Penantian 20 Tahun Richard Mainaky, Pelatih Tontowi / Liliyana

oleh Erwin Fitriansyah diperbarui 18 Agu 2016, 07:45 WIB
Richard Mainaky saat memimpin latihan di Cipayung, Jakarta (9/10/2015). (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Bola.com, Jakarta - Pebulutangkis ganda campuran Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir meraih satu-satunya medali emas buat Indonesia di ajang Olimpiade Rio 2016 setelah di laga final menang atas pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying 21-14, 21-12, Rabu (17/8/2016). Keberhasilan mereka tentu tak bisa dilepaskan dari peran sang pelatih, Richard Mainaky. Tak heran ketika sudah memastikan menyabet medali emas, Tontowi dan Liliyana langsung menyerbu dan memeluk Richard yang terlihat tetap tenang.

Advertisement

 

Richard adalah pelatih kepala di nomor ganda campuran. Pria yang punya hobi berburu itu dikenal sebagai pelatih bertangan dingin yang berhasil mencetak sejumlah pasangan ganda campuran yang disegani di pentas bulutangkis dunia.

Hanya saja, Richard yang merupakan kakak dari Rexy Mainaky (peraih emas nomor ganda putra bersama Ricky Subagdja di Olimpiade Atlanta 1996) ini harus menanti cukup lama untuk mendapatkan prestasi tertinggi dari anak asuhnya di ajang Olimpiade. Ia menunggu selama 20 tahun, sejak Olimpiade Atlanta 1996 hingga akhirnya Tontowi/Liliyana meraih emas di Olimpiade Rio 2016.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menghampiri pelatihnya, Richard Mainaky, setelah merebut emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016. (Reuters/Mike Blake)

Pada Olimpiade Atlanta 1996, ganda campuran Trikus Harjanto/Minarti Timur yang menjadi anak didik Richard hanya bertahan hingga babak perempat final. Trikus/Minarti kalah dari ganda Korsel, Kim Dong-moon/Gil Young-ah yang akhirnya meraih medali emas.

Empat tahun berselang, di Sydney 2000, Trikus/Minarti lolos hingga ke final. Sayang Trikus/Minarti gagal meraih emas lantaran kalah dari ganda China, Zhang Jun/Gao Ling dengan skor 15-1, 13-15, 11-15.

Richard kembali gagal mengantar pemain asuhannya meraih medali pada Olimpiade Athena 2004. Saat itu pasangan Nova Widianto/Vita Marissa hanya bertahan hingga perempat final dan kalah dari wakil Denmark, Jens Eriksen/Mette Schjoldager 12-15, 8-15.

Medali perak kembali dipersembahkan Richard melalui anak asuhnya Nova Widianto/Liliyana Natsir di Olimpiade Beijing 2008. Kala itu Nova/Liliyana harus mengakui keunggulan pasangan Korsel, Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung 11-21, 17-21.

Empat tahun lalu, nomor ganda campuran yang dilatih Richard kembali pulang tanpa gelar dari Olimpiade London 2012. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang diharap bisa menyumbang medali kalah 23-16, 18-21, 13-21 di semifinal dari Chen Xu/Ma Jin (China). Saat memperebutkan medali perunggu, Tontowi/Liliyana takluk 12-21, 12-21 dari ganda Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.

Penantian panjang Richard selama 20 tahun akhirnya tuntas di Olimpiade Rio 2016. Keberhasilan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir merebut medali emas membuat prestasi Richard sebagai pelatih sudah lengkap.