Sukses


Hati-Hati Oknum Nakal, Begini Modus Penipuan dalam Transaksi QRIS

Hati-Hati oknum nakal dalam transaksi QRIS! Begini modus-modus penipuan yang biasa dilakukan.

Bola.com, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Filianingsih Hendarta, mengingatkan masyarakat dan pelaku usaha agar waspada terhadap potensi kecurangan dalam penggunaan QRIS.

Menurutnya, celah untuk disalahgunakan oleh oknum nakal masih ada, baik dari sisi pedagang maupun konsumen.

Dari sisi pedagang, kasus yang muncul adalah penggunaan QR Code yang bukan milik mereka sendiri, melainkan milik orang lain. Praktik ini berpotensi membuat konsumen salah melakukan pembayaran jika tidak mengecek detail penerima.

Terkait dengan QR saat ini tidak ada transaksi dengan QR palsu, mungkin yang terjadi itu kalau pedagang memakai QR bukan miliknya sehingga pembeli bisa salah men-scan QR," ujar Filianingsih dalam Konferensi Pers RDG September 2025, Rabu (17-9-2025).

Sementara itu, konsumen juga bisa melakukan kecurangan dengan menunjukkan bukti transfer palsu. Pedagang bisa tertipu jika tidak menunggu notifikasi resmi dari sistem pembayaran digital.

"Nah, sebaliknya pedagang juga harus waspada. Pembeli nakal bisa menyiapkan bukti transfer palsu. Artinya, pembayar harus memastikan notifikasi resmi masuk, biasanya sistem akan memberi notifikasi begitu uang sudah diterima," imbuhnya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Keamanan Transaksi Tanggung Jawab Bersama

Filianingsih menekankan, baik pedagang maupun konsumen harus lebih teliti. Memeriksa detail penerima, harga, dan barang yang dibeli menjadi langkah penting untuk menghindari kerugian akibat ulah oknum tidak bertanggung jawab.

"Dari pihak pembeli atau pengguna, harus memperhatikan apakah namanya benar, apakah barang dan harganya sesuai," lanjutnya.

Filianingsih menegaskan, keamanan sistem pembayaran QRIS bukan hanya tanggung jawab otoritas atau penyedia layanan, tetapi juga seluruh pihak yang terlibat. Edukasi dan literasi digital menjadi kunci utama agar masyarakat dapat bertransaksi dengan aman.

"Siapa yang bertugas untuk edukasi? Tugas kita semua. QRIS sudah menjadi pilihan utama untuk transaksi retail, artinya pedagang, pembeli, otoritas, dan industri sama-sama bertanggung jawab menjaga keamanan transaksi," ucapnya.

3 dari 3 halaman

QRIS Terus Diminati Masyarakat

Kendati  masih ada potensi kecurangan, popularitas QRIS terus meningkat. Hingga Agustus 2025, jumlah merchant yang menggunakan QRIS mencapai 40 juta, atau 113 persen dari target tahunan. Nilai transaksinya mencapai Rp8,86 miliar, setara 136 persen dari target.

Dari sisi pengguna, sebanyak 57,6 juta masyarakat telah memanfaatkan QRIS, sekitar 85 persen dari target. Mayoritas merchant, sekitar 93 persen, merupakan pelaku UMKM.

"Saya sedikit update, hingga Agustus jumlah merchant yang menggunakan QRIS sudah 40 juta atau 113 persen dari target, transaksinya Rp8,86 miliar atau 136 persen dari target, dan penggunanya 57,6 juta, atau 85 persen dari target. Dari semuanya, 93 persen merchant adalah UMKM," ungkap Filianingsih.

 

Sumber: merdeka.com

Video Populer

Foto Populer