Bola.com, Jakarta - Premier League terus menggeliat di musim panas 2025. Tak sekadar beli dan jual pemain, melainkan juga kehadiran para pelatih anyar. Satu di antara yang sukses bikin heboh dalam sepekan terakhir adalah Thomas Frank.
Nama ini menguat sebagai kandidat pelatih Tottenham Hotspur, menggantikan peran Ange Postecoglou. Nama Frank-pun mulai mendapat atensi, dan dibandingkan dengan tim-tim tradisional di Liga Inggris.
Baca Juga
Advertisement
"Saya mungkin tidak akan selamanya di Brentford. Suatu saat saya akan pindah ke klub lain," Ucapan tersebut telontar dari mulut Frank kepada Neil Johnston, jurnalis BBC, pada Januari 2025. Sinyalemen itu menjadi kenyataan, saat di pengujung musim, manajemen Spurs mulai mendekatinya.
Spurs pede, karena mereka menawari Frank pengalaman baru, yakni Liga Champions!. Spurs mendapat jatah ke turnamen antarklub paling bergengsi di Eropa tersebut setelah menjadi jawara Liga Europa musim lalu.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bisa Membawa Sesuatu ke London
Spurs berharap, Frank sanggup membawa rival sekota Arsenal dan Chelsea tersebut terbang tinggi. Pada musim lalu, pria berusia 51 tahun tersebut menangani Brentford, yang finis tujuh posisi di atas Spurs.
Spurs menutup lembaran Ange Postecoglou demi pelatih asal Denmark. Frank berhasil membawa Brentford tampil konsisten di Premier League setelah promosi dari Championship pada 2021.
Frank menjadi manajer aktif dengan masa kerja terlama kedua di Premier League, hanya kalah dari Pep Guardiola di Manchester City. "Itu hanya masalah waktu," kata Guardiola, pada September 2024, saat ditanya apakah ia terkejut Frank belum mendapat tawaran pekerjaan di klub yang lebih besar.
Frank memang tidak pernah bermain sepak bola secara profesional. Namun, ia telah merasakan persaingan dalam 152 pertandingan Premier League. Catatannya, 54 kali menang, kalah 60 kali, dan mengumpulkan 200 poin dari total 456 yang mungkin diraih.
Dari 54 manajer yang pernah berada di sisi lapangan lebih dari 150 pertandingan di era Premier League, Frank menempati peringkat ke-29 dalam hal poin per pertandingan. Ia memiliki rata-rata 1,32 poin.
Â
Advertisement
Punya Kemampuan yang Kompleks
Selama melatih Brentford, Frank telah menghabiskan 254 juta pounds atau Rp 5,5 triliun untuk membeli pemain. Pada sisi lain, ia memberi pemasukan ke kas Brentford sebesar 183 juta pounds atau lebih dari Rp 4 triliun dari penjualan.
Perbandingan pengluaran Frank selama bersama Brentford dengan Spurs sejak 2016/2017, tergolong 'njomplang'. Spurs mengeluarkan dana 961 juta pounds atau sekitar Rp 21 triliun.
Kini, Frank, yang dikenal sebagai kebalikan dari Postecoglou karena fleksibilitas taktisnya, bisa menjadi pelatih keempat Tottenham sejak 30 Juni 2021. Nuno Espirito Santo hanya bertahan empat bulan, Antonio Conte 16 bulan, dan Postecoglou didepak setelah dua tahun.
"Tekanan di Tottenham jauh lebih besar dibandingkan di Brentford karena ekspektasi yang tinggi, dan pelatih harus mampu menghadapi ekspektasi itu," ujar Chris Sutton, peraih gelar Premier League bersama Blackburn Rovers pada musim 1994/1995, kepada BBC Sport.
Energi tanpa batas dan kemampuan memotivasi dari Frank telah membawa performa terbaik Brentford. Brentford bakal melakoni musim kelima secara berturut-turut di Liga Inggris, meski menjadi satu di antara pemilik anggaran minim.
Â
Tak Perlu Ragu
Para pendukung Spurs tak perlu meragukan kualitas Frank. Sang calon pelatih terbukti membangun reputasi sebagai pelatih yang menghasilkan tim dengan karakter kuat tanpa ego. Hasilnya, ia menghasilkan para pemain seperti Ivan Toney, Bryan Mbeumo, dan Yoane Wissa.
Tak sekadar menjadi pelatih, Thomas Frank juga punya cara lain untuk meleburkan diri dan membuat suasana tak canggung. Ia selalu bersosialisasi dengan pemain dan staf, tanpa pandang bulu.
Pada musim lalu, ia tertangkap kamera berkompetisi dengan pemain dan staf dalam olahraga padel. Gelandang Brentford, Christian Norgaard, mengatakan sang pelatih sangat dekat secara personal dengan para pemain.
"Ia sangat peduli terhadap bagaimana kondisi kami dan apa yang kami rasakan. Itu adalah kualitas yang sangat penting bagi seorang pelatih. Tidak semua orang punya itu. Dia benar-benar seorang pemimpin dan sosok yang membimbing kami," beber Norgaard.
Â
Advertisement
Pujian Berubah Jadi Ujian
Segala pujian untuk Frank bakal menjadi ujian ketika benar-benar menangani Spurs. Setidaknya, ia akan mengalami dunia yang berbeda, yakni dari tim dengan kapasitas minim, lalu berada di tim raksasa berbekal bujet besar dan penuh sorotan publik serta media.
Sutton menyebut keputusan Tottenham Hotspur berpisah dengan Postecoglou sebagai 'sesuatu yang gila'. "Itulah realita klub yang akan dimasuki Frank," tegasnya.
Eks bomber Timnas Inggris tersebut juga menilai, Spurs mengambil risiko besar dengan menunjuk manajer yang belum punya pengalaman di Liga Champions. "Karena ekspektasi tinggi di Tottenham, Frank tidak akan diberi waktu untuk beradaptasi. Dia akan langsung berada di bawah tekanan sejak awal," kata Sutton.
Belum ada komentar lanjutan dari Frank terkait rencananya yang santer akan menjadi Pelatih Tottenham Hotspur. Namun, publik dan media sudah berharap, Spurs bisa menyeimbangkan performa di Liga Champions, Premier League, Piala FA dan Carabao Cup.
Sumber: BBC