Sukses


Tim Indonesia Dilarang Naik Bus dan Masuk Lift, Zainudin Amali Mengutuk Diskriminasi BWF di All England

Bola.com, Jakarta - Tim bulutangkis Indonesia dilarang naik bus dan masuk lift setelah dipaksa mundur dari All England 2021. Merespons itu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali, mengutuk diskriminasi yang dilakukan Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).

Tim bulutangkis Indonesia tidak boleh melanjutkan kiprah All England 2021 karena dianggap melakukan kontak dengan penumpang pesawat yang positif COVID-19 dalam perjalanan ke Inggris.

Anthony Ginting dan kawan-kawan diminta untuk menjalani karantina selama sepuluh hari oleh National Health Service (NHS) atau program layanan kesehatan masyarakat di Inggris.

Amali mengecam perbuatan BWF dan memintanya untuk bertanggung jawab atas kerugian tim bulutangkis Indonesia di All England.

"Dari informasi yang masuk, kami merasa tersakiti. Kami diperlakukan dengan tidak baik. Bayangkan, tim bulutangkis Indonesia sehabis bertanding lalu dipaksa mundur dan setelah dikeluarkan dari arena, mereka disuruh jalan kaki padahal biasanya disediakan bus," kata Amali pada konferensi pers bersama Ketua National Olympic Committee (NOC), Raja Sapta Oktohari, di Kantor Kemenpora, Jakarta Pusat, Jumat (19/3/2021).

"Ini laporan langsung dari teman-teman kami di Inggris. Ini sesuatu yang diskriminatif, khususnya oleh BWF. Kalau ditanya apa penilaian saya, BWF tidak profesional."

"BWF juga tidak transparan dan mereka melakukan diskriminasi. Saya punya cukup bukti untuk berani mengatakan itu. Kami sangat kecewa. BWF tidak boleh buang badan dan berlindung di balik aturan Inggris," jelas Amali.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

BWF Harus Bertanggung Jawab

Senada dengan Amali, Raja Sapta Oktohari, selaku Ketua NOC Indonesia, juga menuntut BWF untuk mengakui kesalahannya terhadap tim bulutangkis Indonesia di All England dan wajib meminta maaf.

"Kami sudah berkirim surat protes ke BWF. NOC Inggris juga memberikan dukungan kepada kami. Sebab, yang melaksanakan bukan pemerintah Inggris, melainkan panitia All England," imbuh Raja Sapta.

"BWF seharusnya bertanggung jawab penuh atas keteledoran di All England. Kalau peraturan soal protokol kesehatan, di setiap negara pasti ada. Tapi, BWF tidak boleh lempar tanggung jawab ke Inggris."

"Sebab atlet-atlet kami sudah divaksinasi, sudah menjalani swab test juga, dan telah bertanding. Tiba-tiba dikeluarkan dari All England dan bahkan tidak diperkenankan masuk bus dan lift. Apakah oleh pemerintah Inggris? Bukan, tapi oleh panitia. BWF tidak bisa berlindung di balik regulasi yang ada," imbuh Raja Sapta.

Video Populer

Foto Populer