Sukses


Contoh-Contoh Teks Biografi Tokoh

Bola.com, Jakarta - Teks Biografi merupakan satu di antara teks yang menjelaskan tentang seorang tokoh yang memiliki kelebihan atau keunggulan tokoh tersebut yang dapat diteladani pembaca. Teks biografi dapat digunakan sebagai anutan bagi pembaca.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengertian biografi adalah riwayat hidup (seseorang) yang ditulis oleh orang lain.

Dalam teks biografi biasanya berisi informasi berdasarkan fakta pada tokoh, memuat sebuah fakta pengalaman hidup suatu tokoh dalam memecahkan masalah, mengetahui dan memahami karakter orang lain.

Nah, bagi kamu yang ingin belajar menulis biografi atau sedang ada tugas sekolah untuk membuatnya, bisa memahami contohnya. Ada beberapa referensi contoh teks biografi yang bisa kamu perhatikan.

Berikut ini beberapa contoh teks biografi contoh yang bisa dicermati, dilansir dari Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia terbitan Kemdikbud, Rabu (23/11/2022).

2 dari 4 halaman

Biografi Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono atau SDD panggilan akrabnya, merupakan satu di antara penyair kenamaan di negeri ini. Beliau lahir pada 20 Maret 1940 di Surakarta. SDD adalah anak tertua dari pasangan bapak Sadyoko dan ibunda Sapariah. Ayah Sapardi Djoko Damono adalah seorang Abdi Dalem Kasultanan Surakarta.

Semenjak kecil, ia sudah menyukai dunia tulis menulis terutama menulis puisi. Puisi yang pertama kali ia tulis ketika SDD duduk di bangku SMA atau pada saat usianya 17 tahun. Keahlian atau kemampuan menulis puisinya makin terasah ketika dia berkuliah di jurusan Sastra Inggris di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Pada 1969 atau saat berumur 29 tahun, SDD resmi menerbitkan buku kumpulan puisi-puisinya yang berjudul Duka-Mu Abadi. Buku-buku puisinya yang lain pun mulai diterbitkan sejak buku pertama terbit. Sihir Hujan, Mata Pisau, Akuarium Perahu Kertas, Ayat-Ayat Api, Hujan Bulan Juni, Arloji, dan lain-lain, merupakan beberapa buku puisinya. Tak hanya membuat buku-buku puisi, Sapardi juga melahirkan beberapa novel serta buku nonfiksi. Buku-buku fiksi dan nonfiksi yang sudah diterbitkan antara lain, Bilang Begini Maksudnya Begitu dan Pingkan Melipat Jarak.

Dalam menulis, ia menggunakan metafor-metafor indah, dan kata-kata yang dipakai cenderung sederhana serta familier di lingkungan masyarakat sehingga puisi-puisi Sapardi begitu dikenal masyarakat luas. Beberapa puisi sapardi yang familier ini seperti Berjalan ke Barat di Waktu Pagi, Dalam Doaku, Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Kuhentikan Hujan, Sihir Hujan, dan Di Restoran.

Sapardi Djoko Damono juga pernah aktif di dunia akademisi dan media. Sapardi pernah dipercaya memangku jabatan sebagai redaktur majalah Basis, Horison dan Kalam pada bidang media. Untuk bidang akademisi, beliau mengajar dan menjadi dekan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia . Konsistensi yang dimiliki Sapardi Djoko Damono dalam dunia literasi membuat dirinya meraih berbagai penghargaan, seperti Cultral Award dari Pemerintah Australia tahun 1978, S.E.A. Write Award dari Thailand tahun 1986, dan Hadiah Putra Puisi dari Malaysia tahun 1984.

3 dari 4 halaman

Biografi Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara lebih dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Nama asli Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Beliau merupakan keturunan dari keraton Yogyakarta. Pada umur 40 tahun, beliau mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Beliau tidak memakai gelar nama kebangsawanannya lagi dikarenakan beliau ingin lebih dekat dengan rakyat secara fisik maupun hatinya. Biografi Ki Hajar Dewantara memang penuh pengabdian kepada Indonesia. Sudah banyak sekali hal bermanfaat yang dilakukan oleh beliau.

Ki Hajar Dewantara bersekolah di ELS yang dulu merupakan sekolah dasar Belanda. Selanjutnya beliau juga melanjutkan sekolah di Stovia yang merupakan sekolah dokter untuk Bumiputera. Namun, selama sekolah di Stovia, beliau tidak sampai tamat dikarenakan sakit. Hal ini juga banyak diceritakan di semua buku biografi Ki Hajar Dewantoro. Beliau pernah bekerja menjadi wartawan di berbagai media cetak terkenal pada masa itu, seperti Mideen Java, Sedyotomo, De Ekpress, Kaoem Moeda, Poesara, Oetoesan Hindia, dan Tjahaja Timoer. Tulisan beliau di berbagai media tersebut sangat komunikatif dan kritis sehingga dapat meningkatkan semangat rakyat pada masa itu.

Ketika membahas tentang biografi Ki Hajar Dewantara memang tidak pernah ada habisnya. Ada banyak sekali hal yang harus kita banggakan untuk beliau. Pada 1908, beliau aktif sebagai pengurus organisasi Boedi Oetomo. Selanjutnya, beliau membuat organisasi sendiri bersama Douwes Dekker atau lebih dikenal dengan Dr. Danudirdja Setya Budhi, dan Dr. Cipto Mangoekoesoemo mendirikan sebuah organisasi yang bernama Indische Partij pada 25 Desember 1912. Organisasi ini merupakan partai politik pertama di Indonesia yang beraliran nasionalisme untuk mencapai Indonesia merdeka. Ketika ingin mendaftarkan partai ini, mereka ditolak oleh Belanda karena dianggap menumbuhkan nasionalisme pada rakyat.

Dengan ditolaknya partai tersebut, mereka akhirnya membentuk Komite Boemi Poetra yang digunakan untuk membuat kritik ke pemerintahan Belanda. Mereka menulis berbagai kritikan untuk pemeritahan Belanda yang dimuat di surat kabar De Ekpress yang pemiliknya pada saat itu adalah Douwe Dekker. Dalam tulisan tersebut mereka mengatakan bahwa tidak mungkin merayakan kemerdekaan di negara yang sudah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Karena tulisannya itu, beliau dibuang ke Pulau Bangka, sebagai hukuman pengasingannya oleh pemerintahan Belanda. Cerita ini banyak ditemukan di buku-buku biografi Ki Hajar Dewantara.

Setelah pulang dari pengasingan dan sempat melakukan perjalanan ke Belanda, beliau akhirnya mendirikan Taman Siswa. Selama pendirian Taman Siswa ini banyak sekali tantangan dan halangan dari pihak pemerintahan Belanda. Dengan segala kegigihannya, akhirnya Taman Siswa mendapatkan izin berdiri. Setelah masa kemerdekaan, beliau menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan. Jika Anda mengunjungi Yogyakarta, Anda bisa mengunjungi museum yang didedikasikan untuk Ki Hajar Dewantara. (Sumber: http://www.biografi pahlawan.com)

4 dari 4 halaman

Biografi Buya Hamka

Hamka adalah seorang sastrawan Indonesia dan ulama. Selain sebagai sastrawan, ia juga dikenal sebagai ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik. Hamka adalah singkatan dari nama lengkapnya, yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Dalam dunia kepengarangan, Hamka kadang-kadang menggunakan nama samaran, yaitu A.S. Hamid, Indra Maha, dan Abu Zaki. Hamka lahir pada16 Februari 1908, di Sungai Batang, Maninjau, Sumatra Barat. Ayahnya adalah Dr. Haji Abdul Karim Amrullah, seorang ulama Islam yang sangat terkenal di Sumatra dan pendiri Sumatra Thawalib di Padang Panjang, sedangkan ibunya adalah Siti Shahyah Tanjung. Perceraian orang tuanya menyebabkan Hamka sudah harus berpisah dengan ibunya pada saat usianya baru menginjak enam tahun.

Untuk meningkatkan pengetahuannya, pada 1924, Hamka merantau ke Pulau Jawa. Mula-mula ia ke Yogyakarta, Surabaya, lalu Pekalongan. Ia mempelajari pergerakan Islam yang pada waktu itu sedang bergelora. Selama di Pulau Jawa, Hamka mendapat pengetahuan tentang pergerakan Islam dari H.O.S. Cokroaminoto, H. Fachruddin, R.M. Suryopranoto, dan St. Mansyur. Hamka hanya setahun tinggal di Pulau Jawa. Pada 1925, ia kembali ke Padang Panjang dan mulai mencoba menjadi seorang pengarang. Hasilnya lahir setahun kemudian; sebuah novel berbahasa Minangkabau yang berjudul Si Sabariah (1926).

Belakangan, ia mendapat sebutan Buya (berasal dari bahasa Arab, abi atau abuya, yang berarti ayahku), sebuah panggilan yang ditujukan untuk seseorang yang dihormati. la juga dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia setelah dikeluarkannya Keppres No. 113/TK/Tahun 2011, pada tanggal 9 November 2011.

 

Sumber: Kemdikbud

Baca artikel seputar teks biografi lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer