Kasus Tunggakan Gaji Sragen United Salah PSSI dan BOPI!

oleh Ronald Seger Prabowo diperbarui 22 Jun 2017, 09:00 WIB
Para pemain klub Liga 2 2017, Sragen United belum dibayar gajinya selama dua bulan terakhir. (Bola.com/Ronald Seger)

Bola.com, Pacitan - Publik sepak bola nasional dikejutkan dengan kasus tertunggaknya gaji klub kontestan Liga 2, Sragen United. Klub baru yang digembar-gemborkan kaya raya selama dua bulan terakhir tidak mengaji pemainnya.

Sragen United sendiri baru-baru ini memutuskan pindah home base ke Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Kasus tersebut mendapat tanggapan dari salah satu pelaku sepak bola nasional, Bambang Suryo.

Advertisement

Pria yang dikenal dengan inisial BS itu menyebut PSSI dan juga Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.

''Justru yang saya pertanyakan kinerja PSSI dan juga BOPI, mengapa tim seperti Sragen United bisa lolos verifikasi? Anggaran saja tidak ada, bahkan stadion juga tidak layak. Salah PSSI dan BOPI kalau belakangan klub ini berkasus!'' tegas pria yang akrab disapa Yoyok itu kepada Bola.com, Rabu (21/6/2017) malam.

Ia menjelaskan, verifikasi PSSI dan juga BOPI jadi kunci lolosnya Sragen United mengikuti kompetisi. Sebab, beberapa aspek dinilainya tak memenuhi syarat seperti legalitas, finansial, hingga insfrastruktur.

''Lalu kinerja mereka selama ini apa? Masak tim seperti itu bisa ikut kompetisi,'' ujarnya.

Bambang sendiri mengaku sempat ditawari menjadi General Manager (GM) oleh pemilik Sragen United, Indika Wijaya Kusuma. Hanya saja, dirinya mengklaim menolak tawaran itu karena curiga dengan kinerja manajemen tim yang semula bernama Laga FC tersebut.

''Tapi lucunya, sampai saat ini saya masih dihubungi beberapa orang di Pacitan untuk menagih kekurangnya pembayaran. Padahal, saya tidak tahu apa-apa,'' papar Bambang.

Untuk itu, pria yang juga Manajer Teknik Persema Malang itu berharap kejadian tersebut jadi pelajaran semua pihak. Sebab, para pemain, pelatih, dan  juga ofisial yang akan menjadi korban karena gaji yang tidak  terbayarkan.

''Saya ingin katakan, mengurus sepak bola itu tidak hanya bermodal mimpi, tapi finansial yang cukup. Liga 2 itu sudah  profesional, sehingga kalau tidak ada uang ya tidak jalan. Berbeda dengan Liga 3 yang masih bersifat pembinaan. Kasus yang menimpa Sragen United jadi pembelajaran,'' tutur Bambang.

Berita Terkait