Sukses


Cover Story: Bertarung di Ring Tinju (Tidak) untuk Menang

Jakarta - Dalam dunia olahraga, judul di atas boleh jadi terasa ganjil. Namun di tinju profesional, hal seperti ini justru jamak ditemukan. Bergelut dalam dunia yang menggabungkan olahraga dan hiburan, petinju profesional ibarat artis yang dibayar lewat perannya di atas ring. 

Floyd Mayweather Jr, salah seorang petinju terbaik dunia bahkan pernah berkata,"Saya bertanding bukan untuk sebuah pengakuan. Saya bertanding untuk cek. Saya ada di sini untuk berbisnis." Ini menggambarkan kalau bayaran merupakan prioritas Mayweather Jr.

Hingga pensiun Mayweather Jr tidak pernah kalah dan pernah menjadi juara dunia di lima kelas berbeda. Pria kelahiran Michigan itu juga tercatat sebagai salah satu atlet terkaya di dunia. Dalam sekali bertanding melawan Manny Pacquiao di Las Vegas, empat tahun lalu, Mayweather Jr pernah menerima bayaran sebesar 300 juta dolar atau Rp 3,8 triliun.

Di Indonesia, tinju juga pernah populer seperti halnya sepak bola dan bulu tangkis. Prestasi yang diraih petinju profesional di pentas dunia membuat olahraga adu jotos ini terkenal.

Di era 80-an, publik tentu mengenal sosok Ellyas Pical. Pria asal Saparua itu merupakan petinju Indonesia pertama yang meraih gelar juara dunia dari ring tinju. Tiga kali petinju kidal itu menyandang sabuk juara dunia kelas Bantam Yunior versi IBF. 

Elly tidak hanya terkenal lewat olahraga ini. Kehidupannya juga berubah. Bayaran yang diterima dari setiap pertandingan mengubahnya menjadi salah satu atlet elite Tanah Air.

Di era yang sama juga muncul nama Nico Thomas. Petinju kelahiran Ambon, 10 Juni 1966 tersebut merebut gelar juara dunia kelas terbang mini versi WBA pada 17 Juni 1989. Setelah Nico, menyusul generasi Muhamad Rachman, Chris John, hingga Daud 'Cino' Yordan.

Namun dunia tinju profesional bukan urusan gelar semata. Bayaran menjadi daya pikat yang membuat orang-orang rela baku pukul di atas ring. Sebab dalam tinju profesional, tidak hanya pemenang, petinju yang kalah juga tetap dapat bayaran.

 

 

 

 

 

Video Bertarung untuk Kalah (Tinju Profesional di Indonesia)

2 dari 2 halaman

Tawaran Menggiurkan

Tidak seperti pesepak bola profesional yang mendapat gaji dari kontraknya bersama klub. Bayaran yang diterima petinju berasal dari setiap pertandingan yang dilakoninya. Nilainya pun beragam. Semua tergantung reputasi, prestasi, dan daya jual petinju itu sendiri. 

Di Indonesia, petinju-petinju profesional juga bertarung untuk mendapatkan bayaran. Hanya saja, seiring semakin lesunya bisnis tinju profesional di Tanah Air, tawaran dari penata tanding dari luar negeri terasa lebih menggiurkan. Pertarungan bukan lagi urusan menang kalah lagi. Sejauh bayaran memadai, petinju tetap berangkat meski minim persiapan. 

Liputan6.com berkolaborasi dengan Bola.com merekam lebih jauh mengenai fenomena ini.  Seperti apa liputannya, video lengkapnya bisa disaksikan di bawah ini:

 

 

 

Video Populer

Foto Populer