Bola.com, Jakarta - Di usia 30 tahun dan dengan performa yang mulai tak stabil, Bruno Fernandes mungkin akan menjadi korban dari rencana perombakan besar yang sedang dipersiapkan pelatih Ruben Amorim di Manchester United (MU).Â
Lebih dari satu dekade sejak kepergian Sir Alex Ferguson, MU masih belum menemukan jalan kembali ke masa kejayaannya.
Baca Juga
Advertisement
Sejumlah manajer datang dan pergi, deretan pemain bintang dibeli dan hilang begitu saja. Kini, satu pertanyaan besar mulai mengemuka: apakah Bruno Fernandes harus menjadi nama berikutnya yang meninggalkan Old Trafford?
Tak bisa dimungkiri, kontribusi Fernandes sejak didatangkan pada Januari 2020 sangat signifikan. Ia adalah satu di antara dari sedikit transfer yang layak disebut sebagai pembelian yang tepat selama hampir sepuluh tahun terakhir.
Gol, assist, semangat, dan kepribadiannya sempat menumbuhkan harapan bahwa ia akan menjadi dirigen yang membawa harmoni ke lini tengah Setan Merah yang kacau balau.
Â
Laga yang digelar di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Sabtu (17/5/2025), harus dihentikan sementara pada menit ke-76 setelah suporter menyalakan flare, kembang api, dan bom asap! Setelah tertunda lebih dari 30 menit, pertandingan dilanjutkan dan akhirny...
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Waktu Tepat sebelum Nilai Jual Anjlok
Namun, waktu terus berjalan. Bruno Fernandes kini berusia 30 tahun, dan konsistensi performanya mulai menurun dibandingkan musim-musim awal.
Musim ini, ketika MU membutuhkan penampilan terbaiknya di final Liga Europa, Fernandes justru tampil redup, kehilangan ketajaman, dan nyaris tak terlihat sepanjang laga. Bukan itu sosok pemimpin yang dibutuhkan tim di tengah krisis.
Yang lebih penting, MU kini sedang berada dalam fase rekonstruksi besar bersama Ruben Amorim.
Gagal lolos ke Liga Champions telah membuat klub kehilangan potensi pemasukan hingga 100 juta paun (sekitar Rp2,2 triliun)– cukup besar untuk memaksa mereka mengevaluasi ulang semua aset yang dimiliki.
Jika klub seperti Al-Hilal atau satu di antara raksasa Eropa datang dengan tawaran 100 juta paun atau lebih, melepas Fernandes bukanlah ide gila. Ini justru waktu yang paling tepat untuk "mencapai kesepakatan".
Fernandes masih memiliki nilai pasar yang tinggi, tetapi itu tidak akan bertahan lama. Satu musim mengecewakan lagi, dan usia yang terus bertambah, bisa membuat nilai jualnya anjlok.
Â
Advertisement
Melepas Ikon demi Perubahan Lebih Besar
Jika ingin membangun tim sesuai filosofi modern ala Amorim – permainan cepat, fisik kuat, intensitas tinggi, dan sirkulasi bola yang dinamis – maka, Fernandes bisa jadi bukan potongan yang paling pas dalam puzzle tersebut.
Secara finansial, Fernandes adalah pemain dengan gaji tertinggi kedua di skuad saat ini.
Membebaskan beban gaji sebesar 375 ribu paun (Rp8,2 miliar) per pekan akan sangat berarti bagi klub yang sedang butuh ruang dalam struktur penggajian demi merekrut wajah-wajah baru.
Jika melihat kembali sejarah reformasi sukses dalam sepak bola, banyak klub besar yang justru harus rela melepas ikon mereka demi memberi ruang bagi perubahan yang lebih besar.
Â
Bukan soal Pengkhianatan
Kisah Fernandes bukan soal pengkhianatan, melainkan soal keputusan dingin yang memang harus diambil dalam sepak bola modern.
Ia telah memberikan segalanya untuk klub, tetapi sepak bola adalah permainan waktu, dan momen terbaik untuk berpisah bukanlah ketika semuanya hancur, melainkan ketika keduanya masih memiliki nilai dan martabat.
Jika MU memang serius membangun ulang, mereka tak bisa terus mempertahankan segalanya hanya karena alasan emosional.
Melepas Fernandes bisa menjadi keputusan berani yang dibutuhkan untuk membuka lembaran baru di Old Trafford, dan jika itu benar-benar terjadi, Fernandes layak dikenang sebagai bagian dari sejarah – bukan beban yang terlalu berat untuk dilepaskan.
Advertisement