Sukses


4 Momen Perdamaian Suporter Indonesia Berawal dari Hal Sepele

Bola.com, Jakarta - Suporter Indonesia punya banyak cerita, tentang usaha mereka melakukan perdamaian dengan suporter rival. Terkadang hal itu berawal dari hal sepele, tanpa ada instruksi dari petinggi suporter maupun aparat kepolisian.

Berikut bola.com merangkum empat kisah perdamaian suporter Indonesia yang berawal dari hal sepele.

Bonek dan Jakmania di Stasiun Gubeng

Pada Jumat (27/11/2015) malam di Stasiun Gubeng Surabaya, terjadi momen langka, yakni ratusan Bonek yang menyambut hangat suporter Persija Jakarta, Jakmania. Sekitar 200 Jakmania berangkat menuju Malang menggunakan kereta api dan transit di Surabaya. Tanpa ada perencanaan, para Bonek telah menunggu di stasiun.

Tak ada pelemparan atau sambutan rasis, yang ada justru mereka saling bersalaman dan Bonek menyanyikan lagu selamat datang kepada Jakmania. Kisah perdamaian itu mungkin hanya dilakukan oleh segelintir orang dari kedua belah pihak. Namun, aroma perdamaian yang mereka sebarkan bisa menjadi titik balik hubungan kedua suporter yang selama ini panas. Perdamaian kecil Bonek-Jakmania telah menyebar di media sosial dan membuat banyak suporter respek kepada mereka.

Bagi Bonek, tahun ini jadi titik balik. Sebelum momen damai dengan Jakmania, Bonekmania dan Bonek 1927 bersatu, setelah kedua terpecah akibat dualisme Persebaya yang terjadi sejak tahun 2010.

2 dari 4 halaman

Bonek dan Pasoepati Tanam Pohon Cinta

Bonek dan Pasoepati Tanam Pohon Cinta

Pada September 2013, sesepuh Pasoepati, Mayor Haristanto memunculkan ide menanam pohon cinta, untuk mendamaikan Pasoepati dan Bonek. Kedua suporter sebenarnya tak memiliki riwaat rivalitas yang panjang. Namun pada kompetisi Divisi Satu 2005/2006, pertemuan Persis Solo dan Persebaya yang sengit berujung pada rivalitas suporter kedua tim.

Mayor mengundang pentolan Bonek ke Solo, untuk menanam pohon cinta yang terletak di kediamannya. Pentolan Bonek pun datang. Hasilnya, pada tahun yang sama Pasoepati mendapat sambutan hangat di Stadion Tambaksari Surabaya.

3 dari 4 halaman

Panser Biru dan Banaspati-Jetman Berawal dari Tahu Sumedang

Panser Biru dan Banaspati-Jetman Berawal dari Tahu Sumedang

Kisah perdamaian Panser Biru dan Banaspati-Jepasa Tifosi Mania mungkin jadi yang terlucu. Ceritanya, pada Piala Polda Jateng 2015, PSIS Semarang dan Persijap Jepara bertemu di babak penyisihan grup. Di Semarang, panpel melarang suporter Persijap bertandang dengan alasan keamanan. Maklum, rivalitas suporter Semarang dan Jepara sudah terjadi sejak 10 tahun silam, bahkan sampai ada korban nyawa.

Pada Juni 2015, saat Persijap menggelar partai kandang kontra PSIS di Stadion Gelora Bumi Kartini, ada beberapa suporter Panser Biru datang, termasuk sang ketua, Kepareng. Lucunya, Kepareng berusaha menyamar dengan menanggalkan atribut. Namun, beberapa suporter Persijap mengenalinya. Kepareng tak mendapat sambutan keras. Justru sebaliknya, pentolan Banaspati membelikan dia tahu sumedang dan minuman segar. Kedua suporter pun damai sampai pertandingan berakhir. Momen itu pun menjadi pembicaraan di media sosial dan hubungan kedua suporter jadi harmonis.

4 dari 4 halaman

Snex dan Panser Biru Pakai Baju Koko

Snex dan Panser Biru Pakai Baju Koko

Ada cerita lucu juga saat Panser Biru dan Snex (Suporter Semarang Extreme) berdamai. Meski berada di satu kota dan mendukung tim yang sama, kedua suporter kerap bergesekan, bahkan pernah merenggkut korban jiwa pada Januari 2012. Setelah peristiwa itu, panpel PSIS Semarang melarang kedua suporter tampil menggunakan atribut kala menonton PSIS.

Lewat media sosial, kedua suporter mengumumkan kostum untuk menonton PSIS adalah baju koko bagi yang beragama Muslim pada kompetisi Divisi Utama 2013. Momen itu jadi tambah lucu karena suporter malah membawa sarung dan peci. Alhasil, pertandingan PSIS jadi mirip acara pengajian. Sejak saat itu, Panser Biru dan Snex kembali mesra. Mereka kembali menggunakan atribut dan sering berangkat tur bersama.

Video Populer

Foto Populer