Menkeu Purbaya Tegaskan Utang Kereta Cepat Whoosh Bukan Tanggung Jawab APBN: Kan Sudah Ada Danantara

Proyek kereta cepat Whoosh saat ini tercatat memiliki utang sekitar 7,3 miliar dolar AS atau setara Rp121 triliun. Meski jumlahnya besar, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan beban utang itu tidak akan memengaruhi operasional layanan kereta lainnya.

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api DJKA Kemenhub, Arif Anwar, menjelaskan bahwa utang Whoosh tidak berkaitan dengan layanan bersubsidi (PSO) seperti KRL atau KA ekonomi.

"Kereta cepat ini murni skema business to business (B2B) oleh KCIC. Tidak ada kaitannya dengan PSO karena pemerintah tidak memberi subsidi untuk proyek ini," jelas Arif.

Dengan demikian, operasional Whoosh berdiri sendiri tanpa dukungan dana APBN.

Sebelumnya, Direktur Utama PT KAI (Persero), Bobby Rasyidin, menyebut proyek Whoosh sebagai "bom waktu" yang perlu segera ditangani. Ia mengaku akan berkoordinasi dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk mencari solusi.

"Kami butuh waktu satu minggu ke depan untuk mendalami seluruh permasalahan di KAI, terutama yang berkaitan dengan KCIC. Seperti yang disampaikan tadi, ini memang seperti bom waktu," kata Bobby dalam rapat dengan Komisi VI DPR.

Kendati belum menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan “bom waktu” itu, Bobby memastikan Danantara akan dilibatkan dalam proses restrukturisasi dan penyelesaian utang KCIC.

Berdasarkan laporan keuangan Semester I-2025, kerugian KAI akibat proyek Whoosh mencapai Rp1,24 triliun, turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,81 triliun.

Restrukturisasi proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung kini menjadi satu di antara prioritas utama di bawah kepemimpinan Bobby.

Sumber: merdeka.com