6 Penyerang Paling Tajam di Kompetisi Elite Indonesia

oleh Ario Yosia diperbarui 20 Jun 2016, 19:36 WIB
Cristian Gonzales (Bola.com/Iwan Setiawan)

Bola.com, Jakarta - Di antara 11 pesepak bola yang berlaga di lapangan, posisi penyerang menjadi salah satu yang paling populer. Pemain-pemain yang bermain di posisi ini memberi klimaks atau kenikmatan maksimal kepada pencinta olahraga si kulit bundar lewat gol-gol yang diciptakannya.

Advertisement

Daftar pemain dengan banderol kontrak atau transfer termahal di dunia selalu didominasi oleh pemain di posisi penyerang. Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, dan Wayne Rooney adalah sederet predator kelas dunia dengan penghasilan gemuk melebihi pendapatan rekan-rekan setimnya yang bermain di posisi berbeda.

Kondisi serupa terjadi di Indonesia, striker selalu menjadi objek perhatian utama publik sepak bola Tanah Air. Saat mereka produktif, pujian setinggi langit mencuat. Namun sebaliknya, jika seorang penyerang paceklik gol, hujatan siap-siap mereka terima dari suporter.

Sejak periode kompetisi kasta elite berlabel Liga Indonesia, yang merupakan penggabungan Galatama dan Perserikatan, dihelat pada musim 1994-1995, di setiap musimnya mencuat nama bomber-bomber haus gol dengan torehan prestasi Top Scorer. Jumlah gol yang dicetak bervariasi, nama-nama yang mengoleksi gelar Sepatu Emas silih berganti.

Dari deretan nama-nama penyerang haus gol, bola.com menyajikan profil striker-striker oportunis yang sukses jadi pencetak gol terbanyak kompetisi kasta utama. Jika dilihat dari jumlah gol yang dikoleksi, mereka layak disebut predator paling ditakuti pemain-pemain bertahan lawan. Beberapa di antaranya masih aktif bermain dan tetap bisa mempertahankan produktivitasnya menjebol gawang lain. Siapa-siapa saja mereka?

Peri Sandria

Rekor gol Peri Sandria hingga saat ini belum terpecahkan. Striker kelahiran Binjai, 23 September 1969 itu mencetak 34 gol saat membela Bandung Raya di Liga Indonesia edisi perdana musim 1994-1995. Kala itu Bandung Raya jadi kekuatan baru di sepak bola Tanah Air. Klub yang didirikan pada 17 Juni 1987 tersebut merupakan klub anggota Galatama, sebelum akhirnya ikut dalam kompetisi gabungan Galatama-Perserikatan berlabel Liga Indonesia.

Selain Peri yang jebolan Krama Yudha Tiga Berlian, Bandung Raya dihuni sejumlah pemain top macam, Heri Kiswanto, Ajat Sudrajat, Alexander Saununu dan Hermansyah. Pada musim perdana LI, tim yang ditangani Nandar Iskandar lolos ke fase babak 8 besar. Kompetisi kasta elite saat itu memunculkan Persib Bandung sebagai jawara.

Kesuburan Peri Sandria di klubnya membawanya ke level Timnas Indonesia. Hanya saja ketajamannya di Tim Merah-Putih tak sedahsyat di klub. Peri tercatat tujuh kali berkostum Tim Garuda dengan torehan empat gol. Ia sempat jadi bagian Timnas Juara SEA Games 1991, walau berstatus sebagai cadangan. Di Bandung Raya, pemain yang satu ini tercatat total mengoleksi 71 gol selama tiga musim. 

 

2 dari 5 halaman

Cristian Gonzales

Oscar Aravena (Dok. Pribadi)

Cristian Gonzales langsung menarik perhatian publik sepak bola Tanah Air kala dirinya bergabung di PSM Makassar pada Liga Indonesia 2003. Di musim perdananya di Tim Juku Eja, bomber asal Uruguay yang pada 2010 memutuskan jadi WNI itu mencetak 27 gol.

Tahun berikutnya ia dikenai skorsing oleh PSSI selama semusim dan didenda Rp 20 juta karena memukul salah seorang ofisial Persita Tangerang saat bertanding. Di sinilah hebatnya El Loco (julukan Gonzales yang berarti Si Gila). Meski menepi cukup lama dari lapangan hijau, ia kembali menjadi striker yang amat tajam menjebol gawang lawan ketika kembali bermain.

Bebas dari skorsing, ia bergabung dengan Persik Kediri. Ia mengantarkan Tim Macan Putih jadi juara Liga Indonesia pada tahun 2006. Pada musim tersebut Gonzales mencetak 32 gol.

Bomber kelahiran Montevideo, Uruguay, 30 Agustus 1976 itu tercatat paling sering mendapatkan penghargaan sepatu emas alias Top Scorer.  Ia jadi pemain paling tajam musim 2005 (30 gol), 2006 (32 gol), 2007-2008 (26 gol), 2008-2009 (28 gol). Walau usianya tidak lagi muda, saat ini Gonzales terlihat bisa mempertahankan level permainan.

El Loco kini jadi bagian penting di tim Arema Cronus. Keganasannya menjebol gawang lawan di level klub juga menular ke level Timnas Indonesia. Sejak pertama kali mencicipi kostum Tim Merah-Putih di Piala AFF 2010, Cristian Gonzales tercatat sudah mengoleksi 11 gol dari 27 penampilan. Jika nanti tampil di Piala AFF 2016, ia bakal jadi pemain tertua dalam sejarah sepak bola Indonesia yang pernah berlaga di pentas internasional.

3 dari 5 halaman

Oscar Aravena

Dejan Gluscevic (Dok. Pribadi)

Striker asal Chile, Oscar Aravena, jadi duet sehati Cristian Gonzales di PSM Makassar pada Liga Indonesia 2003. Ia jadi Top Scorer kompetisi kasta tertinggi dengan torehan 31 gol, hanya selisih empat gol dibanding duetnya.

Ironisnya karier Arevena meredup selepas dari Tim Juku Eja. Sempat kembali Persela Lamongan (klub pertama sang pemain di Indonesia pada musim 2004), Oscar sempat mudik ke negaranya pada musim 2005 karena tidak ada klub yang mau menampung. 

Didatangkan Persija pada pertengahan musim 2006, striker berambut gondrong tersebut gagal menunjukkan kecemerlangannya. Ia tercatat hanya mengoleksi satu gol di Tim Macan Kemayoran yang saat itu dilatih Rahmad Darmawan. Selepas rapor jeblok di tim ibu kota bisa dibilang karier Aravena stagnan. Ia kesulitan mendapatkan kontrak dari klub-klub level elite Tanah Air.

4 dari 5 halaman

Dejan Gluscevic

Boaz Solossa (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Dejan Gluscevic menjadi salah satu di antara deretan pesepak bola asing generasi pertama Liga Indonesia. Sriker kelahiran Prijepole Montenegro, 21 Juli 1967 itu pertama kali mentas di Indonesia bersama Pelita Jaya di LI 1994-1995. Karier Dejan tidak lama di klub yang dimiliki pengusaha gila bola, Nirwan Dermawan Bakrie. Dianggap kurang produktif, ia didepak sebelum akhirnya ditampung oleh Bandung Raya.

Di klub barunya Dejan menggila. Ia jadi pencetak gol terbanyak LI 1995-1996 dengan koleksi 30 gol. Tangan dingin pelatih asal Belanda, Henk Wullems, sukses mengubah Dejan dari seret gol menjadi predator yang ditakuti lini belakang lawan. Bandung Raya sukses menyabet mahkota juara Liga Indonesia 1995-1996.

Pada musim selanjutnya klub itu ditinggalkan Henk Wullems  yang dipercaya menjadi pelatih Timnas Indonesia. Penggantinya adalah Albert Fafie yang juga berasal dari Belanda. Di tangan Fafie, Dejan dkk. melaju ke final sebelum akhirnya ditaklukan Persebaya.

Ironisnya, dengan alasan kering pendanaan Bandung Raya dibubarkan pada saat krisis moneter melanda Indonesia 1998. Dejan Gluscevic memutuskan pulang ke negaranya saat kisruh politik melanda Tanah Air pada saat itu.

Sang striker kini menekuni karier sebagai pelatih. Ia tercatat pernah menangani timnas Singapura U-19 periode 2010-2013. Ia memimpin Young Tigers di perhelatan Piala AFF U-19 2013 yang digelar di Sidoarjo, Jawa Timur. Saat itu Timnas Indonesia U-19 yang dilatih Indra Sjafri sukses jadi jawara.

5 dari 5 halaman

Boaz Solossa

Peri Sandria, masuk daftar penyerang paling tajam di kompetisi elite Indonesia. (Bola.com/Rudi Riana)

Boaz Solossa adalah sedikit dari pemain lokal yang bisa konsisten bertahan di level atas pencetak gol kompetisi kasta elite. Pemain yang di usia 20 tahun sudah mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia buat Persipura (musim 2005) ini tercatat tiga kali jadi Top Scorer Indonesia Super League.

Striker bernomor punggung 86 tersebut mencapai level terbaik dalam urusan mencetak gol pada Indonesia Super League musim 2008–2009, dengan lesakan 28 gol.

Jumlah gol tersebut sama banyak dengan Cristian Gonzales, namun Boaz yang kemudian didapuk jadi penerima gelar sepatu emas karena Gonzales tercatat membela dua klub dalam semusim, yaitu Persik Kediri dan Persib Bandung. Pada musim tersebut Persipura jadi kampiun kompetisi.

Boaz mengulangi prestasi sebagai pemain paling produktif pada musim 2010–2011 (22 gol) dan 2013 (25 gol). Di dua musim tersebut Tim Mutiara Hitam juga jadi juara ISL.

Ketika tiga musim menjadi pencetak gol terbanyak Boaz juga mencatatkan diri sebagai Pemain Terbaik. Sayangnya kebuasan pemain kelahiran Sorong, 16 Maret 1986 tersebut dalam mencetak gol di level klub tidak menular di Timnas Indonesia. Sebanyak 34 kali Boaz Solossa membela Tim Merah-Putih, lesakan golnya hanya 11 buah.