Sukses


Fenomena 007: Lelucon Kejam yang Menggambarkan Perjalanan Florian Wirtz di Awal Premier League 2025/2026

Dalam kultur media sosial sepak bola, istilah “007” bukan lagi soal agen rahasia Inggris, melainkan lelucon kejam bagi pemain yang gagal mencetak gol maupun assist dalam tujuh laga awal bersama klub barunya.

“No, Mr Bond, I expect you to not score or assist in your first seven Premier League appearances.”

Bola.com, Jakarta - Begitulah sindiran yang kini ramai ditujukan pada Florian Wirtz — bintang muda Jerman yang baru memulai petualangan di Inggris. Dalam kultur media sosial sepak bola, istilah “007” bukan lagi soal agen rahasia Inggris, melainkan lelucon kejam bagi pemain yang gagal mencetak gol maupun assist dalam tujuh laga awal bersama klub barunya.

Wirtz kini menjadi sasaran terbaru dalam tradisi ejekan tersebut. Didatangkan Liverpool dari Bayer Leverkusen dengan harga fantastis £116 juta atau sekitar Rp2,9 triliun, sang gelandang belum mampu menyumbang gol maupun assist dalam enam laga perdananya di Premier League. Kesempatan ketujuhnya akan datang akhir pekan ini, saat The Reds bertandang ke markas Chelsea.

Bagi para penikmat meme sepak bola, istilah ini sudah seperti ritual tahunan. Namun asal-usul “007” sesungguhnya bermula dari siaran Sky Sports Jerman pada 2021, ketika mereka menampilkan Jadon Sancho dalam balutan tuksedo ala James Bond, lengkap dengan tag “007”, mengejek masa adaptasinya di Manchester United. Ironisnya, banyak pemain besar yang sempat mengalami nasib serupa di awal karier Inggris mereka.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Belajar dari Mereka yang “Start Lambat”

Jika media sosial sudah seaktif sekarang pada tahun 1999, Thierry Henry pun mungkin tak luput dari ejekan “007”. Kala itu, ia masih berusia 21 tahun — sedikit lebih muda dari Wirtz saat ini — dan kesulitan mencetak gol di awal kariernya di Arsenal. Namun waktu membuktikan, Henry bukan “flop”, melainkan legenda: 175 gol, 74 assist, dan status top skor sepanjang masa klub.

Matheus Cunha juga pernah mengalami hal serupa ketika pertama kali bergabung ke Wolverhampton Wanderers dari Atletico Madrid. Ia butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan tempo dan fisik Premier League. “Ini liga terbaik di dunia, jadi tentu lebih sulit dan butuh waktu untuk beradaptasi,” ujar Cunha, yang kini menjadi andalan tim.

Data pun memperkuat klaim itu. Menurut SkillCorner, Premier League memiliki intensitas lari cepat lebih banyak per pertandingan dibanding liga top Eropa lainnya seperti Spanyol, Jerman, dan Italia. Tak heran, Wirtz tampak masih mencari ritmenya. Pelatih Liverpool Arne Slot bahkan sempat berkelakar setelah laga kontra Arsenal, “Saya tidak yakin dia tahu bisa kena kram di begitu banyak bagian tubuhnya.”

Adaptasi bukan hanya soal tempo permainan, tetapi juga membangun koneksi baru. Wirtz kini harus menyatu dengan lini depan Liverpool yang banyak berubah, termasuk dua rekrutan mahal lainnya: Hugo Ekitike dan Alexander Isak. Butuh waktu untuk memahami intuisi dan pergerakan satu sama lain — bahkan bagi pemain sekaliber Wirtz.

3 dari 4 halaman

Dari James Rodriguez hingga “Licence to Chill”

Memang, ada pemain yang langsung “panas” di tujuh laga pertama: Erling Haaland, Diego Costa, dan Sergio Aguero, yang rata-rata mencetak lebih dari satu gol per laga. Tapi banyak pula yang justru meredup setelah start cepat, seperti Papiss Cisse, Amr Zaki, atau Michu — fenomenal di awal, lalu tenggelam.

James Rodriguez mungkin contoh paling pas untuk dikaitkan dengan nama Bond. Setelah tampil memukau di Piala Dunia 2014, ia dijuluki “The name is Bond, James Rodriguez”. Ketika bergabung dengan Everton pada 2020, ia langsung mencetak tiga gol dan tiga assist dalam tujuh laga pertama, tapi performa itu tak berlanjut — separuh dari kontribusinya datang di periode singkat tersebut.

Fenomena “007” mungkin terlihat sebagai lelucon ringan, tapi efeknya adalah menurunkan kualitas diskusi sepak bola. Dunia maya kini lebih menghargai komentar cepat dan nyinyir dibanding analisis sabar dan jujur. Padahal, adaptasi terhadap liga, negara, dan budaya baru tidak bisa diukur dalam hitungan minggu.

Florian Wirtz, seperti halnya para pendahulunya, berhak mendapatkan waktu dan ruang untuk berproses. Dalam istilah James Bond, ia tak memerlukan “Licence to Kill” — cukup “Licence to Chill”. Karena dalam sepak bola, seperti dalam hidup, langkah pelan di awal tak berarti gagal. Kadang, itulah awal dari perjalanan besar.

4 dari 4 halaman

Persaingan di Liga Inggris 2025/2026

Video Populer

Foto Populer