Sukses


Pahit Brotowali yang menyesakkan untuk Ronald Koeman : Jatuh Bangun, Ambisi Besar Lalu Terpelanting di Liga Spanyol

Bola.com, Jakarta - Jika ada pertanyaan, siapa kenal Erwin Koeman?. Hampir pasti, sebagian dari anak-anak zaman sekarang pasti akan mengernyitkan dahi atau langsung menggelengkan kepala tanda tak tahu. Namun, jika ditanya pernah dengar nama Ronald Koeman, sudah pasti hampir seluruhnya mengangguk.

Yup, keluarga Koeman memang menjadi satu di antara motor sepak bola di Belanda. Sang ayah, Martin Koeman, adalah bek tengah legendaris. Uniknya, Martin dan dua anaknya, Erwin dan Ronald, pernah bermain bareng di Groningen.

Tak syak, bakat bertahan Ronald turun dari sang ayah. Sementara itu, Erwin Koeman lebih beroperasi di area gelandang. Nama Erwin juga tenggelam, dan kini lebih banyak berkutat di kawasan alias jazirah Arab. Terakhir, ia tercatat sedang mengadu nasib di klub Beirut Jerusalem.

Tentu saja, membandingkan Ronald, yang lebih banyak berputar di kawasan Eropa dan Erwin, yang seolah terpinggirkan, tak bisa. Setidaknya, hiruk pikuk di kawasan Eropa lebih kuat magnetnya dibanding dengan apa yang terjadi di kawasan Asia, terutama area Arab.

Tak heran jika apapun yang terjadi dengan Ronald Koeman, jelas lebih berpotensi menarik perhatian publik dibanding sang kakak. Soal prestasi tak sebanding, begitu juga terkait kehebohan.

Kini, nama Ronald Koeman tengah menggema begitu dahsyat. Pagi-pagi waktu Indonesia bagian Barat, namanya sudah mengiang di telinga para pecinta Barcelona khususnya, dan penggila sepak bola pada umumnya. Bagaimana tidak, tanpa dinyana, Koeman kehilangan pekerjaan prestisius sebagai pelatih Barcelona.

Koeman dipersilakan menanggalkan baju pelatih tim utama Barcelona setelah kekalahan memalukan dari Rayo Vallecano. Sebelumnya, Koeman juga sudah menampar seluruh keluarga besar Barcelona usai takluk ketika bersua Real Madrid, dan itu terjadi di Camp Nou.

 

2 dari 4 halaman

Selalu Panas

Status pelatih Barcelona memang selalu panas. Apalagi Koeman sudah menjadi sorotan setelah tak jua menunjukkan konsistensi, meski tahu lalu memberi piala bagi Barcelona.

Desas-desu ketidakcocokan terhadap keberadaan Ronald Koeman sudah santer terdengar pada medio musim panas lalu. Namun, saat itu pihak klub berhasil diyakinkan Koeman kalau tak akan terjadi apa-apa ketika Lionel Messi dan Antoine Griezmann pergi.

Sayang, rasa optimistis tersebut mulai terkikis ketika Barcelona tak kunjung membaik. Kekalahan di Liga Champions dari Benfica dan Bayern Munchen, serta tiga keterpurukan dari empat pertandingan terakhir Liga Spanyol, memberi alamat 'pintu silakan keluar'.

Nama besar Ronald Koeman ketika menjadi pemain Barcelona seolah tak berpengaruh. Sepakan Ronald Koeman pada menit ke-112 yang berujung gol ke gawang Sampdoria pada 20 Mei 1992, seperti tak membekas dibalik keputusan pemecatan sang bek tengah andalan Barcelona bersama Albert Ferrer dan Fernando Munoz García ini.

Rasa pahit bak minum Brotowali memang sudah menghiasi kehidupan Ronald Koeman. Pemecatan sudah biasa menghiasi perjalanan pria yang kini berusia 58 tahun tersebut.

 

3 dari 4 halaman

Pahit Pertama

Ronald Koeman merasakan kali pertama pemecatan ketika bersama Ajax Amsterdam. Kalah bersaing dengan PSV Eindhoven di Eredivisie serta tersingkir di pentas Piala UEFA dari Auxerre, membuat Koeman dipecat pada 25 Februari 2005.

Padahal, sebelumnya nama Ronald Koeman sedang moncer. Ia mulai bersinar di level kepelatihan ketika menjadi anggota tim pelatih Timnas Belanda di bawah arahan Guus Hiddink pada Piala Dunia 1998. Kala itu, ia setim bareng Johan Neeskens dan Frank Rijkaard.

Setelah itu, ia sempat menimba ilmu sebagai asisten pelatih Barcelona. Merasa cukup, tawaran menjadi pelatih tim utama Vitesse diterima pada 2000. Koeman tergolong sukses, karena sanggup membawa Vitesse menjadi tim berbahaya di Eredivisie, dan mendapat hadiah tampil di Piala UEFA musim 2001/2002.

Namun, zona pemecatan seolah seimbang dengan ambisi serta nama besar. Ia sebenarnya bisa bertahan menjaga nama baik ketika menangani Feyenoord Rotterdam, PS Eindhoven, Benfica sampai Southampton. Namun, sebagai pribadi ambisius, Koeman selalu ingin tantangan, yang sayangnya berimbas pada pemecatan.

 

4 dari 4 halaman

Selalu Membekas

Koeman merasakan rasa sesak pertama ketika dipecat Valencia pada April 2008. Ketika itu, Valencia berada di peringkat ke-15 klasemen sementara Liga Spanyol, dan posisi terbawah di fase grup Liga Champions. Kekalahan 1-5 dari Athletic Bilbao menyudahi perjalanan Koeman.

Ia sempat kembali ke Belanda, dan kali ini AZ Alkmaar menjadi pengirim nota pemecatan. Masuk pada 18 Mei 2009, Koeman harus pergi pada 5 Desember 2009. Kala itu, Alkmaar yang berstatus juara bertahan Eredivisie mengoleksi tujuh kekalahan dari 16 pertandingan.

Nasib malang menghampiri Ronald Koeman ketika memimpin Everton. Meski tergolong sukses di awal, ia harus rela terjungkal pada 23 Oktober 2017. Kekalahan 2-5 dari Arsenal berimbas tak ada lagi kesempatan memerbaiki. Saat itu, Koeman beralasan kalau keterpurukan Everton akibat kegagalan mendatangkan Olivier Giroud sebagai pengganti Romelu Lukaku yang diambil Manchester United.

Kini, publik akan menunggu apa yang akan dilakukan Barcelona. Berstatus tim raksasa membuat siapapun pengganti Ronald Koeman akan merasakan kursi panas, bukan sekadar panas-dingin.

Video Populer

Foto Populer