Kisah Hidup Wonderkid Juventus: Mulai Bermain di Lapangan Aspal hingga Curi Bola Pendeta

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mei 2019, 05:01 WIB
Penyerang Juventus, Moise Kean. (AP/Andrea Di Marco)

Jakarta - Pemain muda Juventus, Moise Kean, sukses mencuri perhatian para pemerhati sepak bola. Ia sempat jadi bahan perbincangan di Juventus selain tentu saja performa apik Cristiano Ronaldo.

Moise Kean kini jadi sorotan berkat kiprahnya di Serie A. Pemain kelahiran Vercelli tersebut seolah jadi harapan baru bagi Juventus yang gagal mencapai target di pentas Liga Champions.

Advertisement

Pada usia yang baru menginjak 19 tahun, Moise Kean mampu memberikan performa yang mengesankan di tim utama Juventus. Sejauh ini, sudah enam gol dia cetak di Serie A dari 11 kali kesempatan bermain yang didapatkan.

Pada musim 2017/18 lalu, Moise Kean menjalani masa peminjaman di klub Hellas Verona. Dia mampu tampil cukup bagus. Dari 19 kali kesempatan bermain yang didapatkan di Serie A, ada empat gol yang dijaringkan ke gawang lawan.

Moise Kean pun masuk dalam rencana Juventus untuk musim 2018-2019. Pelan tapi pasti, pelatih Massimiliano Allegri memberi kesempatan bermain pada Moise Kean. Enam gol kini sudah dia cetak, satu gol lebih banyak dari Paulo Dybala.

Saksikan siaran langsung pertandingan-pertandingan Premier League, La Liga, Ligue 1, dan Liga Europa di sini

2 dari 3 halaman

Mencuri Bola dari Pendeta

Penyerang Juventus, Moise Kean. (AP/Andrea Di Marco)

Namun, jauh sebelum kisah hidup indah diukir oleh Moise Kean, dia lebih dulu harus menjalani momen-momen yang sulit di masa kecilnya.

"Suatu kali, saya sangat ingin bermain sepak bola sehingga saya mencuri bola dari seorang pendeta. Saya tumbuh di Asti, dekat Turin, Italia. Jika Anda ingin bermain di lingkungan kami, Anda harus selalu menemukan bola di kantor pendeta di Oratorio dekat rumah kami," kisah Moise Kean pada The Players’ Tribune.

"Pendeta itu orang baik yang selalu menyimpan semua bola di laci. Tapi, begini, inilah masalahnya: Dia tidak pernah menguncinya. Jadi, setiap kali saya kehilangan bola, mungkin karena saya tendang keluar pagar, saya akan menyelinap dan mengambil bola itu dari laci," sambungnya.

3 dari 3 halaman

Kehidupan yang Keras

Ekspresi penyerang Juventus Moise Kean saat bertanding melawan Cagliari dalam lanjutan Liga Italia di Sardegna Arena, Cagliari, Italia, Selasa (2/4). Juventus menang dengan skor 2-0. (Marco BERTORELLO/AFP)

Moise Kean punya kisah hidup yang keras sejak kecil. Dia berasal dari keluarga imigran dan kedua orang tuanya harus berpisah. Moise Kean pun menjalani masa kecilnya penuh dengan perjuangan, termasuk untuk bisa bermain sepak bola.

Bukannya bermain di sekolah sepak bola [SSB] untuk mengasah bakatnya, Moise Kean memulai segalanya dari lapangan aspal yang ada di belakang gereja Asti. Pertandingannya enam lawan enam. Di mana setiap pemain yang ingin bermain harus membayar.

"Setiap pemain harus membayar 10 euro, saya akan memohon, mencuri, meminjam dan menabung sepanjang minggu agar saya bisa membayar bagian saya. Itu adalah pertarungan dan dari situlah sepak bola saya dimulai."

"Saat Anda bermain sepak bola seperti itu, Anda belajar bermain sepak bola dengan rasa lapar. Anda belajar bahwa sepak bola, seperti kehidupan, kadang pasang dan surut. Kadang Anda mencetak gol menit akhir dan memenangkan 60 euro, tapi terkadang juga tidak," tandas Moise Kean.

Sumber: Bola.net

Berita Terkait