PLN Sebut Kerusakan Listrik Aceh Akibat Banjir dan Longsor Terburuk Sepanjang Sejarah, Lampaui Tsunami 2004

Darmawan menjelaskan, besarnya kerusakan jaringan listrik tidak lepas dari dampak langsung bencana terhadap permukiman warga. Beberapa desa bahkan hilang tersapu banjir bandang dan longsor sehingga struktur pemerintahan desa turut lumpuh.

Secara keseluruhan, 22 desa di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat dilaporkan hilang. Aceh tercatat sebagai daerah paling parah terdampak, baik dari sisi infrastruktur maupun layanan dasar.

Proses pemulihan pun tidak bisa dilakukan serentak. Wilayah dengan akses jalan yang masih terbuka dapat segera ditangani, sementara daerah terisolasi menghadapi tantangan pengiriman material dan mobilisasi personel teknis.

"Pemulihan sistem kelistrikan sangat bergantung pada akses evakuasi material. Daerah yang masih bisa dijangkau darat prosesnya cepat, sementara wilayah terisolasi sedikit lebih lambat," jelas Darmawan.

PLN mencatat dari total 23 kabupaten/kota di Aceh, sebanyak 15 wilayah sudah pulih sepenuhnya dari sisi pasokan listrik. Delapan kabupaten sisanya masih menjalani pemulihan bertahap.

Tiga wilayah dengan pemulihan terendah adalah Aceh Tengah (70,8% desa kembali menyala), Bener Meriah (83,6%), dan Gayo Lues (69,9%).

Untuk mengejar pemulihan, PLN masih memanfaatkan jalur udara, termasuk pesawat Hercules, untuk mengirim material ke daerah yang sulit dijangkau.

Di Gayo Lues, akses darat dari Langsa-Kutacane hingga Blangkejeren telah memungkinkan pengiriman 210 tiang listrik untuk mempercepat normalisasi jaringan.

"Di Aceh Tengah dan Bener Meriah, evakuasi material masih menggunakan jalur udara. Saat ini, sekitar 70–80 persen jaringan listrik sudah kembali menyala," ujar Darmawan.

Sumber: merdeka.com