Perjalanan Karier Irfan Jaya, dari Pemain Junior PSM ke Timnas Indonesia dan Kesetiaannya bersama Persebaya

oleh Aditya Wany diperbarui 07 Mei 2020, 14:50 WIB
Gelandang Persebaya Surabaya, Irfan Jaya, merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Sabah FA pada laga persahabatan di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Sabtu (8/2). Persebaya menang 3-1 atas Sabah FA. (Bola.com/Aditya Wany)

Bola.com, Jakarta - Irfan Jaya mengalami perkembangan karier yang cukup pesat di sepak bola Indonesia. Padahal, pada ISC U-21 2016 silam, ia masih berstatus pemain junior PSM Makassar U-21.

Tapi, berkat penampilan apiknya di PSM U-21 itulah dia mulai menjajaki kesempatan dan pengalaman lebih tinggi. Irfan Jaya mampu keluar sebagai top scorer ISC U-21 2016 dengan mengumpulkan 14 gol.

Advertisement

Namanya lantas masuk dalam radar Persebaya Surabaya untuk mengisi slot pemain depan di musim 2017. Saat itu, klub berjulukan Bajul Ijo tersebut sedang membentuk tim setelah statusnya diakui kembali sebagai anggota PSSI. Persebaya bakal tampil di Liga 2 2017.

Irfan Jaya lantas menjadi bagian dari Persebaya yang ditangani oleh pelatih Iwan Setiawan. Dia mempertimbangkan secara matang keputusan menerima tawaran Persebaya. Padahal, dia berkesempatan promosi ke tim senior PSM yang merupakan kontestan Liga 1 2017.

Pemain asli Bantaeng itu mendapat julukan Messi dari Makassar saat awal tiba di Surabaya. Itu merujuk pada postur mungil, kelincahan, serta ketajamannya di lini depan.

Dengan tempo relatif singkat, dari bukan siapa-siapa, Irfan Jaya menjadi idola dan pemain yang dihormati lawan dan kawan. Dirinya pun langsung dipercaya membela Timnas Indonesia U-23 pada Asian Games 2018 lalu.

Bagaimana perjalanan karier Irfan Jaya selengkapnya? Berikut ini Bola.com merangkumnya.

 

Video

2 dari 4 halaman

Takut Dilatih Pelatih Asing

Mantan pelatih Persipura dan Persebaya, Angel Alfredo Vera. (Bola.com/Aditya Wany)

Setelah resmi bergabung dengan Persebaya, Irfan Jaya tak langsung moncer. Bahkan, empat laga dilewatinya tanpa mencetak gol.

Irfan bahkan harus mengalami pengalaman baru melihat Persebaya mengganti pelatih. Iwan Setiawan dipecat, dan jabatan itu diisi oleh pelatih asal Argentina, Angel Alfredo Vera.

"Saya sempat takut sewaktu tahu pelatihnya asing. Saya khawatir tidak bisa beradaptasi, mungkin ada kendala bahasa atau bagaimana. Tapi, pelan-pelan saya harus percaya bisa," ungkapnya kepada Bola.com.

Rupanya, justru Alfredo yang membuat potensi Irfan berguna untuk Persebaya. Laga debut resmi Alfredo sebagai pelatih Persebaya dijalani saat melawan Madiun Putra medio Juli 2017 dan Irfan tampil sebagai aktor kemenangan 2-1.

Setelah itu, Irfan mulai menemukan kembali gaya permainannya dengan bantuan polesan Alfredo. Di akhir musim, dia tidak menjadi pencetak gol terbanyak karena hanya melesakkan sembilan gol saja di Liga 2 2017.

Namun, dia keluar sebagai pemain terbaik ajang itu. Pemain berpostur 162 cm itu juga membawa Persebaya menjuarai kompetisi tersebut sekaligus tiket promosi ke Liga 1 2018.

Persebaya lolos ke kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia bersama dua tim tradisional lainnya, yakni PSMS Medan dan PSIS Semarang. Dari situ, nama Irfan Jaya makin menanjak.

3 dari 4 halaman

Panggilan Timnas dan Terbiasa dengan Pergantian Pelatih

Pemain Indonesia, Irfan Jaya, melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Palestina pada laga Asian Games di Stadion Patriot, Bekasi, Rabu (15/8). Timnas Indonesia U-23 dipaksa menyerah 1-2 oleh Palestina. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Kesempatan yang didapat Irfan untuk menapai kariernya perlahan mulai berdatangan. Berkat gelar pemain terbaik Liga 2 2017, dia dipanggil membela Timnas Indonesia pada awal 2018. Dia bahkan menjadi andalan selama tahun itu.

Irfan Jaya mampu menembus skuat Timnas Indonesia U-23 arahan Luis Milla yang tampil di Asian Games 2018. Berikutnya, dia juga masuk Timnas Indonesia yang diarsiteki oleh Bima Sakti dalam Piala AFF 2018.

Bersama Persebaya, dia mampu membukukan enam gol dalam 21 penampilan selama Liga 1 2018. Timnya juga berhasil finis peringkat kelima klasemen akhir di bawah arahan pelatih Djadjang Nurdjaman.

"Saya mulai terbiasa dengan pergantian pelatih. Memang di awal perlu adaptasi. Tapi, pelatih pasti tahu potensi pemain. Biasanya kami mencari solusi untuk bisa memenangkan pertandingan. Saya juga ingin buktikan bisa tampil seperti yang pelatih mau," ujar Irfan Jaya.

4 dari 4 halaman

Tetap Setia bersama Persebaya

Beberapa momen, pencetak 8 gol dari 26 laga tersebut juga sangat trendi dengan kaca mata yang dikenakannya. Ditambah, senyum manis yang ditunjukkan Irfan, menunjukkan ia sangat menikmati saat-saat santai di luar lapangan. (Liputan6.com/IG/@irfanjayaij41)

Musim 2019 berlangsung kurang menguntungkan buat Irfan Jaya. Namanya tak lagi menjadi langganan reguler Timnas Indonesia. Hanya sekali dia mendapat kesempatan saat Tim Garuda ditangani oleh Simon McMenemy.

Performa Persebaya juga angin-anginan sampai melakukan dua kali pergantian pelatih. Djadjang Nurdjaman dipecat dan diganti dengan Wolfgang Pikal. Nama terakhir lantas mengundurkan diri karena hasil negatif Bajul Ijo.

Pelatih Aji Santoso lantas menjadi pengganti dan masih menangani Persebaya hingga sekarang. Irfan Jaya sendiri tetap eksis sebagai penyerang sayap andalan. Hasilnya, timnya finis sebagai runner-up Liga 1 2019 di bawah Bali United.

Dengan kualitasnya, sudah beberapa kali klub kontestan Liga 1 hingga luar negeri menggodanya untuk hijrah. Bahkan, PSM yang merupakan klub idolanya masa kecilnya juga mengirim tawaran. Namun, dia tetap setia untuk Persebaya.

Masa bakti memasuki tahun keempat membuat Irfan terus mengasah kemampuannya di usia masih muda. Terbaru, Irfan Jaya turut berkontribusi mengantarkan Persebaya menjuarai Piala Gubernur Jatim 2020.

Berita Terkait