Restorasi Taman Nasional Tesso Nilo Berlanjut demi Lindungi Gajah Domang dan Seluruh Keluarganya

Mengenai tantangan dari masyarakat setempat, Menhut mengakui adanya resistensi yang bukan hal baru.

"Ini masalah yang sudah berlangsung puluhan tahun, bukan muncul dalam satu atau dua tahun terakhir," jelasnya.

Dengan pendekatan persuasif selama lima bulan terakhir, Raja menyebut relokasi warga akan dilakukan secara damai.

"InsyaAllah, paling lambat pertengahan Desember (2025), kami akan mulai merelokasi sekitar 394 keluarga yang berada di 31 ribu hektare kawasan inti. Proses ini dilakukan melalui musyawarah agar tetap damai," ujarnya.

Warga lainnya diharapkan akan menyusul ke lokasi yang telah dilegalkan, tetap jauh dari kawasan inti TNTN yang merupakan rumah bagi gajah Sumatra.

Raja mengapresiasi dukungan masyarakat dan warganet yang menyoroti upaya restorasi.

"Selama lima-enam bulan terakhir, kami bekerja keras untuk mengamankan Tesso Nilo dan memperbaiki habitatnya," ungkapnya.

"Kejadian penghancuran posko pengamanan terakhir dan simpati publik, terutama melalui tagar #SaveTessoNilo di media sosial, makin menegaskan semangat kami untuk melindungi habitat Gajah Domang dan keluarganya," imbuh Raja.

Sebelumnya, Kemenhut melalui Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan dan Satgas PKH memperkuat operasi pengamanan dan penertiban di TNTN menyusul tingginya perhatian publik terhadap kampanye "Save Tesso Nilo" dan ikon gajah Domang.

TNTN merupakan satu di antara benteng terakhir hutan dataran rendah Sumatra yang menjadi habitat penting gajah Sumatra sekaligus sumber air bagi masyarakat sekitar.

Tujuan restorasi adalah mengembalikan TNTN sebagai rumah gajah yang utuh dan aman, bebas dari perkebunan sawit ilegal.

Sejak operasi penertiban dijalankan, tim gabungan telah membersihkan sekitar 4.700 hektare perkebunan sawit ilegal di dalam kawasan taman nasional.

Langkah ini mencakup pembongkaran tempat penampungan Tandan Buah Segar (TBS), pondok ilegal, penghentian pembukaan lahan baru, serta perusakan sarana akses seperti jalan dan jembatan liar.

Selain itu, tim membangun parit batas, memasang papan larangan, dan menandai subjek–objek penguasaan lahan untuk menegaskan kembali penguasaan negara atas kawasan konservasi.

"Domang bukan hanya figur viral di media sosial, tapi simbol generasi baru gajah Sumatra yang berhak atas rumah yang aman dan utuh," ujar Dwi Januanto Nugroho, Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan, Selasa (25/11/2025).

Ia menegaskan, operasi penertiban ditujukan untuk memutus rantai bisnis perusakan hutan, bukan merugikan masyarakat.

Fokusnya menyasar pemilik lahan, pemodal, dan pengendali alat berat yang memperdagangkan kawasan hutan negara.

Sumber: liputan6.com