Audisi Beasiswa Djarum: Beda Nasib Kakak-Adik Anak Pedagang

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 06 Sep 2015, 08:16 WIB
LOLOS - Kakak adik asal Makassar, Muhammad Nur Ikhram (dua dari kiri) dan Nurul Ismi Aprilia (kanan) sama-sama lolos dari tahap pertama grand final Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis 2015. (Bola.com/Arief Bagus)

Bola.com, Kudus - Evi Herlena berlinangan air mata sembari memeluk erat putrinya, Rahma Novita Febi. Suaminya M. Ramli Ritonga juga tak kalah sedih, sedangkan Rahma menangis terisak-isak.

Gadis cilik berusia 12 tahun itu harus menerima kenyataan gagal lolos ke fase akhir grand final Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis 2015. Namanya tak tercantum dalam daftar 62 atlet U-13 dan U-15 yang dinyatakan lolos seleksi grand final tahap pertama, Sabtu (5/9/2015). Selanjutnya mereka bakal kembali mengikuti seleksi akhir untuk memperebutkan tiket masuk karantina.

Advertisement

Sebenarnya ada satu anggota keluarga mereka yang dinyatakan lolos, yaitu Rahmad Julio Rafli Ritonga, 14. Dia adalah kakak Rahma. Lolosnya Julio benar-benar sangat di luar dugaan kedua orang tuanya. Maklum, pebulutangkis U-15 tersebut baru saja keluar dari rumah sakit. Tentu saja Ramli dan istrinya gembira. Tetapi, kesedihan tetap menyeruak karena impian Rahma kandas, tak bisa kembali berjuang bersama sang kakak.

“Nanti dicoba lagi. Tidak apa-apa,” kata Evi Herlena sembari memeluk erat Rahma. Air matanya tak berhenti mengalir.

“Sedih juga karena salah satu anak saya tidak lolos. Julio malah lolos, padahal dia baru saja keluar dari rumah sakit. Kata dokter kecapaian,” beber Evi.

Ramli dan Evi sementara harus meninggalkan pekerjaannya di Pekanbaru, Riau, demi mengantar kedua anak mereka berangkat ke Kudus mengikuti audisi Djarum. Evi adalah seorang pedagang, sedangkan suaminya seorang sopir mobil boks.

Tiba di Kudus, Rahmad tiba-tiba jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Setelah keluar, dia langsung bisa mengikuti audisi dan akhirnya lolos. Tinggal selangkah lagi Rahmad bisa masuk karantina. Masih ada tahapan terakhir yang harus dilalui, yaitu penyaringan menggunakan tes fisik. Yang lolos bakal menjalani karantina selama sepekan. Itulah saringan terakhir sebelum pengumuman siapa yang berhak bergabung ke PB Djarum.

“Karena lihat kondisi kesehatan Rahmad seperti itu, kalau dia lolos ke karantina, saya akan menungguinya di sini dulu,” kata Evi.

Ramli mengaku dulunya ingin menjadi pemain bulutangkis, namun tak kesampaian. Dia tak ingin pengalaman pahit itu terulang pada kedua buah hatinya. Oleh karena itu, Ramli dan istrinya rela mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya demi mewujudkan cita-citanya Rahmad dan Rahma.

Kini Rahmad tinggal selangkah lagi mewujudkan impiannya masuk ke PB Djarum. Sayangnya, sang adik harus bersabar dan mencoba lagi tahun depan.

Senyum Lebar

Selain Rahmad dan Rahma, ada juga pasangan kakak-adik yang lolos ke grand final audisi djarum. Mereka adalah Muhammad Nur Ikhram (U-15) dan Nurul Ismi Aprilia (U-13) asal Makassar. Kakak-adik ini lebih beruntung dibanding Rahmad dan Rahmad. Mereka berhasil lolos grand final tahap pertama dan tinggal selangkah lagi masuk ke karantina.

Nurul tersenyum lebar ketika dihampiri para wartawan. Dia mengaku senang akhirnya bisa melalui rintangan besar pertama itu. Sejak awal, gadis berusia 12 tahun ini memang sangat yakin bisa lolos ke babak selanjutnya. Di sisi lain, sang kakak agak malu-malu. Dia hanya memberikan jawaban singkat saat dimintai komentarnya oleh wartawan di sesi jumpa pers. “Senang sekali bisa lolos,” ujarnya singkat.

Perjuangan orang tua Nurul dan Ikhram untuk mewujudkan cita-cita keda buah hati tersebut tak main-main. Sang ayah, Ishak Rusli, dan ibunya Salawati rela mengorbankan harta, waktu, dan tenaga demi mendukung impian Ikhram dan Nurul. Sebagai seorang sopir taksi, penghasilan Ishak pas-pasan. Adapun sang istri berstatus ibu rumah tangga.

Bahkan untuk berangkat ke Kudus, keluarga ini harus menggunakan moda kapal laut dari Makassar ke Surabaya, disambung travel menuju Kudus. Tentu saja supaya biayanya lebih bisa ditekan. Itu pun masih kurang. Ishak dan istrinya harus meminjam uang senilai Rp 2 juta demi menggenapi ongkos ke Kudus.

“Kalau tanding ke mana-mana, selalu saya yang mengantarkan. Kami rela demi anak-anak. Kami ingin mengubah nasib anak, apalagi kemauan mereka sangat tinggi,” kata Salawati.

Perjuangan yang akhirnya tak sia-sia. Perjalanan panjang dari Makassar ke Kudus sudah terbayar setelah Ikhram dan Nurul dinyatakan lolos dari grand final tahap I. Tinggal sejengkal lagi impian mereka bergabung dengan PB Djarum bisa menjadi kenyataan.

Baca Juga: 

Beasiswa Djarum: Kisah Senar Raket Putus dan Nasihat Sang Idola

10 Anak Absen Grand Final Audisi Beasiswa Djarum, Ini Alasannya

Saat Dua Bocah Gorontalo Bermimpi Menembus Pelatnas