Sukses


7 Klub Promosi Premier League yang Langsung Terdegradasi

Bola.com, Jakarta - Klub-klub asal Championship Division jangan berbangga hati lebih dulu jika mampu promosi ke Premier League. Itu karena jika tak pandai mengatur sumber daya pemain, performa, dan keuangan, mereka bisa kembali turun kasta.

Kompetisi Premier League saat ini dianggap sebagai yang terbaik di dunia. Itu karena kompetisi sepak bola kasta tertinggi di tanah Inggris itu dihuni para pemain dan pelatih terbaik di dunia. Oleh karenanya, tim-tim yang baru promosi hampir tak memiliki ruang untuk bisa tampil cemerlang.

Alasannya sederhana, materi pemain dalam skuat mereka kalah jauh dibandingkan dengan para tim papan atas. Selain itu, skuat utama tim-tim promosi biasanya kualitasnya jomplang dengan para pemain cadangan mereka.

Namun, Leicester City mampu membuktikan diri sebagai anomali pada musim 2015-2016. Hanya mampu berada di posisi ke-14 pada musim 2014-2015, The Foxes secara mengejutkan mampu tampil sebagai juara.

Determinasi dan konsistensi menjadi kunci utama klub-klub Inggris untuk bisa bertahan di Premier League. Selama sejarah bergulirnya Premier League yang dimulai pada musim 1992-93, banyak klub yang bolak-balik merasakan degradasi. Bagi klub-klub promosi, target utama mereka adalah menghindari degradasi. Namun banyak juga klub promosi yang kalah bersaing sehingga harus turun kembali ke Divisi Utama (Championship).

Berikut 7 klub promosi yang langsung kembali terdegradasi:

2 dari 8 halaman

1

Middlesbrough
Middlesbrough merupakan klub yang merasakan promosi pada masa peralihan dari Divisi Satu menjadi Premier League. The Boro menjadi satu di antara 22 klub peserta Premier League edisi pertama.

Pada awal musim, Middlesbrough tampil bagus dengan memenangi empat dari tujuh laga pertama mereka. Memasuki paruh kedua musim, penampilan skuat besutan Lennie Lawrence ini menurun. The Boro terjun bebas ke jurang degradasi dan menempati peringkat 21 pada klasemen akhir.

3 dari 8 halaman

2

Crystal Palace
Crystal Palace tercatat sebagai klub yang paling sering kembali terdegradasi setelah mendapatkan promosi pada era Premier League. Palace kali pertama merasakan langsung terdegradasi setelah promosi adalah pada musim 1994-95 ketika ditangani Alan Smith. Palace menempati peringkat ke-19 dari 22 klub peserta.

Pada musim 1996-97, The Eagles mendapat tiket promosi. Namun mereka kembali terdegradasi pada akhir musim 1997-98 setelah menempati peringkat juru kunci di bawah kendali Steve Coppell. Usaha penyelamatan yang dilakukan Attilio Lombardo dan Ray Lewington tidak membuahkan hasil.

Kali ketiga The Eagles mengalami pengalaman serupa adalah pada musim 2004-05. Palace yang ditangani Iain Dowie finis di peringkat 18 dan terpaksa harus kembali tampil di Divisi Championship.

4 dari 8 halaman

3

Bolton Wanderers
Bolton Wanderers merasakan Premier League pada 1995-96 dengan status tim promosi. Pada akhir musim, 8 kemenangan, 5 hasil imbang dan 25 kekalahan, menjadikan Bolton sebagai juru kunci klasemen.

The Trotters tampil dominan di Divisi Utama pada musim 1996-97 dan kembali mendapat tiket promosi ke Premier League. Di bawah arahan Colin Todd, Bolton menempati peringkat ke-18 pada klasemen akhir dan kembali harus terjun ke Divisi Utama pada musim berikutnya.

5 dari 8 halaman

4

Queens Park Rangers

Queens Park Rangers terdegradasi dari Premier League pada musim 2012-13, namun mereka hanya membutuhkan satu musim saja untuk kembali ke pentas utama. The Hoops yang kembali ke Premier League pada musim 2014-15 mencanangkan target utama untuk menghindari degradasi.

Tetapi pergantian manajer, dari Harry Renknapp ke Chris Ramsey, membaut kondisi klub memburuk. QPR harus kembali turun ke Divisi Championship setelah menempati posisi juru kunci Premier League pada musim 2014-15.

6 dari 8 halaman

5

Manchester City
Manchester City bangkit pada musim 1999-00 setelah sempat terhempas ke Divis Dua Liga Inggris. Pada musim tersebut, The Citizens menempati posisi kedua dan mendapatkan promosi ke Premier League 2000-01.

Ketatnya kompetisi Premier League tidak mampu diimbangi oleh pemain City. Manajer klub, Joy Royle, hanya mampu membawa City menempati peringkat ke-18 yang membuat klub kembali berkompetisi di Divisi Utama pada musim berikutnya.

7 dari 8 halaman

6

Leicester City
Juara bertahan Premier League saat ini, Leicester City, juga merupakan klub langganan degradasi. Pada musim 1994-95, The Foxes finis di posisi ke-21. Kegagalan Leicester bertahan di Premier League adalah karena ditinggal manajer Brian Little pada November 1994 yang menerima pinangan Aston Villa.

Pada musim 2003-04 pengalaman The Foxes kembali terulang. Setelah susah payah mengejar tiket promosi pada 2002-03, Leicester kembali tersungkur pada musim 2003-04 dan terjatuh ke Divisi Utama.

8 dari 8 halaman

7

Sunderland
Peter Reid merupakan sosok di balik kesuksesan Sunderland kembali ke Premier League musim 1996-97. Namun bencana melanda The Black Cats pada paruh kedua musim. Sunderland menelan empat kekalahan beruntun jelang akhir musim. Pada laga penentuan, Sunderland kembali takluk dari Wimbledon sementara Coventry menang atas Tottenham Hotspur. Hasil ini membawa The Black Cats terjatuh ke Divisi Utama setelah finis di peringkat ke-18.

Musim 2005-06 mungkin adalah musim paling buruk yang pernah dialami Sunderland selama berkiprah di Premier League. Berhasil menjadi satu di antara tiga klub promosi pada 2004-05, Sunderland menjadi bulan-bulanan klub Premier League. Hingga pekan terakhir, The Black Cats hanya berhasil mengumpulkan 15 poin dari tiga kemenangan dan enam hasil imbang.

Sumber: Berbagai Sumber

Video Populer

Foto Populer