Sukses


5 Momen Bulutangkis Paling Emosional pada 2019 versi BWF, Ada Ahsan / Hendra

Bola.com, Jakarta - Berbagai turnamen bulutangkis sepanjang 2019 telah selesai digelar. Tentu saja, banyak momen-momen menarik dan mengesankan yang menjadi favorit pencinta bulutangkis di berbagai penjuru dunia. 

Tahun ini, selain turnamen rutin BWF World Tour, ada juga kejuaraan bergengsi yang menyita perhatian. Salah satunya Kejuaraan Dunia Bulutangkis di Basel, Swiss. Satu turnamen lainnya yaitu Kejuaraan Asia 2019. 

Setelah berjalan setahun penuh, masing-masing sektor menyuguhkan fakta-fakta menarik. Di tunggal putra, Kento Momota sangat mendominasi dengan merengkuh 11 gelar pada tahun ini. Tak ada tunggal putra lain yang benar-benar menjadi ancaman besar bagi pemain asal Jepang itu. 

Pada sektor ganda campuran, hegemoni ganda China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong, belum terpatahkan. Mereka masih sangat sulit digoyahkan ganda-ganda campuran lainnya. 

Sektor ganda putra masih didominasi ganda Indonesia. Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan bergantian menguasai podium juara. Menariknya, tiga gelar bergengsi, yaitu All England, Kejuaraan Dunia Bulutangkis, dan BWF World Tuour Finals menjadi milik Ahsan/Hendra, sedangkan Kevin/Marcus menguasai beberapa turnamen lain seperti Indonesia Open hingga China Terbuka. 

Selain laga-laga prestisius, dunia bulutangkis tahun ini juga diwarnai dengan beberapa pertandingan yang menguras emosi. Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) telah memilih lima momen paling emosional sepanjang tahun ini, satu di antaranya kemenangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. 

Berikut ini lima momen paling emosional di kancah bulutangkis tahun ini versi BWF. 

2 dari 6 halaman

Air Mata Chou Tien Chen di Indonesia Open

Tunggal putra Chinese Taipei, Chou Tien Chen, merebut kemenangan prestisius pada final Indonesia Open 2019, di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (21/7/2019). Meladeni pemain Denmark, Anders Antonsen, di hadapan sekitar 7.000 penonton, Chou dipaksa bekerja keras sebelum menyegel kemenangan dalam tiga gim 21-18, 24-26, 21-15.  

Antonsen menghadapi pertandingan kontra Chou dengan modal kurang meyakinkan. Dari empat pertemuan sebelumnya, Antonsen selalu kalah dari Chou. 

Di atas kertas, Chou juga unggul peringkat dibanding Antonsen, 3 melawan 11. 

Gim pertama Chou memberi sinyal bakal memenangi pertandingan dengan mudah. Dia mampu memegang kendali permainan dan meredam permainan agresif Antonsen.  Gim pertama akhirnya dimenangi Chou dengan margin tiga poin. 

Chou Tien Chen juga mengawali gim kedua dengan apik. Pemain berusia 29 tahun tersebut masih mempertahankan momentum sehingga kembali terus memimpin. 

Namun, Antonsen menunjukkan keuletan. Perlahan pemain berusia 20 tahun itu mengejar hingga balik memimpin. Pertandingan berlangsung sengit hingga harus diselesaikan melalui setting. Antonsen berhasil memenangi gim kedua dengan skor 26-24. 

Gim ketiga kembali berjalan alot. Namun, kali ini Chou tak mau kehilangan kendali seperti pada gim sebelumnya. Dia berusaha keras mendikte permainan Antonsen. 

Chou memperbanyak netting tipis yang sangat menyulitkan tunggal putra Denmark. Dia juga berhasil menekan melalui smes-smes keras yang tak bisa dikembalikan Antosen. Dalam beberapa kesempatan, pengembalian bola Antonsen menyangkut net. Gim ketiga akhirnya dimenangi Chou dengan skor 21-15. 

Chou tampak sangat lega setelah merebut angka kemenangan atas Antonsen. Dia langsung merebahkan diri ke lapangan, begitu juga Antonsen. 

Setelah itu, Chou bangkit dan duduk. Tunggal terbaik Chinese Taipei itu tak kuasa menahan keharuan. Sembari menutup wajahnya dia tampak menangis. Tak lama berselang dia menghampiri asistennya di pinggir lapangan dan memeluknya. Chou Tien Chen terus mendapat tepuk tangan meriah dari penonton yang memadati Istora Senayan. 

Momen dramatis final tunggal putra Indonesia Open 2019 itu ditutup dengan pertukaran kaus antara Chou Tien Chen dengan Anders Antonsen.   

3 dari 6 halaman

Comeback Gemilang Carolina Marin di China Terbuka

Tunggal putri Spanyol, Carolina Marin, menyuguhkan aksi heroik di ajang China Terbuka 2019. Dia berhasil menyabet gelar juara setelah mengalahkan unggulan kedua asal Chinese Taipei, Tai Tzu Ying, pada laga final, 22 September 2019. 

Marin merebut gelar dengan susah payah. Dia dipaksa bermain rubber game oleh Tai Tzu Ying. Kalah 14-21 pada gim pertama, Marin dapat bangkit pada dua gim berikutnya dengan memetik kemenangan 21-17, 21-18. 

Kemenangan tersebut terasa manis karena Marin baru saja comeback dari cedera. Dia absen dari berbagai turnamen bulutangkis selama lebih dari delapan bulan karena cedera. Tepatnya, Marin telah menepi sejak Januari 2019. 

Hasil itu juga membuat Marin mengakhiri dominasi Tai Tzu Ying atas dirinya. Dalam enam pertemuan sebelumnya kontra Tai Tzu Ying, Carolina Marin selalu kalah. 

Saking emosionalnya, Marin tak kuasa menahan air matanya tumpah setelah memenangi pertandingan final tersebut. 

 

4 dari 6 halaman

Pusarla V Sindhu Akhirnya Juara Dunia

Tunggal putri India, Pusarla Venkata Sindhu, lekat dengan julukan spesialis runner up, terutama pada turnamen-turnamen besar. Julukan tersebut mulai mencuat saat Sindhu mendulang medali perak pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. Pada partai final, Sindhu takluk dari pemain Spanyol, Carolina Marin. 

Pada Kejuaraan Dunia 2017 dan 2018, Sindhu juga terjegal. Pada final Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2017, Sindhu tak kuasa membendung pemain Jepang, Nozomi Okuhara. 

Adapun pada partai puncak Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2018, Sindhu lagi-lagi kalah. Kali ini, langkahnya diadang Carolina Marin. 

Penantian Pusarla Sindhu terbayar lunas pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019. Dia mampu membuktikan bukan hanya pemain spesialis runner up. Menghadapi Okuhara di final, Sindhu berhasil menang dua gim langsung 21-7, 21-7.  

“Dia jatuh pada laga puncak di beberapa turnamen besar, tetapi kerugian yang paling menggetarkan Pusarla V Sindhu adalah Kejuaraan Dunia (2017 dan 2018), Olimpiade Rio de Janeiro (2016), dan Asian Games (2018),” tulis BWF di situs resminya. 

 

5 dari 6 halaman

Ahsan / Hendra Kembali Juara Dunia

Momen emosional lain versi BWF adalah kesuksesan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menyabet medali emas Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019 di Basel, Swiss, pada 25 Agustus 2019. Momen ini dianggap emosional karena The Daddies sebenarnya tidak terlalu diunggulkan bakal juara dan usia mereka tak lagi muda. 

Pada final Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019 di Basel, Swiss, Minggu (25/8/2019), Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan mengalahkan ganda Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, dengan skor 25-23, 9-21, 21-15.

Ahsan/Hendra mengaku tak menyangka bisa kembali merebut gelar Kejuaraan Dunia Bulutangkis. Mereka pun mengaku makin lapar gelar setelah berhasil jadi juara dunia lagi.  

Mereka berhasil memenangi gelar juara dunia untuk kali ketiga. Ahsan/Hendra sebelumnya pernah jadi juara dunia pada 2013 di Guangzhou, China dan 2015 di Jakarta, Indonesia.

Kemenangan itu ternyata malah makin melecut motivasi Ahsan/Hendra meski usianya tak lagi muda. Hendra tepat berusia 35 tahun pada hari final, sedangkan Ahsan sudah menginjak 31 tahun. 

“Alhamdulillah, saya senang bisa menjadi juara dunia yang ketiga kalinya. Pastinya bersyukur dan sangat senang semoga ke depannya bisa jadi juara-juara lagi,” kata Ahsan selepas laga, melalui rilis dari PBSI. 

“Saya tidak menyangka pada 2019 bisa jadi juara di All England dan Juara Dunia. Semoga ini jadi motivasi saya ke depannya,” imbuh Hendra. 

 

6 dari 6 halaman

Kemenangan Sensasional Loh Kean Yew atas Lin Dan di Thailand Masters

Momen emosional kelima versi BWF adalah kemenangan fenomenal tunggal putra Singapura, Loh Kean Yew, atas pebulutangkis senior China, Lin Dan, di final Thailand Masters 2019, pada 13 Januari 2019. 

Pada pertandingan tersebut, Loh menang dua gim langsung dengan skor 21-19, 21-18. Dia langsung panen pujian dari masyarakat Singapura karena menjadi pemain pertama Negeri Singa yang memenangi turnamen World Tour BWF. 

Yang membuat namanya makin moncer, Loh saat itu masih berusia 21 tahun. Meski masih muda, dia bisa tampil tenang meladeni permainan Lin Dan yang punya pengalaman jauh di atasnya. Lin Dan bukan bukan pemain sembarangan karena mengantongi dua medali emas Olimpiade, serta berbagai gelar bergengsi lainnya. 

Setelah kemenangan sensasional tersebut, Loh mengatakan targetnya bermain di Olimpiade dan meraih medali emas. 

"Sejak muda, emas Olimpiade telah menjadi impian saya dan belum berubah sampai kini," kata Loh.

Video Populer

Foto Populer