Sukses


4 Fakta Ralf Rangnick yang Digadang-gadang Gantikan Solskjaer di Manchester United: Taktiknya Bikin Klopp dan Tuchel Terinspirasi

Bola.com, Jakarta - Bursa pelatih pengganti Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United makin memanas. Beberapa nama muncul sebagai kandidat, satu di antaranya Ralf Rangnick

Beberapa nama masuk bursa pengganti Solskjaer. Ada Antonio Conte, tapi kemudian sang pelatih sudah bergabung ke Tottenham Hotspur. 

Nama lain yang mencuat adalah Zinedine Zidane hingga Brendan Rodgers. Namun, belakangan nama Ralf Rangnick paling santer digadang-gadang sebagai calon bos baru di Old Trafford. 

Di sisi lain, Solskjaer kini tengah pulang ke Norwegia setelah Manchester United menelan kekalahan memalukan 0-2 dari Manchester City akhir pekan lalu. Dia pulang menggunakan jet pribadi bersama keluarganya. 

Sekarang, Rangnick, yang berusia 63 tahun dan punya visi permainan yang brilian, dikaitkan dengan kursi panas di Old Trafford itu. 

Sang pelatih punya reputasi moncer di tanah kelahirannya, Jerman. Dia disebut-sebut sebagai guru taktik Jurgen Klopp hingga Thomas Tuchel. 

Berikut ini empat fakta tentang Ralf Rangnick, kandidat penggati Solskjaer di Machester United, seperti dikutip The Sun

 

2 dari 5 halaman

1. Pelopor Gegenpressing

Pelatih berjuluk The Professor tersebut merupakan salah satu pelopor Gegenpressing, gaya bermain ketika tim langsung menekan lawan setelah kehilangan penguasaan bola. 

Pengaruhnya di permainan modern sangat terasa, banyak tim yang mengadopsi filosofinya. 

Pada 1998, ia muncul di TV Jerman mengenakan setelan hitam dan kemeja untuk mengungkapkan tesis sepak bolanya.

Media Jerman menjulukinya 'Profesor Jerman', mungkin secara tidak adil dan dengan cemoohan.

Dia diejek karena penampilannya yang culun dan kacamata tanpa bingkai, sementara metodenya tidak dianut oleh tim yang menyukai 'metode penyapu" ala legenda Jerman Franz Beckenbauer.

"Reaksi dari media dan juga orang lain dalam sepak bola sangat luar biasa," kata Rangnick kepada ESPN.

"Alasan utama untuk ini adalah bahwa 30 tahun sebelumnya, Franz Beckenbauer menetapkan tolok ukur bagi sebagian besar tim di negara kita ketika dia menciptakan posisi libero-sweeper untuk dirinya sendiri."

"Franz bahkan mengatakan pada pertengahan 90-an bahwa Anda tidak bisa bermain dengan empat garis belakang yang menandai zona karena pemain Jerman tidak akan mengerti cara memainkannya."

"Saya bertanya pada diri sendiri, mengapa pemain Jerman harus kurang cerdas daripada pemain di Belgia, Spanyol atau Belanda? Bagi saya itu sama sekali tidak logis."

Filosofi ala Rangnick kemudian disebut sebagai Gegenpressing, yang merupakan spin-off dari permainan menekan manajer ikonik Ukraina, Valeriy Lobanovskyi.

Tentang Gegenpressing, Rangnick menggambarkannya sebagai filosofi sangat sederhana.

"[Gegenpressing adalah] gaya sepak bola yang sangat proaktif, mirip dengan cara Borussia Dortmund dan Liverpool bermain di bawah Klopp."

“Kami suka menekan tinggi, dengan tekanan balik yang sangat intens. Ketika kami menguasai bola, kami tidak suka umpan balik.

"Kiper juga tidak boleh menjadi orang yang paling banyak kontak dengan bola. Di hampir setiap liga dan setiap negara, penjaga gawang secara teknis adalah pemain sepak bola yang paling terbatas di lapangan dan oleh karena itu kami harus memastikan bahwa dia memiliki kontak terendah."

"Ini adalah [gaya] sepak bola yang cepat, proaktif, menyerang, menyerang balik, menekan, menarik dan menghibur," imbuhnya. 

 

3 dari 5 halaman

2. Filosofinya Menginspirasi Klopp dan Tuchel

Taktik ala Rangnick membuat Jurgen Klopp terinspirasi. Dia kemudian mengembangkan brandnya sendiri,  yaitu sepak bola heavy-metal. 

Manajer Liverpool tersebut juga memuji Rangnick sebaagai salah satu yang terhebat, bahkan mungkin pelatih asal Jerman yang terhebat.  

Bukan hanya Klopp yang terinspirasi. Thomas Tuchel serta pelatih Bayern Munchen, Julian Negelsman, juga terinspirasi oleh taktiknya. 

Hebatnya, ketiga pelatih tersebut kini sama-sama punya karier yang moncer. 

 

 

4 dari 5 halaman

3. Memulai Karier Melatih di Usia Sangat Muda

Yang menarik, Rangnick mengawali karier melatihnya saat masih berusia 25 tahun pada 1983, setelah merangkungkan karier semi-profesional yang medioker. 

Namun, teorinya bertentangan dengan tren. Saat itu, Timnas Jerman mengadopsi sistem 3-5-2 dan man-marking

Sejujurnya, Timnas Jerman mencicipi kesuksesan dengan sistem bermain itu, memenangi Piala Dunia 1990, setelah menjadi runner-up empat tahun sebelumnya. 

Namun, Rangnick punya ide sendiri bagaimana permainan indah harus dimainkan. 

Dia pernah menangani banyak klub, mulai Stuttgart, Hannover, Schalke 04, hingga RB Leipzig. 

 

5 dari 5 halaman

4. Kesuksesan

Pada 2001-2004, Rangnick melatih di Hannover, yang kemudian promosi ke Bundesliga.

Kemudian, setelah kehilangan peran sebagai asisten manajer untuk Timnas Jerman bawah Joachim Low, ia gabung Schalke pada 2004. Saat itu, Schalke finis sebagai runner up di belakang Bayern Munchen di Bundesliga.  

Mereka juga kalah di final piala Jerman dari rival mereka pada 2005.

Tapi selamanya menikmati menjadi underdog, Rangnick menyambar tawaran Hoffenheim pada 2006, setelah dipecat oleh Schalke karena serangkaian hasil buruk.

Di situlah dia, mungkin, mencapai momen terbesarnya sebagai pelatih - membawa tim dari divisi ketiga ke Bundesliga dengan promosi berturut-turut.

Dia meninggalkan klub dalam keadaan sehat di papan atas Bundesliga, sebelum kembali ke Schalke karena merasa memiliki urusan yang belum selesai.

Dia memenangkan piala Jerman, memimpin klub ke semifinal Liga Champions, sebelum kelelahan membuatnya mengundurkan diri pada 2011.

Ia sempat beristirahat dari kursi kepelatihan dan menjalani proyek baru untuk mengawasi tim Red Bull; Leipzig, Salzburg, dan New York sebagai Direktur Olahraga.

Berkat tangan dinginnya, klub yang dibiayai miliarder Austria, Dietrich Mateschitz, itu mengalami kemajuan pesat dari divisi empat ke Bundesliga hanya dalam waktu enam tahun. RB Leipzig bahkan menjelma menjadi tim empat besar serta peserta tetap Liga Champions dari Jerman.

Kini ia menjadi kepala Kepala Departemen Olahraga dan Pengembangan di klub Rusia, Lokomotiv Moskow. 

Sumber: The Sun 

 

Video Populer

Foto Populer