Sukses


Nostalgia Edmundo dan Romario, Duo Vasco da Gama yang Sempat Bikin Sakit Hati MU

 

Bola.com, Jakarta - Kalau bisa saling membenci, buat apa bersatu. Itulah prinsip dua legenda klub lawas Brasil, Vasco da Gama.

Keduanya adalah Edmundo dan Romario. Edmundo yang kini berusia 51 tahun memperkuat Vasco da Gama dalam empat periode yakni 1991-1992, 1996-1997, 1999-2001, dan 2008.

Sedangan Romario, yang usianya lebih tua lima tahun dari Edmundo memperkuat tim berjuluk O Gigante da Colina itu tak kalah lama yakni 1985-1988, 2000-2002, serta 2005-2006.

Nama terakhir juga bintang Timnas Brasil di Piala Dunia 1994, di mana saat itu Selecao tampil sebagai juara setelah mengalahkan Italia 3-2 via adu penalti.

Di masa jayanya, tepatnya pada pergantian milenium, Vasco da Gama merupakan salah satu kekuatan besar sepak bola Amerika Selatan. Tim yang berdiri 21 Agustus 1898 menjalani periode paling gemilang dalam sejarah mereka.

 

2 dari 6 halaman

Kalahkan MU di Piala Dunia Antarklub

Pada 2000, di ajang Kejuaran Piala Dunia Antarklub yang berlangsung di Sao Paulo dan Rio de Janeiro, Brasil, Vasco da Gama berada di Grup B bersama Club Necaxa (Meksiko), Manchester United (Inggris), dan South Melbourne FC (Australia).

Di momen indah ini, Vasco da Gama sukses menjadi yang terbaik. Di partai puncak, mereka mengalahkan rival senegara, Corinthians, lewat adu penalti.

Duel kontra MU di fase sebelumnya tentunya sangat berkesan kepada keduanya, karena baik Edmundo maupun Romario sama-sama mencetak sebiji gol dalam kemenangan 3-1.

 

 

3 dari 6 halaman

Keputusan Presiden Klub

Kedigdayaan Vasco da Gama ketika itu tak lepas dari keputusan penting yang diambil oleh Eurico Miranda, Presiden Klub.

Dalam benak bos besar, menghadapi raksasa-raksasa Eropa macam MU dan Real Madrid yang dijejali pemain top dunia tentunya tak bisa hanya mengandalkan Edmundo semata.

Edmundo sendiri belum lama kembali. Sang tombak baru saja bertugas di Italia memperkuat Fiorentina, dari 1998 hingga 1999.

Fans akhirnya tahu, sosok yang dimaksud Miranda adalah Romario yang notabene merupakan idola dan pujaan mereka.

Adapun Romario belum lama dipecat dari Flamengo. Kebiasaannya ke klub malam membuat petinggi Flamengo naik pitam dan tanpa ampun mendepak eks Barcelona dan PSV Eindhoven.

Tak sedikit yang meragukan ide gila Miranda. Bagaimana mungkin menyatukan orang yang saling membenci dalam satu tim? Risiko besar mengancam.

 

4 dari 6 halaman

Perseteruan Edmundo dan Romario

Perseteruan Edmundo dan Romario pecah pada 1998 atau jelang Piala Dunia di Prancis. Nama Romario tak masuk daftar skuad besutan Mário Zagallo. Dia merasa Edmundo menyerobot posisinya.

Romario lalu membuka cafe di Rio. Namanya Cafe do Gol. Di pintu salah satu toilet pria, dia meletakkan karikatur besar Edmundo duduk di atas bola kempis.

Bagi Romario itu hanya lelucon. Tapi tidak bagi Edmundo. Itu jelas penghinaan.

"Saya meneleponnya untuk meminta penjelasan. Dia tidak bisa meyakinkan saya. Untuk alasan ini, saya memutuskan untuk mengakhiri persahabatan saya dengannya," ketus Edmundo pada 2017.

Edmundo sebel bukan main. Padahal dia sudah menganggap seniornya itu tak ubahnya saudara sendiri. "Dia seperti kakak bagi saya," aku Edmundo sembari menambahkan bahwa keduanya kerap pula menikmati kehidupan malam.

 

5 dari 6 halaman

Bagaimana Keduanya Melewati Hari-hari di Klub secara Bersama?

Lalu, bagaimana keduanya melewati hari-hari di klub yang sama dan mampu memenangkan kejuaraan bergengsi?

Sebagai pemain profesional, keduanya berlatih dan bertanding seperti biasa. Edmundo menyambut baik kedatangan "kakaknya" tersebut.

Tapi itu tak berlangsung lama. Pada suatu hari, Edmundo diam-diam nyelonong ke kantor presiden klub. Kepada bos besar, dia minta dilepas ke klub lain.

Miranda paham betul apa yang tengah berkecamuk di dada pemain kesayangannya itu. Usai mendapat penjelasan bahwa Romario hanya akan bermain selama Piala Dunia Antarklub, Edmundo lega.

Akan tetapi, Edmundo kecele. Belakangan, Romario ternyata bertahan sampai 2002 atau dua tahun pasca mereka memenangkan Piala Dunia Antarklub.

Edmundo tak kuasa menahan emosi. Dia merasa dibohongi dan dikhianti. Harga dirinya berontak.

Puncaknya terjadi kala Vasco da Gama bertanding melawan Bangu di kejuaraan negara bagian Rio yang berkesudahan dengan skor 0-0.

Vasco da Gama sebenarnya bisa memenangkan duel ketat itu, jika saja Romario yang maju sebagai eksekutor mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Sayang, bola yang ditendangnya membentur mistar gawang.

Penalti itu seharusnya menjadi jatah Edmundo, karena sang pelatih memang menunjuknya.

Tapi, Romario, dalam kapasitrasnya sebagai kapten, menarik bola dan merenggut bola dari tangannya. Edmundo tak bisa berbuat apa-apa.

 

6 dari 6 halaman

Bersatu Lagi

Nasib Edmundo kian perih. Dia tak lagi jadi andalan. Dia lalu ditendang Santos dan Napoli sebagai pemain pinjaman sebelum akhirnya hengkang ke Cruzeiro pada 2001.

Seiring dengan berjalannya waktu, kedua musuh bebuyutan itu bersatu kembali dua kali lagi dalam karir mereka, pertama di rival Vasco di Rio, Fluminense pada tahun 2004 dan kemudian kembali ke Vasco pada tahun 2008.

Kini, setelah pensiun, Edmundo menjadi komentar di TV Brasil sebagai pakar untuk Fox Sports. Sementara, Romario, terjun ke dunia politik.

Sumber: Planetfootball

Video Populer

Foto Populer