Sukses


4 Contoh Teks Cerita Fantasi yang Penuh Pesan Moral

Bola.com, Jakarta - Teks cerita fantasi adalah karangan yang berisi kisah penuh imajinasi dan khayalan hingga melebihi realita. Jadi, dalam teks tersebut menceritakan kisah yang penuh fantasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerita adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang atau kejadian dan sebagainya (baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka).

Sedangkan fantasi dalam KBBI berarti daya untuk menciptakan angan-angan.

Dalam teks cerita fantasi, segala sesuatu yang bersifat tidak mungkin di dunia nyata merupakan hal yang biasa. Bahkan, tak jarang pengarang sengaja melebih-lebihkan hingga terkesan tidak masuk akal.

Itulah sedikit penjelasan tentang pengertian teks cerita fantasi. Untuk lebih jelasnya, bisa memahami contoh-contoh teks cerita fantasi di bawah ini.

Berikut ini beberapa contoh teks cerita fantasi yang bisa mudah dipahami dan dicermati, dilansir dari Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas VII terbitan Files1.simpkb.id, Rabu (25/10/2023).

2 dari 5 halaman

Pertahankan Kemerdekaan Negeri

oleh Nurhasanah Widianingsih

Seusai pembelajaran di sekolah, Romi dan Danang segera mengemasi perlengkapan belajar mereka dan berencana mampir ke warnet untuk bermain game online. Kebetulan hari itu orang tua Romi sedang berada di luar kota dan Danang pun tadi pagi telah izin kepada orang tuanya bahwa ia akan pulang terlambat karena ada tugas kelompok.

Mereka melaju sepeda dengan kencang karena tidak sabar untuk segera sampai di warnet. Namun, di tengah perjalanan mereka dikejutkan oleh peristiwa yang luar biasa, mereka melihat segerombolan siswa SMA yang masih berseragam utuh sedang berhamburan ke arah mereka dan tampak sebagian dari mereka membawa senjata tajam.

Romi dan Danang sangat panik, tapi sebelum mereka sempat berbalik arah, sepeda mereka keburu terjatuh tertabrak orang-orang yang berlarian, bahkan badan mereka pun hampir saja terinjak-injak, tapi untungnya mereka segera bangkit dan berlari menyelamatkan diri. Saking paniknya, Romi dan Danang terpisah satu sama lain, Romi bersembunyi di belakang warung kecil yang ada di seberang jalan, matanya sibuk memperhatikan orang yang melintas satu per satu, ia berharap salah satu dari mereka adalah Danang.

Jantung Romi berdegup sangat kencang, apalagi setelah mendengar suara letupan senjata api dan teriakan orang-orang yang ada di sana. Sudah hampir 15 menit Romi bersembunyi di sana, ia berusaha untuk menutup mata dan telinganya, sampai tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya, "Ayo, jangan bersembunyi di sini. Kita harus selesaikan perjuangan ini, wujudkan kemerdekaan 100 persen". Romi terheran- heran menatap pria tersebut, rasanya ia mengenal pria tersebut, tapi tak tahu di mana.

Tanpa berpikir panjang, Romi mengikuti pria itu dan mengangkat senapan yang ada di hadapannya, dia tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dia lakukan. Romi hanya mengikuti pria tersebut beserta pasukannya memasuki hutan belantara. Pria yang tadi menepuk bahuku kini tampak kurang sehat, beliau terus menerus terbatuk-batuk dan nampak melemah.

"Kita istirahat dulu saja di sini Jenderal, Anda butuh istirahat. Esok kita lanjutkan perjalanan, kami akan siapkan tandu untuk membantu perjalanan Jenderal."

Romi semakin tercengang saat mendengar pria tersebut dipanggil dengan sebutanjenderal, ia mencoba untuk mengingat-ingat di manakah ia pernah melihat wajah pria tersebut.

"Jangan perlakukan saya seperti raja, Nori," ucap pria yang dipanggil jenderal tersebut. "Di saat keadaan perang seperti ini, siapa pun wajib untuk melindungi jenderal, lagipula itu bukan tandu untuk raja, tapi tandu untuk orang sakit."

Semua orang di sana tampak berusaha untuk beristirahat, tapi Romi sulit untuk memejamkan matanya. Ia berusaha untuk terjaga dan mengamati sekitarnya, saat ia menghampiri tempat Sang Jenderal sedang beristirahat, ia melihat Sang Jenderal masih terjaga dan Romi mencoba untuk menghampirinya. Rupanya Sang Jenderal pun menyadari keberadan Romi di sana, lalu memanggilnya. "Kemarilah anak muda, lihatlah betapa kami berjuang saat keras untuk memerdekakan tanah air tercinta ini. Oleh sebab itu jangan siasiakan pertumpahan darah yang telah dikorbankan oleh para pejuang kita. Isilah kemerdekaan ini dengan hal-hal positif yang dapat mengharumkan nama negeri."

Begitulah Sang Jenderal menasihatinya, Romi hanya diam tertunduk. "Jika kami telah sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, sampai titik darah penghabisan. Maka kalian harus sanggup untuk mempertahankan kemerdekaan ini dengan menjadi kebanggaan bagi negeri ini."

Sang Jenderal melanjutkan perkataannya sembari mengelus punggung Romi hingga tertidur. "Rom, Rom, pulang yuk!" tiba-tiba Danang datang dan mengagetkannya. "Baik Jenderal, saya tidak akan mengecewakan negeri ini, saya akan lanjutkan perjuangan Jenderal." Danang merasa heran dengan ucapan Romi.

"Lu ngomong apaan sih, ayo balik, nanti ortuku keburu nyariin." Romi pun tampak keheranan karena kini di hadapannya bukan lagi Sang Jenderal, melainkan sahabatnya, Danang. Sesampainya di rumah, Romi segera mencari tahu mengenai Sang Jenderal melalui internet. Ia pun tercengang setelah mendapatkan informasi ternyata pria tersebut tak lain adalah Jenderal Sudirman. Sejak saat itu Romi berubah menjadi anak yang giat belajar dan tak lagi main di warnet.

3 dari 5 halaman

Kekuatan Ekor Biru Nagata

Oleh Ugi Agustono

Seluruh pasukan Nagata sudah siap hari itu. Nagata membagi tugas kepada seluruh panglima dan pasukannya di titik-titik yang sudah ditentukan. Seluruh binatang di Tana Modo tampak gagah dengan keyakinan di dalam hati, mempertahankan milik mereka. Hari itu, sejarah besar Tana Modo akan terukir di hati seluruh binatang. Mereka akan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk membela tanah air tercinta.

Saat yang ditunggu pun tiba. Mulai terlihat bayangan serigala-serigala yang hendak keluar dari kabut. Jumlah pasukan cukup banyak. Bagata dan seluruh panglima memberi isyarat untuk tidak panik.

Pasukan siluman serigala mulai menginjak Pulau Tana Modo, susul-menyusul bagai air. Tubuh mereka besar-besar dengan sorot mata tajam. Raut wajah mereka penuh dengan angkara murka dan kesombongan, disertai lolongan panjang saling bersahutan di bawah air hujan. Mereka tidak menyadari bahaya yang sudah mengepung. Semua binatang tetap tenang menunggu aba-aba dari Nagata.

"Serbuuuu…!" teriak Nagata sambung-menyambung dengan seluruh panglima.

Pasukan terdepan dari binatang-binatang hutan segera mengepung para serigala dengan lemparan bola api. Pasukan serigala sempat kaget, tak percaya. Cukup banyak korban yang jatuh dari pihak serigala karena lemparan bola api. Namun, pemimpin pasukan tiap kelompok serigala langsung mengatur kembali anak buahnya pada posisi siap menyerang. Mereka tertawa mengejek binatang- binatang ketika banyak bola api yang padam sebelum mengenai tubuh mereka. Bahkan dengan kekuatan mereka, mereka meniup bola api yang terbang menuju arah mereka.

"Hai…! Taka ada gunanya kalian melempar bola api kepada kami!" Seru serigala dengan sorot mata penuh amarah.

Binatang-binatang tidak putus asa. Namun, pasukan serigala dalam jumlah dua kali lipat bahkan lebih dari pasukan binatang mulai bergerak maju, seolah hendak menelan binatang-binatang yang mengepung. Binatang-binantang yang pantang menyerah juga tidak takut dengan gertakan para serigala.

"Gunakan kekuatan ekormu, Nagata!" bisik Dewi Kabut di telinga Nagata.

Nagata sempat bingung dengan kata-kata Dewi Kabut. Karena banyak bola api yang padam, Nagata segera memberi aba-aba berhenti melempar dan mundur kepada seluruh pasukan. Tiba-tiba Nagata pemimpin perang seluruh binatang di Tana Modo, segera melesat menyeret ekor birunya. Mendadak ekor Nagata mengeluarkan api besar. Nagata mengibaskan api ekornya yang keras, membentuk lingkaran sesuai tanda yang dibuat oleh semut, rayap, dan para tikus.

Lalu, ia melompat bagai kilat dan mengepung serigala dalam api panas. Kepungan api semakin luas. Serigala-serigala tak berdaya menghadapi kekuatan si Ekor Biru. Teriakan panik dan kesakitan terdengar dari serigala-serigala yang terbakar. Nagata tidak memberi ampun kepada para serigala licik itu.

Selesai pertempuran, Nagata segera menuju ke atas bukit, bergabung sengan seluruh panglima. Levo, Goros, Lamia, Sikka, dan Mora memandang Nagata dengan haru dan tersenyum mengisyaratkan hormat dan bahagia.

4 dari 5 halaman

Sihir Nina

Alangkah beruntungnya Nina memiliki keluarga idaman yang sangat menyayanginya kali ini. Keluarga barunya benar-benar memperlakukannya bak anak kandung satu-satunya yang mereka miliki.

Nina telah lama berpindah-pindah keluarga karena keluarga yang mengadopsinya selalu tiba-tiba melepaskannya. Panti asuhan bahkan sempat bertanya-tanya akan tersebut. Mereka bahkan sempat mempertanyakan apakah Nina adalah anak yang nakal? Karena keluarga yang mengadopsinya selalu beralasan tidak sanggup, atau bahkan ketakutan untuk mengasuh Nina.

Namun, sekarang sudah tak habis pikir karena ia telah berbahagia dengan keluarga barunya lebih dari dua tahun ini. Setelah merenungkan masa lalunya, nina tak kuasa menahan bersin. Saat ia bersin, butiran percikan cahaya keemasan keluar dari embusan mulutnya. Nina kaget melihatnya dan makin terkejut melihat topi yang dikelilingi percikan cahaya itu kini melayang di hadapannya. "Lho, Nina sudah bisa menyihir sambil bangun ya sekarang," ucap ibu tirinya yang tiba-tiba berada di samping Nina.

"Lho, mama kok tiba-tiba muncul sih?" tanya Nina. "Tebak…," jawab ibunya. "Apa? Nina bahkan tidak tahu apa yang mama omongin soal sihir-sihiram tadi," balasnya.

"Kamu penyihir, mama juga penyihir." "Ah mama ngomong apa sih," tanya Nina. "Ga percaya? Nanti kita belajar bareng-bareng ya," balas mama nina sambil tiba-tiba menghilang meninggalkan serbuk keemasan yang Nina keluarkan saat bersin tadi.

Nina makin tidak paham apa yang sebenarnya terjadi dengan topi itu. Ia menggaruk-garuk kepalanya sambil bergumam dalam hati "kenapa sih ini". "Besok mama jelasin ya Nin, sekarang mama sibuk menyelesaikan pesanan tetangga," ujar mamanya. Nina kaget lagi, karena suara mama terdengar di dalam pikirannya. "Enggak kok, mama gak bisa baca pikiran kamu, mama cuma bisa ngomong, yang lain juga begitu."

5 dari 5 halaman

Nino dan Alien yang Menggemaskan

Malam itu, entah mengapa tak seperti biasanya, Nino belum bisa tertidur. Ia sudah cukup lama mencoba memejamkan matanya, tapi tak kunjung terlelap juga. Ia kemudian memutuskan untuk membuka jendela kamarnya, berharap angin segar dapat membuatnya mengantuk.

Namun, tak lama setelah ia membuka jendelanya, sekelibat cahaya terang tampak mendekat dari kejauhan. Nino lantas kembali menghampiri jendela kamarnya. Cahaya itu makin dekat dan mulai membuat Nino silau dan menutup mata dengan sebelah tangannya.

Tiba-tiba seorang alien yang berukuran mungil datang. Perutnya buncit, tubuhnya berwarna biru, dan bibirnya berwarna merah muda. Matanya hijau terang. Alien berkepala besar itu tiba-tiba mengeluarkan cahaya merah dari tangannya yang menghangatkan tubuh Nino.

"Halo, k-k-kamu siapa?" tanya Nino agak ketakutan. Alien itu kemudian menjawabnya dengan bahasa yang tidak dipahami oleh Nino bahkan manusia lainnya! "Blah weos dgak, laih ipos en quere?"

"Maaf, aku enggak paham apa yang kamu katakan," balas Nino.

Seketika alien itu pun tampak memahami apa yang terjadi, lalu memutar-mutar kupingnya yang berbentuk seperti antena seakan menyesuaikan sesuatu, seperti kita menyesuaikan frekuensi radio. Kemudian ia berkata dengan bahasa manusia, "Aku tidak bisa tidur, di planetku mataharinya ada tiga, jadi terlalu terang, boleh aku ikut tidur di sini?"

Meski agak ragu, Nino memperbolehkannya. Tak butuh waktu lama, alien itu pun lekas berbaring di lantai karpet kamar Nino. "Maaf, kamu boleh menggunakan kasurku kok, tidak usah di lantai", ujar Nino. Namun, Nino terlambat karena Alien itu sudah terlelap tidur, ia mendengkur seperti kucing.

Kemudian, selang beberapa detik saja, alien itu terbangun lagi. "Terima kasih, tidurku lelap sekali tadi," alien itu berkata sambil menahan menguap.

"Lho, kamu kan baru tidur beberapa detik saja?" jawab Nino. "Oh, iya, makhluk dari planetku hanya membutuhkan tidur 15 sampai 30 detik saja dalam 1000 tahun."

Alien itu pun keluar dan terbang kembali ke angkasa melalui jendela kamar tidur. Coba tebak, siapa sekarang yang tidak akan bisa tidur karena telah menyaksikan peristiwa luar biasa tersebut?

 

Sumber: files1.simpkb.id

Baca artikel seputar contoh lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer