Sukses


CLBK dan Romansa Taktik Belanda yang Mendapat Tempat Khusus di Hati Barcelona

ROMANSA itu bisa datang kapan saja, juga dapat tercetak oleh siapa saja. Frasa ini pula yang telah tertanam di hati manajemen, pemerhati dan fans Barcelona. Hasrat Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK) terealisasi musim ini. Hasilnya?, belum pasti.

Sebagian besar orang pasti sudah mengenal Barcelona. Selain nama kota di provinsi Catalunya, Barcelona adalsh sebuah klub sepak bola. Tapi jangan salah, bisa jadi yang mengetahui Barcelona adalah orang-orang di kawasan Amerika Selatan.

Maklum, Barcelona juga menjadi sebuah nama tim besar di kawasan Venezuela dan Ekuador. Yup, setidaknya itu yang tertera, karena sebenarnya ada beberapa Barcelona lain di area Amerika.

Kali ini, atensi publik tertuju pada Barcelona-nya Spanyol. Yup, raksasa La Liga tersebut punya sejarah panjang, setidaknya 121 tahun sejak Joan Gamper mengumpulkan orang untuk bersepakat.

Selain raihan trofi bergengsi yang sudah masuk ke lemari Barca, para pemain dan pelatih hebat pernah menjadi bagian dari kisah perjalanan sang raksasa Catalonia ini. Satu di antaranya, dan ini selalu menjadi romansa yang membuat CLBK, adalah keromantisan Barcelona bersama orang Belanda.

 

Video Barcelona

2 dari 7 halaman

Relasi Bunga Tulip

Relasi dengan negara berciri Tulip tersebut belum terlalu lama. Cerita bermula ketika manajemen Barcelona menunjuk Rinus Michels sebagai arsitek tim. Yup, di tangan dingin Michels, adaptasi terhadap Total Football berjalan mulus.

Strategi ini memiliki ciri khas semua pemain bertukar posisi secara konstan sambil menekan pemain lawan yang menguasai bola. Michels hadir bersama Barcelona pada 1971/1975 dan 1976/1978.

Sebagaimana pelatih asing, Michels juga turut membawa pemain yang dianggap mumpuni dan mampu merealisasikan setiap ide di lapangan hijau. Johan Cruyff, yup inilah namayang memulai hubungan spesial antara Barcelona dengan orang Belanda pada 1973.

Rinus Michels memboyong Cruyff dari Ajax dengan nilai transfer termahal saat itu. Pada era Michels, Johan Cruyff memiliki peran vital. Cruyff bermain layaknya predator di area pertahanan lawan.

Setelah era itu, hubungan Barcelona dan Belanda menjadi tidak biasa saja. Pandangan penggemar dan para petinggi klub terhadap orang Belanda di klub menjadi berbeda.

 

3 dari 7 halaman

Penanda Khusus

Namun, nilai khas keberadaan Michels dan Cruyff memberi penanda khusus di hati fans Barcelona. Dua nama tersebut, dengan periode berbeda, sanggup memberi benefit terhadap seisi Estadio Camp Nou, terutama ketika berada di zona Eropa.

Tak urung, periode Michels mendapat turunan ke Cruyff. Seolah tak ingin terputus, Cruyff sanggup membawa Ronald Koeman. Yup, bek tengah bernomor punggung 4 tersebut punya misteri permainan yang tak mudah diterka lawan.

Satu di antara senjata utama Koeman adalah umpan kejut. Seloroh tersebut menjadi ciri khas ketika Koeman bisa secara mendadak mengumpan bola, dan rata-rata adalah berkelas bola daerah, ke area pertahanan lawan.

Itu pula yang membuat Koeman melegenda, selain performa di lapangan. Cruyff dan Koeman seolah menjadi bayangan dari langkah Michels - Cruyff. Koeman membawa Barcelona menjadi penguasa Liga Spanyol pada 1990/1991 - 1993/1994, lalu satu gelar Liga Champions pada 1991/1992, dan berbagai gelar domestik lain.

Selepas era kepelatihan Cruyff pada 1996 yang banyak berjasa dengan meraih 11 gelar, Barca seakan punya hutang budi terhadap orang Belanda. Alhasil datang orang Belanda lain yakni Louis van Gaal pada 1997.

 

4 dari 7 halaman

Era Van Gaal

Usai era kepelatihan Sir Boby Robson, Louis van Gaal datang melanjutkan kultur Belanda dalam tubuh Blaugrana. Pria yang bertanggung jawab atas kesuksesan fenomenal Ajax Amsterdam menjuarai 11 trofi, termasuk tiga gelar Liga Belanda dan satu trofi Liga Champions tanpa terkalahkan di musim 1994/1995.

Ketibaan Van Gaal di Camp Nou membawa perubahan besar dalam tim. Van Gaal yang dikenal idealis dan kontroversial membuka keran bagi pemain Belanda masuk ke Barcelona. Pada musim debut sebagai pelatih Barca, Winston Bogarde dan Michael Reiziger, resmi menjadi bagian skuat Van Gaal. Kala itu, kiper asal Roda JC, Ruud Hesp juga diboyong Van Gaal.

Pada musim pertama melatih, Van Gaal memberi trofi Liga Spanyol 1997/1998. Setelah itu, orang Belanda benar-benar mendapat kepercayaan mengisi skuat inti Barcelona.

Lima pemain Belanda masuk ke dalam rekrutan musim panas 1998. Philip Cocu dan Boudewijn Zenden datang dari PSV Eindhoven. Adik kakak, Ronald de Boer dan Frank de Boer juga datang, serta Patrick Kluivert. Nama terakhir sempat menjadi kontroversi, karena gagal bersama AC Milan.

Ternyata efek besar Belanda kala itu tidak seindah yang diharapkan. Barcelona ‘rasa Belanda’ yang dipoles Van Gaal hanya menjadi runner-up dalam dua musim beruntun di Liga Spanyol. Berbagai tekanan terus menghampiri Van Gaal, dengan minim prestasi ditambah konflik dalam ruang ganti saat Van Gaal tidak ingin memainkan sang superstar, Rivaldo.

 

5 dari 7 halaman

Gaal dan Frank

Alhasil Van Gaal mengakhiri pekerjaan sebagai juru taktik Barca pada 2000. Dan sempat melatih Barca lagi pada 2002-2003, tapi tidak berhasil mendulang kesuksesan. Sepeninggal era Van Gaal, tak ada lagi suksesor pemain Belanda hadir di skuat Blaugrana. Hanya kedatangan Marc Overmars di era pelatih Lorenzo Serra Ferrer yang menjadi satu-satunya rekrutan pemain Belanda.

Berbeda dengan Michels, Cruyff, dan Van Gaal yang memiliki segudang prestasi selama menjadi juru taktik, Frank Rijkaard tidak termasuk tipe itu. Barcelona menunjuk Rijkaard sebagai perjudian besar, prestasi terbaiknya kala menjadi pelatih yakni membawa Timnas Belanda ke semifinal Piala Eropa 2000.

Malah sebelum menukangi Barca, Rijkaard sempat dipercaya menangani Sparta Rotterdam. Sayang, bersama dia justru klub tertua di Liga Belanda itu harus turun ke kompetisi kasta kedua Belanda. Pada akhirnya, Barcelona menunjuk Frank Rijkaard menggantikan Van Gaal pada 2003.

Selama era Rijkaard tidak banyak pemain Belanda yang hadir dalam skuat Barca. Saat itu, hanya ada Giovanni van Bronckhorst pada 2003/2004, Edgar Davids yang dipinjam dari Juventus pada musim dingin 2003/2004, serta Mark van Bommel (2004/2005).

Meski sedikit sekali sentuhan Belanda di bawah Rijkaard, muncul sederet nama beken seperti Andres Iniesta, Victor Valdes, hingga pemain terbaik dalam sejarah Barcelona, Lionel Messi. Perjudian dalam penunjukan Rijkaard berbuah positif bagi Los Azulgrana.

 

6 dari 7 halaman

Rebut Gelar

Mantan pemain ‘dream team’ Ajax itu membawa Barcelona merebut kembali mahkota Liga Spanyol pada 2004/2005, setelah empat tahun Barca puasa gelar. Rijkaard pulalah yang disebut-sebut mengembalikan pamor Barca di kancah Eropa. Dengan nama besar seperti Ronaldinho dan Samuel Eto,o, Rijkaard memersembahkan trofi Liga Champions. Pada akhir musim 2007/2008, Rijkaard tak lagi menjadi pelatih Blaugrana. Posisi dia digantikan oleh Pep Guardiola. Kepergian Rijkaard seperti menandakan orang Belanda terakhir yang sukses bersama Blaugrana.

Orang Belanda lain yang hadir menjadi bagian Barca seperti numpang lewat saja. Ibrahim Afellay dari PSV Eindhoven pada 2011 dinilai sebagai wonderkid hebat, tapi hanya singgah untuk mengangkat trofi saja, tidak banyak kontribusi yang diberikan.

Lalu, Jasper Cillessen yang datang dari Ajax pada 2016 sempat menimbulkan harapan. Namun Cillessen kalah bersaing dengan Marc-Andre Ter Stegen yang hingga kini menjadi kiper utama Barca. Kini kedatangan Frenkie De Jong dan pelatih Ronald Koeman menjadi harapan Belanda untuk kembali mendapat tempat di hati Barcelona.

 

7 dari 7 halaman

Roda Baru

Video Populer

Foto Populer