Kemana Mereka Sekarang? 5 Pemain Top yang Sempat Disorot Media

Siapa sajakah mereka?

BolaCom | Deny Adi Prabowo Diterbitkan 12 Mei 2015, 07:00 WIB
Siapa sajakah mereka?

Bola.com, Jakarta - Pernahkah Anda nongkrong dan ngopi-ngopi bersama rekan dan dalam situasi itu, teman Anda berkata: "Eh, sekarang si Anu main di mana ya?" atau "Eh, si X sekarang apa kabarnya ya? Perasaan dulu jago banget,".

Berangkat dari pembicaraan-pembicaraan seperti itulah tim Bola.com mencoba mencari tahu lima pemain yang sempat disorot media karena prestasinya tetapi sekarang hanya pengisi daftar Wikipedia saja. Karena topik semi final Liga Champions sedang hangat-hangatnya diperbincangkan, maka seri ini akan membahas lima pemain yang berjaya di kompetisi Benua Biru tersebut. Siapa sajakah mereka?

Advertisement

1

Fernando Morientes

Fernando Morientes

Aah.. berbicara soal pria Spanyol ini tentu tak lepas dari kiprah menggilanya bersama Real Madrid di Liga Champions, total ada empat replika piala dalam kabinetnya. Morientes menarik minat pemandu bakat Los Blancos ketika bermain menawan bersama Real Zaragoza dan akhirnya diboyong dengan harga €6,6 juta.

Di Bernabeu, kisah pria yang sekarang berumur 39 tahun itu berlangsung indah. Namun kedatangan Ronaldo dari Internazionale musim panas 2002 membuat dia terbuang. Di mana 33 golnya dicetak untuk Madrid di Liga Champions.

Lantas dia dipinjamkan ke Monaco dan Madrid harus gigit jari karena mengambil keputusan yang salah. Bersama pasukan Merah Putih, Morientes melaju ke babak perempat final di mana akhirnya Madrid terdepak 5–5 karena aturan gol tandang. Namun Morientes tak kuasa menahan Porto yang kala itu dibesut Jose Mourinho dan harus puas mengalungi medali runner-up.

Usai Monaco, Morientes bertualang ke Liverpool, Marseille dan Valencia,  pengoleksi 16 gelar klub itu sempat mencicipi dunia manajemen tim ketika dipercaya menangani tim akademi Madrid pada 2012.

Sempat pensiun di 2010, Morientes kembali bermain untuk sebuah tim regional Madrid bernama Santa Ana pada 2015.


2

Jari Litmanen

Jari Litmanen

Jari Litmanen dianggap sebagai pemain sepak bola terbesar Finlandia sepanjang masa dan terpilih sebagai pemain terbaik Finlandia 50 tahun terakhir oleh Asosiasi Sepakbola Finlandia di UEFA Jubilee Awards pada November 2003.

Puncak kehebatan Litmanen terpancar bersama Ajax di musim 1994/1995 saat mereka mengalahkan AC Milan. Di tahun berikutnya, ia kembali mengantar klubnya ke babak final Liga Champions, tapi di final Ajax takluk dari Juventus. Di kompetisi ini, Litmanen sudah mengoleksi 23 gol dan dia merupakan satu-satunya orang Finlandia yang masuk ke dalam daftar 50 pencetak gol terbanyak Liga Champions.

Dari Ajax, dia sempat ke Barcelona tapi di Camp Nou cedera menghajarnya tanpa ampun sehingga dia memutuskan untuk kembali ke Belanda via Liverpool. Setelah itu, dia lebih banyak bermain di klub semenjana dan HJK Helsinki menjadi pelabuhan kariernya di tahun 2011. Hingga kini, pria pengoleksi 137 caps bersama timnas Finlandia itu belum memutuskan untuk gantung sepatu tapi belum juga menemukan klub barunya pasca HJK.


3

Diego Tristan

Diego Tristan

Pernah mendengar nama Diego Tristan? Bersama dengan Albert Luque, Juan Carlos Valeron dan Walter Pandiani, Deportivo menjadi klub yang tangguh. Semua berawal ketika Milan menghancurkan klub asal Spanyol itu dengan skor 1-4 di leg pertama Liga Champions. Entah team talk seperti apa yang diberikan pelatih mereka kala itu Javier Irureta, pasalnya Deportivo membalikkan keadaan dengan menang 4-0 di leg kedua.

Kepedihan ini bahkan dituangkan Andrea Pirlo dalam bukunya "I Think Therefore I Play"

"Kami mengejar bayangan malam itu. Para pemain Deportivo terbang di semua jengkal lapangan dan anehnya ada orang yang menekan tombol di punggung para pemain Milan menjadi off."

Diego Tristan pun menjadi publik pujaan stadion Riazor dan dia sempat dipanggil membela timnas Spanyol tapi ada 2002, dia mendapatkan cedera engkel. Usai engkelnya sembuh, Diego Tristan bukan lagi pemain yang sama dan sekarang mentalnya anjlok. Sempat membela Mallorca, Livorno dan West Ham, pria berusia 39 tahun itu mengakhiri karier di Cadiz CF yang berlaga di divisi dua Liga Spanyol.


4

Mehmet Scholl

Mehmet Scholl

Selama kariernya ia memenangkan Piala UEFA pada tahun 1996 (mencetak gol di dua leg partai final), Euro 1996, dan Liga Champions pada tahun 2001, serta delapan titel Bundesliga (semua dengan Bayern Muenchen).

Kesuksesannya dengan Bayern membuat dia ditasbihkan sebagai pemegang rekor gelar Bundesliga, bersama dengan mantan rekan tim Oliver Kahn dan Bastian Schweinsteiger. Dia pensiun pada akhir 2006-07 dan merupakan salah satu pemain sepak bola Jerman yang paling sukses sepanjang masa.

Scholl kerap kali dipuji karena kemampuan tekniknya, gaya mengatur serangan yang kreatif, olah bola mantap dan tendangan bebas yang maut.

Namun pepatah tak ada gading yang tak retak pantas disematkan kepada Scholl. Mengapa? Kesuksesannya di level klub tak tertular di timnas Jerman. Scholl yang kini berusia 44 tahun itu kerap kali cedera yang membuatnya kesulitan mengamankan satu tempat di Der Panzer. Meski menyandang sebagai salah satu pesepak bola Jerman paling sukses, dia tak pernah tampil di Piala Dunia. Sempat dipercaya melatih tim Bayern Muenchen II pada 2009, pemain yang lahir dengan nama Mehmet Yuksel karena ibunya berdarah Turki itu meninggalkan posnya di akhir musim 2012/2013. Sekarang Scholl menekuni karier di bidang televisi sebagai komentator.


5

Juan Pablo Sorin

Juan Pablo Sorin

Jika ada yang mengatakan Juan Pablo Sorin pernah berseragam Juventus, pasti banyak yang tak percaya.

Jika saya mengatakan kalau Juan Pablo Sorin pernah menjuarai Liga Champions bersama Juventus, Anda pasti sangat tidak percaya.

Namun kenyataannya memang seperti itu, pria Argentina itu terdaftar dalam skuad Juventus ketika Marcello Lippi mengangkat trofi nomor satu Eropa itu di edisi 1995/1996. Usai dari Juventus, dia kembali ke tanah airnya untuk memperkuat River Plate selama tiga tahun.

Jalan karier pria berusia 39 tahun itu bisa dibilang menarik, Sorin pernah memperkuat tim seperti Lazio, Barcelona, dan Paris Saint-Germain. Namun cedera yang menghantamnya kerap kali mengganggu performa. Sorin sering kali hanya tampil bagus di beberapa fase selama semusim dan memasuki pengujung kariernya dia memilih Cruzeiro.

Sekarang, pria yang memiliki nama panggilan Juampi itu terjun di dunia televisi dengan menjadi komentator untuk ESPN Brasil dan pada 2005 dia sempat menerbitkan buku berjudul Grandes Chicos untuk mengumpulkan dana demi pembangunan sekolah dan rumah sakit anak-anak di Argentina.