Sukses


Daftar Destinasi Wisata Budaya di Indonesia, Cocok untuk Mengisi Hari Libur Sekolah

Bola.com, Jakarta - Liburan sekolah menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu para pelajar. Tak hanya libur akhir pekan, tetapi juga libur panjang di akhir semester.

Hari libur adalah waktu yang tepat untuk melakukan berbagai aktivitas yang menyenangkan di luar kegiatan sekolah. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan saat libur sekolah.

Satu di antara kegiatan yang bisa jadi referensi adalah berwisata budaya. Berlibur ke tempat tersebut mungkin jarang disukai banyak orang.

Namun, dengan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki nilai budaya tinggi, kamu tidak hanya dapat bersenang-senang, tetapi juga dapat menambah pengetahuan mengenai keberagaman budaya yang ada di Indonesia.

Maka itu, pergi ke tempat yang memiliki nilai budaya perlu dilakukan untuk menambah wawasan. Di Indonesia ada banyak tempat yang bisa dikunjungi.

Berikut beberapa tempat wisata budaya yang dapat kamu kunjungi untuk mengisi hari libur sekolah, dilansir dari ditsmp.kemdikbud.go.id, Senin (3/7/2023).

2 dari 8 halaman

1. Desa Wisata Saba Budaya Baduy

Suku Baduy merupakan suku yang bermukim di pedalaman Banten dan hidup secara terisolasi dari dunia luar. Kehidupan mereka sangat sederhana dan mereka menyatu dengan alam sekitarnya.

Kondisi alam yang masih alami dan kebudayaan yang ada di kampung suku Baduy menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini.

Kawasan wisata suku Baduy terletak di Desa Cibeo, Kabupaten Lebak, Banten, sekitar 40 kilometer dari Rangkasbitung.

Desa tersebut menawarkan pesona alam yang masih asri dan kekayaan budaya suku Baduy yang masih tradisional.

3 dari 8 halaman

2. Candi Borobudur

Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

Candi Borobudur, yang merupakan situs candi Buddha terbesar di dunia, telah diresmikan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas oleh pemerintah.

Tempat wisata ini bukan hanya menjadi tujuan favorit wisatawan di dalam negeri, tetapi juga di seluruh dunia. Hingga tahun 2019, Borobudur telah berhasil menarik lebih dari 3 juta wisatawan, termasuk lebih dari 200 ribu turis asing.

4 dari 8 halaman

3. Desa Adat Bawomataluo

Bawomataluo adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Sumatra Utara, dan berada pada ketinggian 324 m di atas permukaan laut.

Desa ini terkenal karena deretan rumah adat tradisional "Omo Hada" dan satu rumah adat yang cukup besar yang disebut dengan "Omo Sebua".

Desa Bawomataluo juga terkenal karena kebudayaan yang dimilikinya, satu di antaranya, yakni tradisi Lompat Batu atau Hombo Batu yang merupakan tradisi turun-temurun di Nias.

Dahulu, kegiatan tersebut merupakan latihan bagi para pemuda Nias untuk berperang melawan musuh.

5 dari 8 halaman

4. Istana Maimun

Istana Maimun merupakan istana peninggalan kerajaan Deli yang terletak di Kota Medan, Sumatra Utara. Istana ini dibangun pada 1888 oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang diarsiteki oleh kapten tentara Belanda bernama T.H van Erp.

Desain bangunannya adalah perpaduan antara Indonesia, Persia, dan Eropa. Istana Maimun dibangun di atas lahan seluas 4,5 hektar.

Bangunannya memiliki luas sekitar 2.700 meter persegi dan terdiri dari dua lantai. Istana Maimun terbagi menjadi tiga bagian, yakni Balairung Seri Utama sebagai tempat sultan menerima tamu, serta sayap kanan dan kiri yang terdiri dari 30 ruangan.

Pembangunan istana ini diperkirakan menghabiskan biaya ratusan ribu gulden dan rampung dibangun dalam tiga tahun.

6 dari 8 halaman

5. Desa Penglipuran

Desa Penglipuran merupakan desa wisata yang terletak di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa tersebut terletak pada ketinggian 600-650 meter dari permukaan air laut sehingga memiliki suasana yang sejuk.

Selain itu, Desa Penglipuran terkenal karena kebersihan dan keasriannya. Arsitektur rumah-rumah yang ada di Penglipuran mirip satu dengan lainnya, begitu pula dengan ukurannya.

Setiap rumah memiliki sebuah pintu gerbang yang disebut dengan ‘angkul-angkul’. Kurang lebih ada sekitar 200 lebih kepala keluarga yang tersebar di desa wisata ini.

Di Desa Penglipuran, seluruh masyarakat memiliki status kasta yang sama, yaitu Kasta Sudra. Mereka dipimpin oleh seorang ketua adat yang dipilih setiap lima tahun sekali.

Desa Penglipuran menawarkan suasana kehidupan dan keharmonisan yang damai bagi penduduk setempat.

Pengunjung pun dapat terlibat langsung dalam kegiatan belajar tentang kebudayaan Bali kuno, mengikuti kursus tarian khas Bali, mempelajari kepercayaan, dan berbagai kegiatan lainnya yang ditawarkan di desa tersebut.

7 dari 8 halaman

6. Kampung Adat Wae Rebo

Desa adat Wae Rebo terletak di wilayah Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, Flores. Desa tersebut berada di ketinggian sekitar 1.100 meter di atas permukaan laut.

Jadi, Wae Rebo merupakan sebuah desa yang terisolasi dengan panorama hutan tropis yang indah, dikelilingi oleh pegunungan, dan berbatasan dengan Taman Nasional Komodo. Wae Rebo kini menjadi destinasi populer bagi para wisatawan yang tertarik dengan ekowisata.

Desa ini memenangkan Award of Excellence, penghargaan tertinggi dalam UNESCO Asia-Pacific Awards for Heritage Conservation 2012 di Bangkok pada Agustus 2012.

Ketika mengunjungi Wae Rebo, para wisatawan dapat merasakan berbagai aktivitas yang menarik seperti berinteraksi dengan masyarakat setempat dan tinggal bersama mereka selama satu atau dua hari.

Pengunjung juga dapat mempelajari adat dan kehidupan masyarakat Wae Rebo serta menonton pertunjukan budaya adat penti, jika tersedia.

Tidak hanya itu, Wae Rebo menawarkan wisata trekking yang memukau dengan pemandangan alam yang indah, serta flora dan fauna lokal yang unik seperti burung endemik pulau Flores yang bisa diabadikan dalam bentuk foto di hutan konservasi.

8 dari 8 halaman

7. Pasar Terapung Lok Baintan

Pasar Terapung Lok Baintan merupakan pasar tradisional yang terletak di Sungai Martapura, tepatnya di di desa Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar.

Pasar ini menjadi unik karena para pedagangnya menawarkan berbagai hasil kebun, pertanian, dan produksi rumah tangga mereka dari atas perahu atau jukung yang tidak menggunakan mesin.

Pasar Terapung Lok Baintan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-18. Mayoritas pedagang berasal dari kampung-kampung di sekitar sungai Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan Sungai Lok Baintan.

Pedagang di pasar terapung mulai berjualan pada pukul 06.00 pagi hingga 09.30 WITA. Mayoritas pedagang adalah perempuan yang mengenakan tutup kepala yang lebar atau tanggui. Mereka bisa menjual barang secara grosir maupun eceran.

Di Pasar Terapung Lok Baintan, sistem barter masih berlaku, di mana besaran dan jumlah hasil barter tergantung pada kesepakatan antara kedua belah pihak.

 

Sumber: ditsmp.kemdikbud.go.id

Baca artikel seputar edukasi lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer