Meta PHK 600 Pegawai Divisi AI, Arah Proyek Superintelijen Kembali Dipertanyakan

Pemangkasan tersebut turut berimbas pada FAID, laboratorium riset AI unggulan Meta, serta beberapa divisi produk dan infrastruktur terkait.

Meski begitu, langkah efisiensi ini menunjukkan bahwa induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp tersebut masih mencari arah yang pasti dalam strategi pengembangan AI-nya.

Menurut laporan Gizmodo, meski Meta berhasil menarik banyak talenta baru dalam bidang teknologi, visi jangka panjang pengembangan AI perusahaan masih dianggap belum jelas. Ketidakpastian arah inilah yang disebut dapat memengaruhi semangat para karyawan.

Perusahaan juga diketahui telah menggelontorkan investasi besar untuk proyek AI, termasuk dana hingga 15 miliar dolar AS guna memperkuat infrastruktur dan menarik tenaga ahli. Namun, setelah berbagai upaya itu, Meta belum menegaskan langkah lanjutan yang akan ditempuh.

Sebelumnya, Meta sempat meluncurkan inisiatif bertajuk "Superintelligence" untuk menyatukan seluruh proyek AI di bawah satu payung. Namun, inisiatif tersebut kini justru terpecah menjadi beberapa tim terpisah.

Tak hanya fokus pada media sosial dan teknologi realitas tambahan, Meta juga sedang memperluas jangkauannya ke dunia robotik. Raksasa teknologi ini dikabarkan sedang mengembangkan robot cerdas bernama "Metabot".

Berbeda dari pendekatan Apple atau Tesla yang menitikberatkan pada perangkat keras, Meta justru ingin menguasai aspek perangkat lunak.

Perusahaan menargetkan untuk menciptakan sistem operasi yang bisa dilisensikan ke berbagai produsen robot, mirip dengan peran Google lewat sistem operasi Android di dunia ponsel pintar.

Mengutip Engadget, Sabtu (3-10-2025), Chief Technology Officer Meta, Andrew Bosworth, menyebut bahwa perangkat lunak adalah hambatan terbesar dalam perkembangan industri robotik.

Itulah mengapa, Meta melalui Superintelligence Labs berambisi menciptakan fondasi perangkat lunak yang dapat menjadi standar bagi industri ini.

Di sisi lain, Meta juga memperkenalkan kebijakan baru yang memberi kendali lebih besar kepada orang tua untuk memantau aktivitas anak remaja di platform media sosial yang terhubung dengan AI.

Langkah ini diumumkan setelah Reuters pada Agustus 2025 melaporkan adanya interaksi tak pantas antara chatbot buatan Meta dan pengguna di bawah umur.

Pemerintah Amerika Serikat kemudian melakukan pengawasan ketat terhadap potensi risiko yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut.

Sebagai respons, Meta sepakat memberikan akses bagi orang tua untuk mengontrol akun anak mereka.

"Kami ingin memastikan orang tua memiliki visibilitas dan kontrol terhadap interaksi anak-anak mereka dengan AI," ujar Kepala Instagram, Adam Mosseri, bersama Alexandr Wang dalam pengumuman resmi perusahaan.

Fitur baru yang akan diluncurkan tahun depan ini memungkinkan orang tua memblokir karakter tertentu yang dibuat oleh AI serta melihat topik percakapan anak tanpa menonaktifkan akses sepenuhnya.

Bahkan jika obrolan pribadi dinonaktifkan, asisten AI akan tetap tersedia dalam mode yang disesuaikan dengan usia pengguna.

Kebijakan baru ini muncul setelah sejumlah fitur keamanan sebelumnya dinilai belum efektif menghadapi pesatnya perkembangan teknologi AI.

Meta menyebut, perubahan tersebut penting untuk mengkalibrasi ulang sistem keamanan digital bagi remaja agar tetap relevan dengan era teknologi yang terus berubah.

Sumber: merdeka.com