Bola.com, Jakarta - MU merupakan satu di antara klub terkaya di dunia sedang menghadapi masalah serius di bursa transfer: Setan Merah kesulitan menjual pemain.
Masalah ini sebenarnya sederhana, tetapi dampaknya signifikan. Banyak pemain dalam skuad MU tidak menarik bagi klub lain karena usia, gaji tinggi, atau catatan cedera yang buruk.
Baca Juga
Advertisement
Masalah ini berakar dari manajemen yang buruk dan strategi skuad yang tidak efektif. MU saat ini berada dalam tekanan aturan Financial Fair Play (FFP).
Kendati mencatatkan pendapatan tertinggi sebesar 661 juta pound tahun lalu, klub melaporkan kerugian hingga 113 juta pound. Kondisi ini membuat MU memiliki ruang terbatas untuk belanja pemain di bursa transfer tanpa melanggar regulasi.
Kendati skuad MU dihargai 666 juta pound menurut Transfermarkt, nilai pasar banyak pemain jauh di bawah ekspektasi.
Berita Video, komentar Arne Slot terkait rumor Trent Alexander-Arnold yang diisukan ke Real Madrid
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Contoh Kasus
Contoh yang mencolok adalah Antony. Pemain yang dibeli dengan harga 85 juta pound ini dianggap sebagai satu di antara transfer terburuk dalam sejarah klub.
Namun, menjual Antony akan membawa kerugian besar di laporan keuangan karena biaya transfernya masih didistribusikan selama masa kontraknya.
Situasi serupa terjadi kepada Casemiro. Meski berstatus pemain kelas dunia, kontrak senilai 60 juta pound sulit ditransfer karena usianya yang sudah tua dan gaji yang tinggi.
Advertisement
Pemain yang Sulit Dijual
Beberapa pemain lain seperti Victor Lindelof, Christian Eriksen, dan Harry Maguire juga tidak memiliki nilai transfer besar karena usia atau kontrak yang hampir habis.
Selain itu, cedera dan performa buruk menjadi alasan lain banyak pemain MU menjadi "tidak laku".
Luke Shaw, Mason Mount, dan Tyrell Malacia memiliki masalah kebugaran yang serius, sementara pemain seperti Bruno Fernandes, Rasmus Højlund, dan Lisandro Martínez belum mampu menjaga performa terbaik mereka.
Akibatnya, MU sering kehilangan peluang menjual pemain ketika nilai mereka masih tinggi.
Ironisnya, pemain-pemain dengan nilai jual tinggi adalah mereka yang justru ingin dipertahankan klub, seperti Kobbie Mainoo, Alejandro Garnacho, dan Amad Diallo.
Kobbie Mainoo, sebagai talenta muda yang menjanjikan, bisa menghasilkan keuntungan besar jika dijual. Namun, kehilangan pemain seperti ini justru akan melemahkan tim dalam jangka panjang.
Akar Masalah
MU, yang saat ini berada di peringkat ke-13 Liga Inggris, menghadapi konsekuensi dari bertahun-tahun pengelolaan yang buruk.
Pengeluaran besar-besaran tanpa arah yang jelas, ditambah strategi skuad yang tidak efektif, telah menjadikan banyak pemain sebagai aset yang "tidak dapat dijual".
Untuk memperbaiki situasi ini, MU harus meningkatkan kebijakan perekrutan mereka dan menjual pemain saat nilai mereka masih tinggi. Jika tidak, masalah ini akan terus berlanjut dan menimbulkan dampak serius bagi klub di masa depan.
Sumber: The Independent
Advertisement