Kerja Sama Industri Indonesia-Rusia Diperkuat, Dua MoU Strategis Menuju Finalisasi

Agus Gumiwang memaparkan, kinerja kerja sama ekonomi Indonesia-Rusia menunjukkan perkembangan yang konsisten. Pada 2024, nilai perdagangan bilateral non-migas tercatat sebesar 3,9 miliar, dolar AS atau meningkat 18,69 persen dibandingkan 2020.

Tren pertumbuhan berlanjut pada 2025, dengan nilai perdagangan hingga Oktober mencapai 4,04 miliar dolar AS.

Dari sisi investasi, kontribusi Rusia di Indonesia juga terus bertambah. Sepanjang 2024, realisasi investasi Rusia mencapai 262,7 juta dolar AS, sementara hingga September 2025 telah tercatat sebesar 147,2 juta dolar AS.

Pencapaian tersebut dinilai mencerminkan kepercayaan pelaku industri Rusia terhadap stabilitas ekonomi serta prospek pengembangan sektor industri di Indonesia.

"Angka-angka ini menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari pelaku industri Rusia terhadap stabilitas ekonomi dan potensi pengembangan industri di Indonesia," ujar Agus Gumiwang.

Dalam rangka memperkuat fondasi kerja sama, Indonesia dan Rusia sedang memproses finalisasi dua nota kesepahaman penting di bidang industri. Kedua dokumen tersebut mencakup MoU kerja sama sektor perkapalan serta MoU penelitian ilmiah terkait penggunaan aman asbes krisotil.

Satu di antara MoU, yakni kerja sama penelitian keamanan asbes krisotil, telah ditandatangani oleh Agus Gumiwang bersama Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia, Anton Alikhanov, di Moskow pada 8 Desember 2025.

Penandatanganan ini menjadi langkah awal menuju implementasi kerja sama yang lebih konkret.

"Kami berharap MoU lainnya dapat segera difinalisasi untuk memberikan kerangka kerja sama yang jelas bagi industri besar dan UMKM di kedua negara," kata Agus Gumiwang.

Agus Gumiwang menekankan pentingnya dialog berkelanjutan untuk mengatasi berbagai kendala teknis yang dihadapi pelaku industri kedua negara. Satu di antara tantangan utama yang disoroti adalah tingginya biaya logistik akibat jarak geografis Indonesia dan Rusia.

Terkait hal itu, pemerintah menyambut baik pelaksanaan Working Group on Trade, Investment, and Industry ke-6 pada 11-12 Maret 2025, yang menjadi bagian dari rangkaian sidang komisi bersama Indonesia-Rusia pada April 2025 di Jakarta.

Forum tersebut menghasilkan sejumlah kesepakatan teknis, mencakup isu industri, penguatan rantai pasok halal, perdagangan, logistik, standardisasi, sertifikasi, pertanian, hingga sektor keuangan.

Indonesia juga menyatakan dukungan terhadap percepatan penyelesaian Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-Eurasian Economic Union (IEAEU FTA).

Perjanjian ini diharapkan mampu memperluas akses pasar bagi produk industri nasional melalui peningkatan daya saing tarif serta pengurangan hambatan non-tarif.

"Kami berharap perjanjian ini dapat segera ditandatangani dan menjadi instrumen penting untuk memperkuat ketahanan rantai pasok dan memperluas penetrasi produk industri nasional di kawasan Eurasia," ujarnya.

Dalam konteks kerja sama multilateral, Indonesia menegaskan komitmennya untuk mendukung berbagai inisiatif di bawah BRICS, termasuk BRICS Center for Industrial Competences (BCIC).

Keterlibatan ini mencerminkan peran aktif Indonesia dalam forum internasional guna mendorong kemajuan sektor industri.

Kolaborasi di bawah BRICS difokuskan pada pengembangan sejumlah bidang strategis, antara lain digitalisasi industri, teknologi mobilitas baru, transportasi tanpa awak, penguatan sumber daya manusia industri, pemberdayaan usaha kecil dan menengah, transformasi digital, kecerdasan buatan, serta bioindustri.

Dukungan ini diharapkan memberikan kontribusi nyata bagi penguatan industri nasional.

Sumber: merdeka.com