Konsolidasi BUMN: Pertamina Buka Opsi Perampingan Usaha

Agung mencontohkan, Pertamina yang core business-nya berada di sektor migas, selama ini juga mengelola bisnis non-inti, dari rumah sakit hingga agen perjalanan. Ia mengakui model lama yang mendirikan perusahaan baru untuk setiap lapangan migas sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini.

Terkait aset non-inti seperti RS Pertamina, Agung menjelaskan kajian sedang dilakukan.

"Pemegang saham dari holding PT Pertamina Bina Medika IHC dan Danantara sedang berdiskusi intensif untuk menentukan langkah selanjutnya," ungkap Agung.

Pilihan yang dipertimbangkan mulai pengalihan, penjualan, hingga pengelolaan oleh pihak lain. Prinsipnya, setiap unit usaha harus beroperasi optimal tanpa membebani bisnis utama.

Konsolidasi BUMN ini diharapkan memperkuat daya saing perusahaan negara sekaligus meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian nasional.

Dengan memangkas bisnis non-inti, alokasi sumber daya bisa lebih efektif, sementara BUMN lebih leluasa berinvestasi pada bidang yang menjadi keahlian utamanya.

Agung menekankan pentingnya sinergi dan analisis data yang matang sebelum keputusan diambil.

"Keputusan yang diambil harus berbasis data dan proyeksi yang akurat agar konsolidasi benar-benar menciptakan BUMN yang ramping dan kompetitif," ujarnya.

Jika konsolidasi berjalan sukses, BUMN diproyeksikan lebih sehat secara finansial, adaptif menghadapi tantangan global, dan menarik bagi investor swasta.

Pengembangan inovasi pun diharapkan lebih terarah karena fokus pada kompetensi inti.

Namun, proses ini menuntut koordinasi erat antara pemerintah, manajemen BUMN, dan Danantara. Transparansi, akuntabilitas, serta komunikasi yang baik dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk karyawan, akan menjadi kunci.

Konsolidasi BUMN pun dipandang sebagai langkah strategis untuk melahirkan ekosistem perusahaan negara yang efisien, modern, dan berdaya saing global.

Sumber: merdeka.com