Bola.com, Jakarta Dari Belanda ke Belanda, Timnas Indonesia kini kembali ditukangi pelatih asal Negara Kincir Angin, Patrick Kluivert.
Sejarah mencatat, Indonesia pertama kali diarsiteki juru taktik berkebangsaan Belanda yakni Johannes Christoffel van Mastenbroek pada 1938.
Baca Juga
Kapten Timnas Indonesia U-20 Minta Maaf Setelah Tersingkir dari Piala Asia U-20 2025 dan Gagal ke Piala Dunia U-20
Klasemen Grup C Piala Asia U-20 2025: Timnas Indonesia U-20 Dipastikan Tersingkir, Mimpi Tembus Piala Dunia U-20 Pupus
Persija Lagi Jelek, Rizky Ridho Tetap Berharap Dipanggil Patrick Kluivert ke Timnas Indonesia: Mungkin Saya Ada Bad Day dan Tidak Perform
Advertisement
Mastenbroek pulalah pertama kali memimpin Indonesia, dulu bernama Hindia Belanda, beraksi di Piala Dunia 1938 di Prancis.
Menariknya, saat ini Patrick Kluivert juga mengemban misi berat membawa Skuad Garuda lolos le Piala Dunia 2026.
Saat ini, Indonesia bercokol di posisi ketiga klasemen Grup C ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia dengan torehan enam poin.
Pada Maret mendatang, tepatnya tanggal 20 Jay Idzes dkk. akan melakoni laga away kontra Australia. Lima hari selanjutnya, menjamu Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta.
Lalu, pada 5 Juni kembali meladeni China. Jika bisa memenangkan tiga laga tadi, kans Indonesia untuk lolos langsung ke putaran final Piala Dunia 2026 terbuka lebar karena berpeluang finis sebagai runner-up.
Bila misi terwujud, maka bisa dipastikan Patrick Kluivert menjadi pelatih tersukses yang pernah menukangi Timnas Indonesia.
Loh, bagaimana dengan Johannes Christoffel van Mastenbroek? Perlu diketahui, keikutsertaan Indonesia saat itu karena beberapa faktor. Satu di antaranya, banyak negara yang menolak berpartisipasi termasuk Jepang.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
40 Pelatih Sebelum Kluivert, Lokal Juga Sukses
Sebelum Patrick Kluivert datang, total sudah 40 pelatih yang pernah mengotaki Timnas Indonesia. Terakhir adalah Shin Tae-yong. Posisinya diisi oleh Patrick Kluivert.
Sejauh ini, torehan prestasi Timnas Indonesia masih jauh dari kata memuaskan. Inilah yang coba disudahi PSSI besutan Erick Thohir lewat program naturalisasi.
Dalam tiga tahun terakhir, performa Skuad Garuda, termasuk di level kelompok usia terus mengalami peningkatan.
Kedatangan pemain-pemain naturalisasi berdampak signifikan dan dua yang paling mencolok adalah Timnas Indonesia U-23 melangkah jauh sampai ke semifinal Piala Asia U-23 2024 dan timnas senior mampu bertahan hingga ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Menoleh ke belakang, Bertje Matulapelwa dan Anatoli Polosin, untuk sementara masi dua pelatih tersukses.
Bertje menyabet medali emas sepak bola SEA Games 1987 yang berlangsung di Jakarta, sedangkan Anatoli Polosin melakukan hal yang sama di SEA Games 1991 Manila, Filipina.
Setelah menunggu sekian purnama, Indonesia baru bisa lagi meraih medali emas sepak bola saat SEA Games 2023 Kamboja. Di bawah arahan Indra Sjafri, Skuad Garuda sukses menyudahi penantian panjang.
Bertje tak hanya memesona di SEA Games 1987, tapi juga menjuarai Piala Kemerdekaan Indonesia 1987.
Advertisement
Gaya Eropa Timur Malah Cocok
Masih ada nama lain yang juga layak disebut. Siapa keduanya? Antun Pogacnik, pelatih Yugoslavia yang berkuasa dari 1954 hingga 1963 membawa Timnas Indonesia merangsek ke semifinal Asian Games 1954, perempat final Olimpiade 1956 di Melbourne, dan mengantongi medali perunggu Asian Games 1958.
Kemudian Henk Wullems. Nakhoda asal Jerman membawa Timnas Indonesia meraih medali perak SEA Games 1997 dan medali perunggu SEA Games 1999. Di era ini pulalah tim senior tampil terakhir kali di SEA Games, digantikan tim U-22 dan U-23.
Indonesia tercatat hanya menambah tiga medali perak pada SEA Games 2011, 2013, dan 2019, serta medali perunggu pada 2017. Rahmad Darmawan mempersembahkan dua medali perak, edisi 2011 dan edisi 2013.
Sebelum medali emas pada 2023, Indra Sjafri mempersembahkan medali perak SEA Games 2019 di Filipina. Lebih baik dari torehan pelatih asal Spanyol, Luis Milla, yang mempersembahkan medali perunggu di SEA Games 2017 di Malaysia.
Misteri Piala AFF
Bagaimana di ajang yang tak kalah bergengsi lainnya macam Piala AFF? Sejak digulirkan pertama kali pada 1996, Indonesia sama sekali tak pernah merasakan manisnya gelar juara.
Pencapain terbaik hanya sebatas runner-up yakni pada 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020.
Di edisi terakhir, Piala AFF 2024, Indonesia bahkan sudah tersingkir di fase grup. Kegagalan tersebut membuat pelati Shin Tae-yong dalam tekanan hebat. Tak lama berselang, ia dipecat.
Pada dua edisi sebelumnya, STY juga gagal mempersembahkan gelar jawara Piala AFF 2020 dan 2022. Di 2020, Indonesia melaju ke final namun kalah dari Thailand. Dua tahun kemudian, malah melorot ke semifinal.
Selain Shin Tae-yong, pelatih yang juga membawa Timnas Indonesia ke partai puncak Piala AFF adalah Nandar Iskandar, Ivan Kolev, Peter Withe, pun Alfred Riedl.
Advertisement
Indra Sjafri Raja Kelompok Usia
Pujian setinggi langit layak diberikan kepada kinerja Timnas Indonesia kategori usia. Satu dekade terakhir, pencapaian di level kelompok umur sangat membanggakan sekaligus mengharukan.
Indra Sjafri misalnya, pelatih asal Minang, Sumatera Barat, membawa Timnas Indonesia U-19 menjadi yang terhebat di Piala AFF U-19 2013 dan Piala AFF U-19 2024, serta Piala AFF U-22 2019.
Fakhri Husaini yang dipercaya menangani Timnas Indonesia U-16 mulai 2017 hingga 2019, meraih trofi juara Piala AFF U-16 2018.
Tak mau ketinggalan, Bima Sakti mengukir prestasi yang tak kalah mengilap, menjuarai Piala AFF U-16 2022.
Sayang, sukses Indra Sjafri, Fakhri Husaini, dan Bima Sakti tak menular ke Nova Arianto. Ia hanya mampu mempersembahkan tempat ketiga Piala AFF U-16 2024.
Bagaimana di sepanjang 2025 ini? Semoga Timnas Indonesia semakin jaya.
Daftar Pelatih Timnas Indonesia
Belanda
- Johannes Christoffel van Mastenbroek 1938
- Wiel Coerver 1975-1976
- Frans Van Balkom 1978-1979
- Henk Wullems 1996-1997
- Wim Rijsbergen 2011-2012
- Peter Huistra 2015
- Patrick Kluivert 2024
Singapura
- Choo Seng Quee 1951-1953
Yugoslavia
- Antun Pogacnik 1954-1964
- Ivan Toplak 1991-1993
Indonesia
- E.A. Mangindaan 1966-1970
- Endang Witarsa 1970
- Suwardi Arlan 1972-1974, 1976-1978
- Djamiat Dalhar 1974
- Aang Witarsa 1974-1975
- Harry Tjong 1981-1982
- Sinyo Aliandoe 1982-1983, 1987
- M. Basri, Iswadi Idris, Abdul Kadir 1983-1984
- Bertje Matulapelwa 1985-1987
- Danurwindo 1995-1996
- Rusdy Bahalwan 1998
- Nandar Iskandar 1999-2000
- Benny Dollo 2008-2010, 2015
- Aji Santoso 2012
- Nilmaizar 2012-2013
- Rahmad Darmawan 2013
- Bima Sakti 2018
Turki
- Yusuf Balik 1971-1972
Polandia
- Marek Janota 1979-1980
Jerman
- Bernd Fischer 1980-1981
- Bernard Schumm 1999
Rusia
- Anatoli Polosin 1987-1991
Italia
- Rommano Matte 1993-1995
Bulgaria
- Ivan Kolev 2002-2004, 2007
Inggris
- Peter Withe 2004-2007
Austria
- Alfred Riedl 2010-2011, 2013-2014, 2016
Argentina
Luis Manuel Blanco 2013
Brasil
Jacksen Tiago 2013
Spanyol
Luis Milla 2017-2018
Skotlandia
Simon McMenemy 2018-2019
Korea Selatan
Shin Tae-yong 2019-2024
Advertisement