Sukses


Arda Guler Bilang Bermain untuk Real Madrid Itu Mudah

Bintang muda Real Madrid, Arda Guler, menganggap bermain itu Los Blancos itu mudah. Yang sulit justru adaptasi budaya dan bahasa di Madrid.

Bola.com, Jakarta - Bintang muda Turki, Arda Guler, berbagi kisah menarik tentang kehidupannya di Real Madrid—klub raksasa Spanyol yang kini mulai ia taklukkan perlahan di bawah arahan pelatih Carlo Ancelotti.

Kendati banyak yang menganggap tantangan bermain di klub sebesar Madrid sangat berat, Guler justru merasa lebih santai ketika berada di lapangan.

Menurutnya, kesulitan justru datang dari hal-hal di luar sepak bola, seperti menyesuaikan diri dengan budaya baru dan belajar bahasa Spanyol.

"Bermain untuk Madrid itu mudah," ujar Güler dengan tenang.

"Anda tahu Modric selalu bisa menemukan lari Anda, dan Vinicius bisa mengubah umpan buruk menjadi sesuatu yang luar biasa. Kesulitan yang sebenarnya adalah belajar bahasa Spanyol, menyesuaikan diri dengan budaya, dan tetap rendah hati," ungkapnya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Ambisi Jadi Bagian Penting Madrid

Meski usianya masih muda, Guler menunjukkan kepercayaan diri tinggi terhadap kemampuannya. Ia berambisi menjadi bagian penting dalam skuad Real Madrid, terutama jelang laga El Clasico melawan Barcelona.

"Ketika Ancelotti bilang saya bisa menjadi salah satu gelandang terbaik dunia, saat itu saya sadar klub ini memang punya rencana buat saya. Saya ingin menjadi bagian penting dari tim dan memenangkan Liga Champions," ujarnya penuh tekad.

Namun, perjalanan Guler bukan tanpa rintangan. Pemain berusia 20 tahun ini mengakui bahwa menjadi pemain cadangan adalah pengalaman yang sulit, apalagi ketika tidak banyak berkontribusi dalam keberhasilan tim meraih gelar besar.

3 dari 3 halaman

Kenangan Perasaan Canggung

Ia mengungkapkan rasa canggungnya saat perayaan juara Liga Champions musim lalu.

"Tidak mudah duduk di bangku cadangan. Saat kami juara Liga Champions, saya tidak benar-benar merasa telah mengangkat trofi itu karena saya tidak banyak berkontribusi di atas lapangan. Makanya, saya merasa sangat malu ketika Ancelotti memberi saya mikrofon di Cibeles. Saya bahkan tidak mau naik ke bus karena sangat lelah, dan dua teman saya sempat mengirim pesan: 'Kamu di mana? Kami nggak lihat kamu'," kenangnya.

Kendati harus menunggu kesempatannya datang, Guler tetap bersikap tenang dan optimistis. Ia yakin kesabaran adalah kunci dalam perjalanannya untuk mencapai mimpi terbesar: menjadi legenda Real Madrid dan menginspirasi generasi muda Turki.

 

Sumber: Managing Madrid

Video Populer

Foto Populer