Posisi Pegawai Bank yang Paling Berisiko Terdampak AI

Menurut Mohanty, kehadiran AI justru akan memperkuat peran staf di front office. Teknologi ini tidak akan mengurangi tenaga kerja, melainkan mendukung efisiensi pelayanan agar lebih cepat, personal, dan berbasis data.

Ia juga memprediksi karyawan di middle office, yang mengurusi manajemen risiko, kepatuhan, serta kontrol keuangan, akan diuntungkan.

"Middle office sepenuhnya berfokus pada produktivitas internal. Hasil kerja mereka akan meningkat karena AI memungkinkan proses berjalan lebih cepat dan efisien," ujarnya.

Dengan begitu, penerapan AI dinilai dapat mendorong produktivitas dan meningkatkan kualitas layanan perbankan bagi para nasabah.

Namun, tidak semua divisi di industri perbankan akan merasakan manfaat yang sama. Mohanty menilai bahwa back office akan menjadi bagian yang paling terdampak oleh otomasi berbasis AI.

Pekerjaan di sektor ini umumnya bersifat rutin dan berulang, seperti pemrosesan data dan rekonsiliasi transaksi.

Aktivitas tersebut kini dapat dijalankan secara otomatis oleh sistem kecerdasan buatan.

"Jumlah pegawai di back office kemungkinan akan menurun karena banyak proses bisa diotomatisasi dengan cara yang jauh lebih efisien. Dampaknya terhadap lapangan kerja akan paling terasa di bagian ini," kata Mohanty.

Kekhawatiran soal potensi AI menggantikan peran manusia di dunia kerja sebenarnya bukan hal baru.

Dalam surat tahunan kepada para pemegang saham, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, juga menyoroti hal serupa. Ia menulis bahwa kecerdasan buatan dapat memengaruhi hampir semua jenis pekerjaan di sektor perbankan.

"Teknologi ini mungkin mengurangi sejumlah kategori pekerjaan, tapi juga bisa menciptakan peran baru," ujar Dimon dalam surat tersebut.

Dengan kata lain, AI tidak hanya membawa ancaman, tetapi juga membuka peluang baru di industri keuangan.

Masih menurut laporan Business Insider, dalam acara Investor Day JPMorgan yang digelar Mei lalu, para eksekutif bank terbesar di AS itu mengakui bahwa penerapan AI akan berimbas pada pengurangan tenaga kerja dan memperlambat proses perekrutan pegawai baru.

Marianne Lake, CEO divisi perbankan konsumer JPMorgan, bahkan memperkirakan bahwa tim operasional banknya bisa berkurang hingga 10 persen akibat efisiensi yang dihasilkan oleh teknologi tersebut.

"Kami ingin pertumbuhan jumlah karyawan tetap terkendali dan berfokus pada peningkatan efisiensi," ujar Jeremy Barnum, Chief Financial Officer JPMorgan.

Sumber: merdeka.com