Laporan dari Jerman: Energi Besar Kala Bersua Pesona Revierderby

oleh Nurfahmi Budi diperbarui 16 Apr 2018, 13:47 WIB
Suasana di sudut Veltins Arena, tempat berkumpul barisan ultras Schalke. (Bola.com / Aditya Wicaksono)

 

Laporan Jurnalis Bola.com, Aditya Wicaksono, dari Dortmund, Jerman SEBAGIAN besar liga domestik di muka bumi ini menghadirkan rivalitas sekota, sedaerah atau apalah sebutannya, yang pasti jarak dua markas tak terlalu jauh. Efeknya sudah bisa ditebak; gengsi, pergesekan antardua kelompok fans sampai pertarungan sengit di lapangan hijau.

Advertisement

Unsur-unsur itulah yang membuat saya, seperti sudah disinggung pada awal tulisan saya dari Jerman, memberi energi luar biasa. Setelah melihat aura Dusseldorf yang cenderung nyaman dan biasa-biasa saja, adrenalin sempat naik kala berada di Leverkusen.

Namun, puncak imajinasi saya justru kala berada di Dortmund. Sebuah area yang benar-benar menyiratkan 'sumbu panas' sepak bola, sekaligus wilayah agar saya bisa menikmati apa yang sesungguhnya ada di lingkup 'bal-balan' Jerman.

Tak heran jika ragam agenda hari ketiga pada program Bundesliga Media Visit Tour 2018, menjadi sesuatu yang sangat saya tunggu-tunggu. Maklum, event utama kali ini adalah menyaksikan pertandingan antara Schalke kontra Borussia Dortmund. Laga yang mendapat sebutan Revierderby ini adalah derbi terbesar di Jerman.

Aktivitas dimulai pukul 09.00. Setelah menyelesaikan sarapan, saya dan rombongan bersiap melakukan perjalanan. Sebelum menuju Veltins Arena, saya mendapat kesempatan mengunjungi German Football Museum yang ada di kota Dortmund.

Football Museum adalah tempat dokumentasi perjalanan sepak bola di negara Jerman. Semua kejadian penting tentang perkembangan sepak bola di negara tersebut terdokumentasi dengan sangat baik.

Adanya barang-barang pribadi bekas pemain di museum tersebut menambah rasa nostalgia terhadap kesuksesan Jerman di pentas sepak bola. Jika Anda berada di area museum ini, sudah pasti imajinasi akan menerawang ke masa lalu, mencoba merangkai apa yang dilakukan para pemain besar seperti Franz Beckenbauer, Fritz Walter, Werner Kohlmeyer, Horst Eckel, Ottmar Walter, Stefen Effenberg, Andy Moller, Andreas Brehme sampai Juergen Klinsmann.

Walhasil, yakinlah kalau Anda penggila sepak bola indah masa lalu, bisa berlama-lama di museum yang dibuka kali pertama untuk umum pada 23 Oktober 2015 tersebut. Ah..seandainya saja masih banyak waktu....

Rasa tak puas berada di Museum Sepak Bola Jerman tersebut mendadak hilang saat mengingat apa yang akan saya rasakan dalam beberapa jam ke depan, yakni merasakan atmosfer luar biasa Revierderby.

Tak heran, selesai makan siang, saya dan rombongan bergegas menuju Gelsenkirchen. Sepanjang perjalanan, dapat terlihat penjagaan ketat dari polisi. Bahkan, para polisi mengawal suporter Borussia Dortmund yang berkendara ke Veltins Arena.

Revierderby adalah laga yang sangat intens. Kedua klub tidak saling suka ditambah fakta kalau mereka sedang memperebutkan posisi runner-up di Bundesliga.

Sebelum pertandingan, selisih poin mereka hanya satu poin, dengan Schalke menjadi klub yang lebih unggul. Pertemuan pertama yang berlangsung di Signal Iduna Park, berakhir dengan skor 4-4.

 

2 dari 2 halaman

Belajar Banyak Hal

Suasana di luar Veltins Arena, markas Schalke. (Bola.com / Aditya Wicaksono)

Pengurus Bundesliga yang mendampingi saya sudah mewanti-wanti agar tidak sembarangan mengambil gambar. Karena beberapa fraksi suporter sangat sensitif dan tidak suka jika ada orang asing mendokumentasikan mereka.

Peringatan tersebut membuat rombongan sedikit ketar-ketir. Namun, hati terdalam saya justru tersenyum. Maklum, suasana dan nuansa panas serta 'deg-degan' tersebut tentu saja sudah biasa dirasakan kalangan jurnalis Indonesia.

Dalam hati, saya berkata kalau mereka belum tahu saja apa yang terjadi jika berada di tengah kerumunan massa tuan rumah di liga domestik Indonesia. "Andai kalian berada di Malang tadi malam, mungkin sudah pingsan," kata hati saya, yang teringat kericuhan dalam pertandingan lanjutan Liga 1 2018 antara Arema FC kontra Persib Bandung.

Sesampainya di Veltins Arena, lautan biru orang-orang sudah memadati kompleks stadion. Mereka memadati stadion yang memiliki kapasitas sekitar 62.000 penonton tersebut.

Secara keseluruhan, laga berlangsung kondusif. Para petugas pertandingan bertindak cermat untuk memastikan kemenangan. Ada informasi yang mengatakan kalau suporter ultras Borussia Dortmund tidak diperkenankan menonton pertandingan. Hal tersebut dimaksudkan menjaga keamanan sebelum, selama dan setelah pertandingan berlangsung.

Meskipun begitu, atmosfer yang dihasilkan suporter tuan rumah sangat luar biasa. Hal tersebut semakin terasa setelah Schalke memenangi laga dengan skor 2-0. Satu kejadian unik setelah pertandingan adalah ketika pelatih Schalke, Domenico Tedesco, naik ke podium koordinator suporter dan memimpin selebrasi bersama ultras Schalke.

Sungguh, adegan itu membuat saya takjub sekaligus memberi gambaran pelajaran berharga bagi suporter di Indonesia. Satu pelajaran lagi yang bisa dipetik adalah meskipun kedua suporter tidak saling menyukai, namun tidak sepatutnya mereka mencemari sepak bola dengan keributan.

Niat datang ke stadion untuk memberikan dukungan kepada klub kesayangan harus dijaga, tanpa harus menghasilkan kondisi yang tidak kondusif. Satu lagi, apapun hasil pertandingan, baik menang, seri atau kalah, bersikap dewasa menjadi lebih penting.