Sukses


5 Contoh Puisi Diafan yang Bisa Dijadikan Referensi Belajar

Bola.com, Jakarta - Puisi diafan dapat diartikan puisi polos atau kurang dalam menggunakan pengimajian, kata kiasan, dan bahasa figuran.

Puisi diafan dikenal dengan istilah puisi transparan, yang mengandung arti jernih atau bening. Jadi, puisi diafan adalah puisi yang mudah dipahami isinya karena hampir semua kata-katanya terbuka.

Dalam penulisan puisi diafan, terdapat kata-kata atau bahasa sehari-hari yang bisa dengan mudah dipahami. Puisi diafan juga dapat ditulis dengan mendeskripsikan sebuah bentuk di sekitar penulis.

Hal ini berarti, puisi diafan adalah puisi yang mudah dilihat maknanya dan mudah dipahami isinya karena hampir semua kata yang digunakan mudah dicerna.

Penulis puisi jenis ini tidak menggunakan lambang maupun kiasan untuk mengungkapkan maksudnya.

Puisi diafan umumnya ditulis oleh orang dewasa dan diperuntukkan bagi anak-anak. Namun, kini mulai banyak anak yang belajar menulis puisi diafan.

Agar lebih mudah memahaminya, berikut lima contoh puisi diafan yang bisa dijadikan referensi belajar, Kamis (21/3/2024).

2 dari 6 halaman

Keluarga

Katanya, keluarga adalah tempat kau merasa nyaman

Di dalamnya kau akan merasakan yang namanya kebersamaan

Keluarga adalah tempat pulang setelah perjuangan

Namun nyatanya, tak semua orang dapat merasakan

 

Terkadang, keluarga hanyalah bentuk imajinasi

Beberapa orang iri dengan kisah harmonis di televisi

Sebab, meski telah memohon berkali-kali

Hadirnya keluarga hanya hanyalah sebuah mimpi

 

Keluarga ialah sekumpulan orang yang akan menyemangatimu

Keluarga adalah anugerah cerah walau di hari yang kelabu

Mereka selalu ada untukmu

Meski di malam minggu atau di malam Rabu

 

Jadi, jika masih ada keluarga di sampingmu

Kau harus terus syukuri itu

Meski kadang kau bertengkar dan beradu mulut

Pada akhirnya, hanya mereka yang selalu menerimamu.

3 dari 6 halaman

Aku, Si Sungai

Aku adalah sungai

Yang mengalir dari gunung ke lautan luas

Airku yang jernih

Berasal dari mata air nun jauh di gunung

Di sepanjang perjalanan

 

Ku ditemani oleh ikan-ikan

Oleh beragam hewan

Yang melepaskan dahaga dengan airku

Airku yang jernih dan segar

 

Namun

Sesampai di kota

Manusia memberiku sampah

Air Jernihku menjadi cokelat, kotor, dan bau

 

Airku yang jernih tercemar sudah

Teman-temanku, ikan-ikan turut menderita

Semua karena ulah manusia

Adakah yang patut kuperbuat?

 

Adakah yang dapat kau perbuat kawan?

Agar airku jernih dan segar kembali

Tolonglah aku.

4 dari 6 halaman

Merindu Dirimu

Sudah lama sekali aku tak melihat paras indahmu

Sudah lama sekali aku tak mendengar omelan manismu

Jadi, bagaimana bisa aku tidak merindu?

Sosokmu terngiang-ngiang dalam pikiranku

 

Namun, kini kau justru buat kisah kita jadi kenangan

Kau buat aku merasa kehilangan

Kala itu kau datang padaku, kau beri aku sebuah undangan

Di sana tertulis namamu dan seorang pria

 

Rupanya kau akan menikahi lelaki lain

Rasanya aku tak bisa berkata apa-apa lagi

Rasanya aku ingin langsung mengusirmu pergi

Karena tak kusangka kau bisa melukai hati sedalam ini

 

Masih kuingat obrolan kita di malam sabtu tahun lalu

Katamu tak sabar ingin menjalin rumah tangga denganku

Namun, rupanya kita tak boleh terburu-buru

Sebab, takdir hanya Tuhan yang tahu.

5 dari 6 halaman

Alamku Nan Asri

Oh, sungguh indahnya alam di negeriku ini

Pemandangannya cantik, tak dapat tergambarkan

Aku yakin Tuhan sedang bersukahati saat menciptakan negeriku ini

 

Oh, alamku yang cantik

Aku ingin memelihara keindahanmu sampai aku besar nanti

Agar anak cucuku dapat mengetahui

Betapa indah dan asrinya alam di negeriku ini.

6 dari 6 halaman

Bumiku Mulai Tua

Hatiku rapuh melihat banyak orang terbunuh

Mereka mati karena guncangan bumi yang bergemuruh

Mereka mati karena air yang menyambar rumahnya hingga runtuh

Bumiku mulai lusuh, mungkin dia juga sering mengeluh

 

Padahal, kebenarannya manusia celaka karena dirinya sendiri

Pepohonan yang memayunginya dari matahari ia tebang sampai habis

Udara bersih yang menghidupinya ia asapi tiap hari

Seakan-akan tangannya gatal jika sebentar saja tak usil pada bumi

 

Mereka seperti buta, padahal akibatnya di depan mata

Mungkin mereka merasa tak cukup kaya

Namun mau sampai mana ia akan terus berulah?

Kapankah mereka akan berubah?

 

Apakah manusia pada dasarnya memang selalu serakah?

Mereka seperti tak ingin menyisakan apapun untuk anak cucunya

Padahal bumi ini awalnya indah dan megah

Kini bumi justru menjadi gunungan sampah.

 

Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer