Sukses


10 Fakta Menarik Hasil Laga Bulutangkis di Olimpiade Rio

Bola.com, Rio de Janeiro - Banyak fakta menarik yang mewarnai pertandingan bulutangkis di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 yang berakhir, Sabtu (20/8/2016). Kemenangan Chen Long atas bintang bulutangkis Malaysia, Lee Chong Wei, menutup kemeriahan di venue bulutangkis yang berlokasi di Riocentro, Rio de Janeiro. 

Salah satu fakta yang paling mencolok dari hasil kali ini adalah kegagalan China mengulangi dominasi seperti di Olimpiade London 2012.  Empat tahun lalu, pertandingan bulutangkis benar-benar dikuasai oleh China.

Semua nomor disapu bersih oleh para pemain Negeri Tirai Bambu. Hasil itu membuat nasib bulutangkis terancam. Jika China masih terlalu dominan, olahraga yang berasal dari Inggris tersebut terancam tak bakal dipertandingkan lagi di Olimpiade. 

Beruntung, Olimpiade 2016 berjalan lebih menarik. China  tak lagi dominan, meskipun tabel perolehan medali memang masih dikuasai kekuatan-kekuatan tradisional bulutangkis dunia. Peraturan baru yang ditetapkan Federasi Bulutangkis Dunia, seperti pembatasan jumlah wakil dari tiap-tiap negara, dinilai menjadi alasan pertandingan menjadi lebih kompetitif. 

Pada Olimpiade ini juga ada peraturan baru di nomor ganda, berupa pengundian seusai babak penyisihan grup. Hal itu dilakukan untuk menghindari skandal seperti di ganda putri pada Olimpiade London 2014 terulang.

Saat itu, BWF mendiskualifikasi delapan atlet ganda putri, termasuk Greysia/Meiliana, karena diduga melakukan manipulasi hasil pertandingan, agar mendapat undian yang menguntungkan pada babak sistem gugur.

Berikut 10 Fakta Menarik Hasil Pertandingan Bulutangkis di Olimpiade Rio: 

2 dari 10 halaman

1

1. China Gagal Ulangi Sapu Bersih Medali Emas 

Penampilan para pebulutangkis China tak segarang tahun lalu. Setelah meraih lima medali emas dari cabang bulutangkis alias sapu bersih di Olimpiade London, kali ini China hanya meraih dua medali emas.

Kedua medali emas tersebut dipersembahkan oleh Chen Long dari nomor tunggal putra. Di final dia mengalahkan bintang bulutangkis Malaysia, Lee Chong Wei, dengan dua gim langsung, 21-18, 21-18. 

Sedangkan satu emas lainnya disumbangkan ganda putra Fu Haifeng/Zhang Nan, yang di final mengalahkan ganda Malaysia, Goh V Shem/Tan Wee Kiong. 

Di nomor tunggal putri, China malah gagal meraih medali apapun. Sedangkan di nomor ganda campuran, Negeri Tirai Bambu tersebut memperoleh medali perunggu melalui pasangan nomor satu dunia, Zhang Nan/Zhao Yunlei. Harapan Zhang/Zhao lolos ke final dan meraih emas kandas setelah takluk dari ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di babak semifinal. 

Adapun di nomor ganda putri, China juga gagal membawa pulang medali. 

3 dari 10 halaman

2

2. Dominasi China di Sektor Putri Patah 

Olimpiade Rio de Janeiro menjadi saksi patahnya dominasi China di sektor putri. Di luar dugaan, para pebulutangkis putri China gagal mempersembahkan medali pada Olimpiade kali ini. 

Di sektor ganda putri, China telah mengusai medali emas sejak Olimpiade Atalanta melalui pasangan Gei Fei/Gu Jun. Ganda China itu merebut emas setelah mengalahkan ganda Korea, Gil Young-ah/Jang Hye-ock.

Setelah itu, berturut-turut medali emas disabet oleh Ge Fei/Gu Jun (Olimpiade Sydney 2000), Zhang Jiewen/Yang Wei (Olimpiade Athena 2004), Du Jing/Yu Yang (Olimpiade Beijing 2008), dan Tian Qing/Zhao Yunlei (Olimpiade London 2012).  

Pada Olimpiade Rio, raihan terbaik ganda putri China dibukukan oleh Tang Yuanting/Yu Yang, yang langkahnya terhenti di babak semifinal. Pada perebutan medali perunggu, mereka juga kalah dari ganda Korea, Shin Seung-chan/Jung Kyung-eun. 

Sementara itu, di nomor tunggal putri, keberhasilan meraih medali emas beruntun sejak Olimpiade Sydney 2000 juga berakhir. Di Sydney, medali emas dimenangi Gong Zhichao, yang mengalahkan Camilla Martin (Denmark) di partai final. Setelah itu giliran Zhang Ning yang merengkuh emas pada Olimpiade Athena 2004 dan Beijing 2008. Di Olimpiade London, emas dimenangi oleh Li Xuerui dalam final kontra kompatriotnya, Wang Yihan.  

Pada Olimpiade Rio, tunggal putri China gagal menyumbang medali. Dalam perebutan medali perunggu, Li Xuerui, harus kalah WO melawan pebulutangkis Jepang, Nozomi Okuhara. 

4 dari 10 halaman

3

3. Tontowi/Liliyana Akhiri Penantian Indonesia di Ganda Campuran 

Sejak bulutangkis dipertandingkan mulai Olimpiade Barcelona 1992, Indonesia sudah mengoleksi enam medali emas. Enam keping emas itu dari nomor tunggal putri (Susy Susanti), tunggal putra (Alan Budikusuma, Taufik Hidayat), dan ganda putra (Ricky Subagja/Rexy Mainaky, Tony Gunawan/Candra Wijaya, dan Hendra Setiawan/Markis Kido). 

Nomor ganda campuran dan ganda putri belum berhasil menyumbang emas. Penantian panjang nomor ganda campuran untuk berkontribusi maksimal bagi Indonesia di Olimpiade akhirnya terwujud pada 2016. 

Pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir merengkuh medali emas setelah menundukkan ganda Malaysia, Chang Peng Soon/Goh Liu Ying, di babak final. Owi/Butet tampil hampir tanpa cela dengan selalu menang straight game sejak babak penyisihan grup hingga partai puncak. 

Sebelum Tontowi/Liliyana mempersembahkan medali emas, prestasi terbaik ganda campuran Indonesia diukir oleh pasangan Tri Kusharyanto/Minarti Timur, yang meraih medali perak pada Olimpiade Atalanta 2016. Impian mereka meraih emas digagalkan ganda China, Zhang Jun/Gao Ling. 

5 dari 10 halaman

4

4. Jepang Dapat Emas 

Penantian panjang Jepang untuk masuk daftar peraih emas di cabang bulutangkis Olimpiade akhirnya terwujud di Rio de Janeiro melalui nomor ganda putri.  Pasangan Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo meraih medali emas seusai menundukkan ganda Denmark, Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl.  

Sebelumnya raihan terbaik Jepang di cabang bulutangkis adalah medali perak, yang dibukukan di Olimpiade London 2012. Saat itu, pasangan Mizuki Fujii/Reika Kakiiwa lolos ke final, namun akhirnya takluk dari ganda China, Tian Qing/Zhao Yunlei. 

Jepang total memperoleh dua medali pada Olimpiade Rio. Satu medali lainnya disumbangkan tunggal putri Nozomi Okuhara, yang meraih medali perunggu. 

6 dari 10 halaman

5

5. Carolina Marin Juara Tunggal Putri Pertama dari Luar Asia

Carolina Marin berhasil mematahkan dominasi pebulutangkis Asia di nomor tunggal putri. Sejak kali pertama dipertandingkan di Olimpiade Barcelona, emas tunggal putri selalu menjadi milik negara-negara Asia. 

Perinciannya Indonesia satu kali (Susy Susanti), Korea sekali (Bang Soo-hyun), sedangkan empat edisi lainnya dikuasai China melalui Gong Zhichao, Zhang Ning (dua kali) dan Li Xuerui.

Sebelum Olimpiade Rio, prestasi terbaik tunggal putri non-Asia adalah medali perak. Pemain Denmark, Camilla Martin, meraih medali perak di Olimpiade Sydney 2000, sedangkan Mia Audina (Belanda) pada Olimpiade Athena 2004. Mia Audina sebelumnya juga pernah meraih medali perak, namun saat masih memperkuat Indonesia, yaitu pada Olimpiade Atalanta 1996. 

Marin bukan hanya menjadi pemain non-Asia pertama yang mendulang emas, dia juga menjadi pemain Spanyol pertama yang meraih medali di cabang bulutangkis Olimpiade. Ini merupakan prestasi istimewa karena Spanyol bukan merupakan salah satu kekuatan tradisional di cabang bulutangkis. Olahraga tepok bulu tersebut juga bukan cabang populer di Negeri Matador. 

7 dari 10 halaman

6

6. Pemain India Pertama Lolos ke Final 

Pusarla Venkata Shindu membuat sensasi tersendiri pada Olimpiade Rio 2016. Tak diunggulkan mampu merebut medali, Sindhu tampil luar biasa hingga menjejak babak final. 

Pemain berperingkat 11 dunia tersebut di luar dugaan mampu mengalahkan pemain Jepang, Nozomi Okuhara, di babak semifinal dengan permainan yang taktis dan agresif. Dia pun berhak menantang unggulan pertama asal Spanyol, Carolina Marin. 

Meski tampil apik, Sindhu akhirnya harus menyerah dari Marin dalam pertarungan ketat tiga gim. Sindhu pun berhak membawa pulang medali perak. 

Raihan Sindhu ini menjadi prestasi terbaik India di cabang bulutangkis Olimpiade. Dia menjadi pemain pertama India yang mampu melenggang hingga partai final, meskipun akhirnya kalah. 

Sebelumnya, prestasi terbaik wakil India hanyalah mencicipi babak semifinal, melalui Saina Nehwal. Pemain yang juga tampil di Olimpiade Rio tersebut, berhasil mendulang medali perunggu pada Olimpiade London 2012. 

8 dari 10 halaman

7

 

7. Lin Dan Gagal Hattrick Emas 

Ambisi bintang China, Lin Dan, untuk menutup kariernya di ajang Olimpiade dengan medali emas gagal terwujud. Pemain nomor tiga dunia itu harus menelan kenyataan pahit langkahnya kandas di babak semifinal setelah kalah dari rival abadinya, Lee Chong Wei. 

Alhasil, Lin Dan juga gagal mewujud ambisi mengukir hattrick medali emas di ajang Olimpiade. Pemain yang dijuluki Super Dan ini sebelumnya telah mengantongi medali emas di Olimpiade Beijing 2008 dan Olimpiade London 2012.

Bukan hanya gagal hatrrick emas, Lin Dan bahkan tak meraih medali apapun kali ini. Pada perebutan medali perunggu, dia harus mengakui keunggulan pemain Denmark, Viktor Axelsen.

9 dari 10 halaman

8

8. Lee Chong Wei Gagal Lagi  

Impian terbesar bintang Malaysia, Lee Chong Wei, sebelum menutup karier panjangnya di dunia bulutangkis adalah menyabet medali emas Olimpiade. Kans terbuka lebar setelah Chong Wei berhasil menyingkirkan musuh terberatnya, Lin Dan, di babak semifinal.

Dalam dua Olimpiade sebelumnya (Beijing 2008 dan London 2012), Lin Dan menjadi penghalang antara Chong Wei dengan medali emas Olimpiade. Lin Dan membuat Chong Wei takluk dalam dua kali partai final.

Sayangnya, seusai menyingkirkan Lin Dan, Chong Wei kembali kalah di final Olimpiade Rio. Dia harus mengakui ketangguhan pemain China lainnya, Chen Long. Dalam pertarungan dua gim, Chong Wei kalah 18-21, 18-21. 

Dengan hasil ini, Lee Chong Wei menjadi pemain pertama yang melakukan hattrick medali perak di ajang olimpiade. 

10 dari 10 halaman

9

9. Zhang Nan dan Fu Haifeng Raih 2 Emas dengan Pasangan Berbeda  

China hanya mampu menyabet dua medali emas di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Satu di antaranya disumbangkan ganda putra, Fu Haifeng/Zhang Nan. 

Bagi kedua pemain, ini merupakan emas kedua di ajang Olimpiade. Masing-masing meraihnya dengan pasangan yang berbeda. 

Pada Olimpiade 2012, Fu Haifeng meraih medali emas di nomor ganda putra bersama Cai Yun. Setelah Cai Yun pensiun, Fu Haifeng dipasangkan dengan Zhang Nan. Ternyata, pasangan ini berhasil mempertahankan emas China di nomor ganda putra. 

Adapun Zhang Nan meraih emas di Olimpiade London 2012 bersama Zhao Yunlei. Mereka menjuarai nomor ganda campuran setelah mengalahkan ganda Denmark, Mathias Boedan/Carsten Mogensen. 

 

 

Video Populer

Foto Populer