baru Timnas Indonesia ialah proses adaptasi. Juru racik berusia 48 tahun tersebut tidak memiliki waktu yang banyak untuk mengenal timnya.
Praktis, waktu yang dimiliki Kluivert sebelum menghadapi pertandingan pertamanya pada Maret 2025 hanya selama 2,5 bulan. Periode ini bakal menjadi momen penentu apakah Kluivert telah memahami karakter dari setiap anak asuhnya.
Untuk menerapkan taktik yang diinginkan juga tentu butuh waktu. Kluivert tidak memiliki kesempatan yang longgar untuk menanamkan gaya permainan yang ingin diterapkannya pada dua laga tersebut.
Â
Aspek Negatif (Ekspektasi dan Tekanan Tinggi)
Publik pencinta Timnas Indonesia dibuat gempar dengan keputusan PSSI mendepak Shin Tae-yong. Munculnya nama Kluivert sebagai penggantinya pun juga memunculkan pro dan kontra di kalangan publik.
Mereka menilai kehadiran Kluivert tentu harus memberikan prestasi yang lebih tinggi ketimbang juru taktik sebelumnya. Dengan kata lain, fans akan menuntut hasil alih-alih memberikan kesempatan bagi Kluivert untuk menjalani proses.
Ekspektasi dan tekanan yang tinggi ini tentu telah disadari Kluivert saat menerima tugas mengasuh skuad Garuda. Jika mampu menjawab ekspektasi itu pada laga pertamanya, dia berpeluang mendapatkan kepercayaan dari fans.
Â
Advertisement
Aspek Positif (Kelancaran Komunikasi)
Faktor utama yang disebut-sebut menjadi alasan PSSI melengserkan Shin Tae-yong sebagai nakhoda Timnas Indonesia ialah komunikasi. Aspek ini memang diharapkan bisa terjawab dengan hadirnya Kluivert sebagai pelatih kepala yang baru.
Apalagi, sebagai warga Belanda, dia memiliki kemudahan untuk menjalin komunikasi dengan anak asuhnya. Sebagian besar amunisi skuad Garuda saat ini merupakan pemain-pemain naturalisasi asal Negeri Kincir Angin.
Tentu, hubungan kedekatan antara pelatih dan para pemain ini bisa memudahkan interaksi di dalam tim. Harapannya, komunikasi yang lancar dapat membantu Kluivert untuk membawa skuad Garuda punya performa lebih baik.
Â
Aspek Positif (Kepemimpinan)
Alasan lainnya yang digunakan pihak federasi untuk menunjuk Kluivert ialah faktor kepemimpinan. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menilai kepemimpinan menjadi catatan krusial yang mesti diperbaiki Timnas Indonesia.
Hadirnya Kluivert tentu diharapkan PSSI bisa menjawab permasalahan tersebut. Dengan rekam jejaknya yang melegenda di Belanda, dia tentu diharapkan mampu memberikan motivasi dan inspirasi bagi para pemainnya.
Tentu, nama-nama pemain bintang seperti Jay Idzes, Mees Hilgers, Thom Haye, dan lain-lain bisa lebih segan dan menghormati Kluivert karena rekam jejaknya yang mentereng saat masih aktif bermain.
Â
Advertisement
Aspek Positif (Punya Reputasi)
Tak hanya itu, PSSI juga dapat menggoda lebih banyak pemain keturunan Indonesia-Belanda dengan hadirnya Kluivert sebagai pelatih kepala. Reputasi sang pelatih di Negeri Kincir Angin memang sudah tak perlu diragukan.
Dengan ‘menjual nama’ Kluivert, PSSI bisa meyakinkan lebih banyak pemain-pemain keturunan, terutama yang masuk kategori ‘Grade A’ untuk bersedia menjalani proses naturalisasi demi memperkuat Timnas Indonesia.
Ini menjadi modal sosial yang sangat baik untuk ke depannya, terutama jika Kluivert mampu membawa skuad Garuda tampil lebih baik setelah menjadi suksesor Shin Tae-yong di Kualifikasi Piala Dunia 2026.