FPL dan Silaturahmi Lintas Alumni Berbuah Wild Fantasy B3

Meski bagi sebagian orang Fantasy Premier League (FPL) bukan gim, FPL secara luas dianggap sebagai salah satu gim berbasis fantasy sport yang memberikan ruang pada fans untuk bersimulasi menjadi manajer sebuah tim dan mengelola pemain-pemain yang merupakan representasi dari pesepak bola Liga Inggris divisi teratas (EPL) di dunia nyata.

FPL adalah gim sepak bola resmi EPL, tetapi berbeda dengan gim-gim sepak bola lainnya seperti EA FC atau eFootball. Player-nya dituntut untuk mengelola sebuah tim sesuai kehendaknya menggunakan pemain sepak bola asli di Liga Inggris, atau bahasa singkatnya: simulasi manajer tim sepak bola.

Gregah Nurikhsani, seorang lulusan Sastra Inggris UNNES, memanfaatkan FPL dari perspektif yang berbeda. Alih-alih bermain sendiri, ia mencetuskan ide untuk membuat mini-league bersama alumni lainnya dari jurusan Pendidikan dan Sastra Inggris UNNES.

"Saat pandemi COVID-19, saya dan beberapa teman sekolah atau kuliah suka video call, ya lewat WhatsApp, Gmeet, Zoom Meeting, dan lain-lain. Kan, banyak yang di luar kota, ada juga yang di luar negeri. Jadi, buat melepas kangen, bertukar kabar, seperti itulah," kata Gregah.

"Lama-lama saya kepikiran, ngobrol lewat gim seru juga, nih. Dulu sempat kami main Rules of Survival, PUBG Mobile, dan lain-lain, tetapi kayak kurang dapat feel-nya, bubar jalan lah lama-lama. Lagipula, kesibukan tiap orang, kan, beda-beda ya, yang enggak ngapa-ngapain ada juga, sih. Sementara umumnya gim daring itu kan memang menyita waktu. Dulu saya main PUBG minimal enam jam!"

"Akhirnya, karena kebetulan main FPL, coba lah iseng ajak teman-teman alumni jurusan yang sama bikin turnamen sendiri. Saya kontak Kio, Fandy, Pramu, pokoknya teman-teman yang juga doyan sepak bola dan gim. Sulit awalnya (untuk mengajak) karena harus kasih penjelasan mainnya, sebab FPL itu bukan kayak gim pada umumnya," kata Gregah lagi dengan tawa renyah.

Dengan bantuan teman-teman alumni lintas angkatan, mulai dari yang seangkatan seperti Kio dan Chamad, lalu adik kelas seperti Pramu dan Fandy, hingga kakak kelas yaitu Anam dan Rois, turnamen (mini-league) yang awalnya cuma sekadar iseng-iseng malah tumbuh jadi ajang silaturahmi. "Kayak silaturahmi in a way," ujar Gregah menambahkan.

"Sebab di sela-sela break kompetisi itu kita kadang conference call juga. Nah, pas video call itu malah akhirnya cerita ngalor ngidul. Ya kami saling bertukar kabar, silaturahmi online lah. Pesertanya juga dari musim ke musim tambah banyak."

"Buat saya, mungkin karena FPL itu sebetulnya cuma butuh beberapa menit saja, jadi tidak buang-buang waktu. Seperti tadi saya bilang, tiap orang punya kesibukan sendiri, mayoritas bahkan sudah berkeluarga juga. Tetapi, FPL ini karena waktunya fleksibel, semua orang bisa ikutan aktif."

Gregah yang berstatus angkatan 2009 punya cerita menarik. Saat ini, di Wild Fantasy B3 (nama turnamennya) ada beberapa teman alumni yang belum pernah ia temui di dunia nyata. Bahkan, ada juga yang statusnya masih kuliah.

"Iya, jadi kami menyebut teman-teman ini sebagai manajer. Ada banyak dari mereka yang angkatan 2017 ke atas. Malah ada dua manajer yang masih kuliah, angkatan 2022 apa ya, jangankan kenal, tahu mukanya saja tidak," katanya lagi menambahkan.

Gregah dan rekan-rekannya seperti Sekli, Sandi, hingga Mahendra juga berinisiatif untuk lebih menghidupkan Wild Fantasy B3 agar tetap meriah. Satu di antaranya adalah dengan menyiapkan hadiah untuk para pemenang. "Hadiahnya ya dari kami, kami yang keluar uang, insyaAllah enggak boncos! Hahaha."

"Musim ini juga ada inovasi. Inovasi yang lahir sebenarnya dari feedback para manajer Wild Fantasy B3. Satu di antaranya soal hadiah. Awalnya saya ragu, apa ada yang mau sponsorin lah ibaratnya. Ternyata malah pada rebutan jadi donatur."

"Selain hadiah juga inovasi yang enggak kalah penting itu ya variasi turnamennya. Kebetulan ada teman saya, Mahendra namanya, yang mau mensponsori turnamen kecil. Lahirlah Henjersey B3 Cup. Itu belum ditambah kontribusi rekan-rekan manajer lain yang ikut kasih hadiah, ada Sekli, Wisnu juga, luar biasa memang."

Gregah dan tim sadar tidak mudah untuk menjaga konsistensi dalam menjalankan Wild Fantasy B3. Sebab, pria kelahiran Bekasi ini juga disibukkan dengan pekerjaannya sebagai jurnalis olahraga nomor 1 di Indonesia. Tidak jarang ia harus dinas keluar kota bahkan ke luar negeri dalam waktu yang berdekatan dan pace yang cepat.

"Sulitnya itu ngimbangin antara keluarga, pekerjaan, dan gim. Kayaknya banyak orang sama juga sih kesulitannya, mencurahkan waktu untuk hobi itu sulit, apalagi yang sudah berkeluarga dan punya pekerjaan yang menyita waktu. Saya Alhamdulillah masih sempat main fun football haha!"

"Karena passion ya, maksudnya, saya suka nonton bola, suka main bola, suka nge-gim juga, dan FPL ini memang next level sih. Buat saya, kepuasan saya tolok ukurnya selama para manajer Wild Fantasy B3, which is teman-teman alumni saya, semua pada semangat, happy, ya ikut senang juga."